Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[LOMBAPK] Menyelamatkan Bukti Sejarah melalui Restorasi Film Tiga Dara

12 September 2016   00:20 Diperbarui: 12 September 2016   00:37 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Tiga Dara yang sarat drama, lagu, dan tari. Sumber foto: http://balithisweek.com

Pada masa itu usia 29 tahun adalah usia yang rawan bagi seorang perempuan yang belum menikah. Ia harus mendapatkan jodoh. Sebab rata-rata lulus SMA perempuan sudah memasuki gerbang rumah tangga bersama dengan pria yang dicintainya atau pria yang dijodohkan orangtuanya. Selain itu perempuan harus terlihat apik di depan pria baik secara tampilan fisik sampai pakaian yang dikenakan. 

Hal-hal baik yang terjadi pada era itu sepatutnya diterapkan pada masa kini. Saya teringat pada 1990-an ketika hanya ada satu stasiun TV yang beroperasi dan belum banyak alternatif hiburan. Kami sekeluarga menonton TV bersama-sama, hal yang sulit terwujud pada saat ini. Pasalnya begitu banyak pilihan, seperti stasiun TV yang beragam, majalah, koran, hingga internet. 

Menonton film Tiga Dara juga membuat saya memperoleh wawasan baru mengenai pemain film lawas. Mengandalkan Google, saya memperoleh informasi mengenai mereka. Salah satunya artis Fifi Young yang bernama asli Tan Kiem Nio. Sebelum terjun ke layar perak, Fifi merupakan pemain teater yang tidak ada tandingannya pada saat itu. Ia banyak mengadakan pentas dengan Miss Riboet’s Orion ke berbagai daerah di Indonesia hingga Malaysia, Singapura, dan India. Fifi juga bergabung dengan Dardanella, kelompok sandiwara keliling terkenal Indonesia saat itu.

Teknologi

Bukan hal mudah menyelamatkan karya  Usmar Ismail yang terpendam puluhan tahun. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, langkah pertama yang dilakukan dalam restorasi adalah  restorasi fisik. Gulungan negatif film  yang robek, tergores, atau terputus harus diperbaiki, melakukan pemulihan kondisi fisik seluloid yang ternyata sudah mengalami vinegar syndrome atau kanker pada film. Selanjutnya tahap kedua, restorasi digital. Dari restorasi fisik ke restorasi digital menghabiskan waktu total 17 bulan. Karena Indonesia belum punya fasilitas, restorasi fisik dilakukan di Bologna, Italia. Bologna dipilih karena ada pengalaman saat merestorasi film Lewat Djam Malam. Sementara restorasi digital dan mastering 4K dilakukan di Indonesia. 

Film Tiga Dara yang sarat drama, lagu, dan tari. Sumber foto: http://balithisweek.com
Film Tiga Dara yang sarat drama, lagu, dan tari. Sumber foto: http://balithisweek.com
Eksekutif Produser SA Films Yoki Soufyan menyampaikan, latar belakang restorasi film Tiga Dara adalah kekhawatiran. Menurutnya, banyak hal yang bisa dipelajari dari sejarah. Kalau film ini tidak diselamatkan, kita akan kehilangan bukti sejarah. Apalagi generasi mendatang tidak akan punya bukti suasana Jakarta jaman dulu. Awalnya film Tiga Dara disimpan di Sinematek Indonesia. Kemudian ada inisiatif dari pemerintah Belanda untuk merestorasi film Tiga Dara di Amsterdam. Sayangnya terjadi krisis ekonomi tahun 2009 yang membuat rencana itu  tidak terwujud. 

Kalau film terlalu lama disimpan, akan merusak seluloid film. Restorasi film Tiga Dara ini unik karena dilakukan pihak swasta, dalam hal ini SA Films dengan dukungan pemerintah. Maka  masalah ekonomi harus dipertimbangkan. Selain itu harus dipikirkan aspek komersil. Film ini kalau diputar  akan mendatangkan berapa banyak penonton. Dukungan dari masyarakat Indonesia terhadap film yang direstorasi sangat diperlukan. Bagaimana caranya? Cukup dengan menonton. Saat jumlah penonton banyak,  pihak bioskop akan menambah jumlah layar. Semakin banyak penonton, semakin banyak uang yang masuk. Memberi apresiasi kepada film itu penting karena produksi  film itu melewati   proses yang panjang. Karena itu hargailah apapun bentuk  film.

Menyelamatkan film Tiga Dara dengan biaya Rp 3 miliar, bagaimana perhitungannya secara bisnis. Restorasi seharusnya menjadi upaya terakhir. Utamanya bangsa Indonesia memiliki tempat penyimpanan film yang baik. Eropa dan Amerika lebih beruntung karena kelembapannya tidak seperti di Indonesia yang memiliki iklim tropis. Selain itu sesuai standar sehingga film tidak rusak. Dengan demikian saat  restorasi tidak mengeluarkan  biaya dan waktu. Bandingkan dengan restorasi film di Perancis yang membutuhkan dana sekitar Rp 4 miliar. Mengapa biaya restorasi Indonesia lebih murah? Pasalnya orang Indonesia dikirim ke Italia untuk membantu proses pengerjaan restorasi fisik. Selanjutnya restorasi digital dilakukan di Indonesia. Dengan demikian cost bisa ditekan dengan efisien. 

Film Tiga Dara dibersihkan satu per satu secara manual dengan pelan-pelan dan sangat hati-hati. Proses pembersihan fisiknya memakan waktu delapan bulan. Setelah pembersihan manual, filmnya dicuci sampai kotorannya lepas lalu dibersihkan lagi. Pencuciannya sendiri sampai tiga kali.Setelah filmnya kira-kira tidak bisa dibersihkan lagi, discan, dan diresolusi 4K dengan pixel dan kedalaman warna setinggi mungkin. Kemudian  filenya dilihat lagi, kerusakan yang tidak bisa dibersihkan secara fisik dibersihkan secara digital. Di sinilah teknologi digital 4K memungkinkan terjadi.

 

Pembelajaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun