Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Akademi Menulis Kompasiana-PLN: Pendekatan Humanis Menuju Kebangkitan PLN

2 Mei 2016   23:35 Diperbarui: 3 Mei 2016   10:35 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Juri lainnya, Videographer PT Kompas Cyber Media Adhyatmika bertanya,  bagaimana menyikapi hujatan yang diterima PLN terkait pemadaman yang sering terjadi. Perempuan asli Sumatera Utara itu menjawab, utamanya adalah menyampaikan solusi. Bahwasanya semua karyawan PLN itu bekerja dan pemadaman bukan kemauan  PLN. Selain itu sampaikan  penyebab dan waktu pemadaman itu berakhir. Sampaikan jawaban yang  sesuai dengan keinginan  masyarakat. “Tidak perlu bersikap defensif atau emosional” kata Lia.

Penambahan hal-hal positif tentang kinerja PLN membuat masyarakat tidak antipati. Lia memandang perlu dilakukan pemilihan media yang tepat dan  dekat dengan pelanggan. Salah satunya dengan memanfaatkan Facebook atau media digital. Jika menunggu koran yang terbit esok hari butuh waktu lama. Dampak dari berita yang ditulis rekan-rekan media tentunya lebih besar. “Secepatnya saja,” tutur Lia.

Menjawab pertanyaan Kompasianer Riap Windhu, bagi Lia, humas  dan jurnalis adalah kakak beradik yang beda kepribadian. Ketika jurnalis mencoba menelanjangi, humas berusaha mempertahankan pakaiannya. Memberitakan hal  yang tidak benar adalah kesalahan terbesar. Sebab  dari satu kebohongan akan muncul kebohongan lainnya. Tugas  humas adalah mengeluarkan pemberitaan di waktu yang tepat untuk perusahaan. “Untuk setiap kegiatan harus ada media planning dari segi kehumasan,” tutur Lia.

cg4bre2u0aaw4bk-5727754b5a7b613f0958ddc5.jpg
cg4bre2u0aaw4bk-5727754b5a7b613f0958ddc5.jpg
Emmilia Tobing, peserta terbaik Akademi Menulis Kompasiana-PLN. Sumber foto: Andri Mastiyanto

Ke depan Lia berharap  menulis sebanyak-banyaknya dan membuat pemberitaan PLN menjadi viral.  Ekpose berita yang masih rendah bisa disiasati dengan mendorong karyawan share ke social media. Selama ini Lia menulis tentang topik-topik tertentu. Ternyata banyak hal yang  bisa diangkat. Menulis feature mengenai hal-hal yang sudah terjadi. Tak hanya itu, menulis satu kejadian  dengan beberapa sudut pandang yang berbeda. “Saya terpikir untuk menggalang dukungan dari warga di luar PLN. Mereka  share tulisan yang kita buat sehingga komunitas mereka lebih mau baca,” ujar Lia.

Pendekatan Humanis

Di akhir presentasi Lia menyampaikan ingin menulis berita mengenai petuagas PLN yang  bekerja siang malam. Bahkan  ada yang kehilangan nyawa agar pasokan listrik bisa berjalan baik. Hal itu pula yang menjadi fokus presentasi Grahita Muhammad. Public Relations PLN Tanjung Jati B Jepara itu menjelaskan, hegemoni dunia digital yang sangat kuat membuat PLN  harus aware. PLN adalah pihak yang pertama hadir di Gunung Merapi untuk memulihkan jaringan atau pembangunan jaringan. Hal-hal itu tidak diketahui oleh umum. “Butuh bantuan blogger untuk share,” kata Grahita.

pdkb-kalselteng-57277479af7a61c50920a6e7.jpg
pdkb-kalselteng-57277479af7a61c50920a6e7.jpg
Tim Pekerjaan dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) bekerja pada ketinggian puluhan meter dari permukaan tanah. Sumber foto: www.pln.co.id

Untuk itu pendekatan humanis perlu dieksplor. Di dalamnya ada manusia yang punya cerita  unik. Posisikan mereka sebagaimana  kita ingin diperlakukan. Kang Pepih menyarankan mengubah konten dalam berita PLN untuk menciptakan perubahan mindset. Pendekatan PLN sebaiknya tidak melulu  masalah. Foto seperti di atas luar biasa. Memunculkan kekaguman dan membuat masyarakat paham apa yang sedang terjadi. Dalam pikiran masyarakat, pemadaman sangat berdekatan dengan PLN. Mengapa tidak dibalik menjadi listrik menyala berkat PLN.

Menanggapi pertanyaan Tabita Wibisono,  isu kampung jangan dijadikan isu regional. PLN seluruh Indonesia tidak mungkin tanpa gangguan. Namun hal itu tidak perlu diekspos. Masalah PLN Sulawesi Utara tidak perlu diketahui warga Jakarta. Sementara itu Topik Irawan bertanya, apakah ada keinginan mengubah wajah tulisan menjadi lebih humanis setelah Anda berguru di  Akademi Kompasiana-PLN. Menurut Grahita, ketika pemadaman di  Sulawesi Tengah misalnya menjadi headline di Twitter  PLN, warga Jakarta yang semula bangga dengan PLN menjadi mundur. “Viral itu  kita ciptakan sendiri,” tutur Grahita.

img-8819-57277b2d8e7e61ad0ba35408.jpg
img-8819-57277b2d8e7e61ad0ba35408.jpg
Rakhmadsyah berniat membagikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti Akademi Menulis Kompasiana-PLN kepada rekan-rekannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun