"Ini makanan mama waktu masih gadis." Kalimat itu terucap dari seorang wanita paruh baya yang tengah menunjukkan camilan kepada putrinya. Nostalgia melalui makanan, itulah yang diusung Sunda Unik.
Pada 13 November 2016 lalu penulis berkesempatan menjelajahi Jakarta Street Food Festival (JSFF) bersama Kompasianer Penggila Kuliner. Event yang berlangsung pada 11-27 November tersebut berlokasi di La Piazza Kelapa Gading. Booth Sunda Unik yang menampilkan aneka camilan tempo dulu, seperti gulali kacang, permen kayu, hingga susu serbuk menarik perhatian penulis. Pemilik Sunda Unik Kang Dede Wiratmadinata yang ditemui penulis menyampaikan, fokus usahanya adalah jajanan tradisional di Nusantara.
Kang Dede mengisahkan, ide pendirian Sunda Unik muncul saat melihat counter khusus jajanan tradisional di Meksiko. Selain itu ia pernah menyaksikan miniatur pasar tradisional di lobby sebuah hotel di Bali. Keinginan yang tak terbendung mendorong Kang Dede mengundurkan diri dari pekerjaannya di bidang perhotelan. Ia memulai Sunda Unik pada 2006. Saat ini Kang Dede yang berlatar belakang sarjana Sastra Jerman Universitas Padjajaran merasakan kepuasan batin. Pasalnya sebelumnya ia menjalani tiga pekerjaan sekaligus. Pagi mengajar di salah satu SMA negeri di Bandung, kemudian bekerja di hotel, sore membuka les Bahasa Perancis, Jerman dan Inggris. “18 jam kerja dalam sehari capainya untuk orang, sekarang mau capai atau senang ditelan sendiri,” kata Kang Dede.
Sebelumnya Sunda Unik pernah membuka toko di dua mal di Bandung. Namun ditutup karena tingkat kejenuhan yang tinggi. Saat ini Sunda Unik memilih pemasaran dari event ke event. Sistem tersebut dinilai lebih efektif sebab bisa menemukan banyak pangsa pasar baru. Sunda Unik pernah menjual produk di sekolah tapi hanya bertahan empat bulan karena tingkat kebosanan yang tinggi. Selain itu Sunda Unik memperoleh tawaran display produk di hotel dalam rangka menyambut tahun baru. Namun tingkat penjualannya masih di bawah pemasaran melalui event. “Kami masih bertahan di segi fisik, rejekinya di sini,” tutur Kang Dede.
Selain di Bandung, Sunda Unik mengikuti event di Jakarta, Tangerang Selatan dan Depok. Salah satunya Pekan Raya Indonesia yang digelar pada 20 Oktober sampai 6 November. Karena memperoleh booth yang luas, Sunda Unik menampilkan kapal Phinisi dengan tema jelajah kuliner Nusantara. Konsepnya mencari harta karun dengan menampilkan beragam peti. Event lainnya adalah Kampoeng Tempo Doeloe yang biasanya diselenggarakan pada April hingga Mei di La Piazza. “Kampoeng Tempo Doeloe sudah kami ikuti sejak 2013,” tutur Kang Dede.
Selama mengikuti pameran, Sunda Unik banyak memperoleh tawaran memperoleh bantuan modal. Namun Kang Dede melihat selama masih bisa sendiri, ia akan terus berjalan. Ia khawatir akan mendapat tekanan tertentu. Kang Dede bersyukur sejak awal usaha menggunakan modal sendiri. Pada 2012 Sunda Unik berkesempatan mengirimkan produk ke Pasar Tong Tong di Den Haag, Belanda. Pengiriman produk tersebut bersamaan dengan pentas grup kesenian dari Bandung. Sekembalinya grup tersebut, Kang Dede memperoleh informasi bahwa produknya sangat digemari di sana. Banyak orang Indonesia yang antusias, merindukan jajanan tempo dulu.
Terus Eksis
Sebenarnya masih banyak camilan yang belum tergali. Sunda Unik saat ini mengumpulkan 80 sampai 100 camilan yang masih bisa diselamatkan. Banyak camilan yang malas dibuat generasi sekarang atau generasi tua tidak mau menularkan ke generasi berikutnya. Apalagi masyarakat lebih memilih menjual makanan yang laku di pasar, tidak idealis melestarikan jajanan tempo dulu. Terkadang ada camilan yang muncul saat perayaan atau pesta rakyat, tidak bisa dilihat setiap hari. Contohnya, kalua jeruk yang berbahan kulit jeruk, gulapo yang merupakan olahan kelapa, serta kue satu yang biasanya muncul pada perayaan khitanan di Ciamis sampai Tasikmalaya. “Saat ini kami membawa sekitar 40 item,” tutur Kang Dede.
Ketika melihat produk yang dijual Sunda Unik, pengunjung menunjukkan tanggapan yang positif. Bahkan sejak Sunda Unik dibuka, animo pengunjung terbilang bagus. Hal tersebut yang menjadikan Sunda Unik tetap eksis sampai sekarang. Orangtua ingin menularkan camilan yang pernah dirasakan kepada anaknya. Sunda Unik juga mengedukasi generasi saat ini dengan memperkenalkan uang yang pernah dicetak pada masa lalu. Hal tersebut merupakan bentuk pembelajaran kepada anak-anak. “Kami ingin mengawinkan mata uang dan makanan,” kata Kang Dede yang asli Tasikmalaya.
Tawaran pemasaran online juga pernah diterima Sunda Unik. Memang cara tersebut dinilai mampu menjaring massa yang lebih luas. Pengalamannya, ada pihak yang pernah melakukan foto produk Sunda Unik. Namun produk yang dikirim bukan berasal dari Sunda Unik. Kang Dede melihat tingkat duplikasi dan pencurian foto pada pemasaran online cukup tinggi. Akibatnya Sunda Unik yang mendapat komplain. Hambatan dalam pemasaran dari event ke event menurut Kang Dede, pertama, keterbatasan waktu terutama saat ada beberapa event sekaligus. Seperti event JSFF yang bersamaan dengan event Lorong Kuliner di Summarecon Mall Serpong pada 11 November sampai 11 Desember. Kedua, masalah SDM yang belum bisa menyamakan standar Sunda Unik. “Jarang ada yang bisa membuat jajanan tradisional padahal masyarakat ingin tahu makanan seperti ini,” kata Kang Dede.
Kang Dede mengisahkan, gulali bentuk yang diproduksi tahun 1950 pada masa itu dibeli dengan cara menukarkan sandal jepit rusak atau ban bekas. Karena itu Kang Dede bermimpi pada event berikutnya ada semacam diorama yang menceritakan awal terciptanya jajanan tempo dulu. Makanan favorit lainnya dari Sunda Unik adalah gulali kacang, gula kayu, teng-teng kacang, hingga permen rokok dengan tiga varian rasa, mint, cokelat dan kopi cokelat. Sunda Unik berencana mendisplay jajanan tradisonal dari Sabang sampai Merauke. Tidak perlu lengkap, yang mewakili saja. Dalam menghadapi kompetitor, Sunda Unik selalu melakukan inovasi agar terus berkembang, tidak stagnan. Dengan demikian para duplikator tidak mudah mencuri ide.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H