Duka yang kami alami adalah jauh dari keluarga. Kami tidak bisa setiap saat bersama mereka. Setiap hari kami harus menahan rindu yang amat berat sampai tugas selesai.
Perselisihan sesama rekan dan anak buah kapal lainnya sudah pasti ada, karena di atas kapal orangnya hanya itu-itu saja. Perselisihan-perselisihan kecil sudah biasa terjadi, tapi tidak selamanya berlanjut. Semua bisa diselesaikan dengan baik.
Bagaimana dengan pekerjaan kami? Kerja di atas kapal sunggulah berat dan keras. Bagaimana para pelaut kok bisa bertahan dengan pekerjaan yang teramat berat itu? Karena kami memiliki mental yang kuat, cita-cita yang ingin digapai. Melalui laut ini tersimpan sebuah harapan agar kelak di saat kami sudah tidak kuat melaut kami bisa kembali ke darat dengan membuka usaha apapun itu sesuai kemampuan kami.
Kami pelaut semua, dalam nadi kami memiliki jumlah persentase garam di dalam darah yang ada di lautan, dan karenanya, kami punya garam dalam darah kami, dalan keringat kami, dalam air mata kami. Kami terikat pada lautan.
Dan ketika kami kembali ke laut, apakah untuk berlayar atau sekadar melihatnya pada hakekatnya kami kembali ke tempat kami berada. Dan yang paling penting mengapa kami masi bertahan di laut adalah karena kami mencintai pekerjaan kami, kami mencintai lautan dengan segalah keindahan nya dan dengan segalah kebuasannya.
Semua itu adalah pilihan masing masing orang, mau apa dan menjadi apa. Di laut, di udara dan di darat semua nya sama memiliki cerita nya masing masing. Apa pun yang kita kerjakan tanpa cinta semua akan terasa berat, sebaliknya jika kita mencintai pekerjaan kita apapun propesimu semua akan menyenangkan.
Dan satu hal yang paling penting adalah bersyukur kepada yang punya lautan dan daratan, kepada sang pemilik kehidupan. Semua orang memiliki takdir nya masing masing. Dan semua orang memiliki kebahagian nya masing masing juga.
Hal yang paling  membahagiakan bagi kami seorang pelaut adalah di saat tugas selesai dan kami pulang ke rumah bertemu dengan keluarga tercinta, itulah bahagia yang sesungguhnya.
Gdynia, Poland. 24-10-2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H