Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Sunda Unik Konsisten Menyajikan Kenangan Jajanan Masa Kecil

20 November 2016   19:56 Diperbarui: 21 November 2016   19:53 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemilik Sunda Unik Kang Dede Wiratmadinata

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Kang Dede memaparkan, masyarakat di Tasikmalaya masih membuat olahan tradisional. Ada beberapa orang yang ingin titip jual di Sunda Unik karena pemasaran mereka sebatas di warung. Untuk itu Kang Dede melihat apakah jajanan tradisonal itu masuk kategori jadul atau tidak. Spesifikasi jadul menurut Sunda Unik yaitu jajanan tradisional tahun 1940 sampai 1980, misalnya telur cicak, sagon serbuk, dan permen Davos. Kang Dede menceritakan, mie kremes merupakan produk pabrikan yang banyak dicari orang. Hanya dalam waktu dua minggu produk itu ludes. “Pasaran produk Sunda Unik tidak terbatas, dari anak-anak sampai orang lanjut usia masih bisa menikmati,” kata Kang Dede.

Kang Dede mengisahkan, gulali bentuk yang diproduksi tahun 1950 pada masa itu dibeli dengan cara menukarkan sandal jepit rusak atau ban bekas. Karena itu Kang Dede bermimpi pada event berikutnya ada semacam diorama yang menceritakan awal terciptanya jajanan tempo dulu. Makanan favorit lainnya dari Sunda Unik adalah gulali kacang, gula kayu, teng-teng kacang, hingga permen rokok dengan tiga varian rasa, mint, cokelat dan kopi cokelat. Sunda Unik berencana mendisplay jajanan tradisonal dari Sabang sampai Merauke. Tidak perlu lengkap, yang mewakili saja. Dalam menghadapi kompetitor, Sunda Unik selalu melakukan inovasi agar terus berkembang, tidak stagnan. Dengan demikian para duplikator tidak mudah mencuri ide.


Foto dokumentasi Facebook Group KPK
Foto dokumentasi Facebook Group KPK
KPK
KPK

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun