Cukup hanya dengan membayar Rp.20.000 per orang untuk tiket masuk. Sisihkan biaya dan waktu untuk mengenal sejarah, seni dan budaya Indonesia, jangan sampai kita yang menyesal, karena kearifan peninggalan nenek moyang kita diklaim oleh negara lain, akibat kita sering mendewakan budaya asing dan teknologi dan melupakan budaya sendiri. Siapa lagi kalau bukan kita sebagai generasi bangsa Indonesia kalau bukan kita sendiri yang mengenalkan dan melestarikan pada anak cucu kita.
Kami memang mencari tempat yang menghibur sekaligus mengedukasi, lagipula tak harus selalu menunggu sekolah untuk pergi ke museum, (tak semua sekolah punya inisiatif berkunjung ke museum) karena di museum akan ada pemandu yang menjelaskan.
Kami dipandu oleh bapak yang sudah berpengalaman yang akan menjelaskan mengenai info museum, menurut info beliau yang sudah agak sepuh dan pensiun yang sebelumnya pernah menjadi dosen. Anak kami sudah mulai antusias dengan replika relief, yang terpajang di sekeliling tembok di halaman pertama.
Cukup lama kami dijelaskan tentang sejarah relief pewayangan per adegan cerita yang terletak di samping bangunan halaman luar, terdapat patung Ganesha yang dikisahkan dan dijelaskan dari segi bentuk dan rupa.
Gedung tersebut memiliki tiga lantai, menurut info gedung tersebut adalah milik perseorangan untuk koleksi pribadi yang memang punya ketertarikan dengan seni budaya Indonesia dan ditujukan sebagai wadah Ilmu pengetahuan sejarah Indonesia agar tetap lestari. Kami sangat salut dan bangga tentunya, mengingat biaya untuk membuat museum ini tidak sedikit karena koleksi barang lawas yang bernilai tinggi.
Kami sudah mulai masuk ke halaman indoor gedung lantai pertama yang rapi, bersih, tertata apik dan sangat banyak sekali dihiasi dengan pajangan wayang golek, keris, wayang, foto seniman Indonesia, alat musik gamelan, mainan anak lawas yang dipajang di sepeda Kuno tersebut (biasanya di tempat kami kalau ada penjual mainan keliling, kami menyebutnya dengan Pak Lik).