Mohon tunggu...
Nurul Aiyuda
Nurul Aiyuda Mohon Tunggu... Mahasiswa yang ingin jadi penulis -

Mahasiswa Psikologi Universitas Gajah Mada Asli dari Riau, dari Negeri di Atas Awan. Tertarik dengan Psikologi Pemaafan. 'Semakin Sulit Kita berusaha-semakin sulit kita berputus asa' singkrof.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merancang Impian Pendidikan Anak-anak berkebutuhan Khusus

31 Oktober 2015   20:14 Diperbarui: 31 Oktober 2015   20:14 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara di untuk mereka yang ditempatkan dalam sekolah khusus, tak jarang mereka kehilangan kontak sosial dengan lingkungan, memang dalam hal ini mereka memiliki kekurangan, tapi dalam konteks manusia sebagai mahluk sosial, tentu setiap anak, bahkan ABK sekalipun tetap membutuhkan orang lain dan bersosialisasi tidak hanya dalam lingkup kelompok yang sama tapi diluar kelompok mereka.

Tentu saja melihat beberapa kekurangan ini sangat menyedihkan bagi saya pribadi. Namun demikian tentu saja tidak sedikit orang-orang yang peduli dan mau berjuang untuk anak-anak ABK. Dalam merancang masa depan pendidikan ABK tentu diperlukan ketelibatan berbagai pihak, agar kemudian permasalahan-permasalahan yang ada sebelumnya perlu di atasi.

Lalu, siapa yang terlibat?

Kita semua, saya, anda dan mereka.

Dukungan Orang tua, dalam hal ini sebagai tempat awal dimana anak-anak mengalami pendidikan. Anak-anak ABK perlu mendapatkan kepercayaan dari orang tua untuk belajar mandiri. Sebab tak selamanya mereka bisa melayani dan mengawasi anak mereka setiap saat, sehingga ABK perlu diajarkan kemandirian dalam aktifitas keseharian praktisnya. Sebab kadang tak jarang orang tua terlalu kasihan dengan anaknya dan membiarkan semua diatasi oleh ‘mereka sebagai orang tua’ sehingga anak-anak kemudian secara tidak sadar terdidik untuk ‘manja’, hal ini juga sebenarnya bisa terjadi pada anak normal lainya. Hal ini tentu tidak boleh terjadi terlalu lama, orang tua harus pandai memilah antara memberi pemberian bantuan tanpa harus memanjakan anak.

Dukungan guru-guru, dalam hal sekolah luar biasa, guru-guru tentu memiliki arti dan dukungan penting dalam membangun kemandirian ABK, namun bagi guru-guru reguler yang tidak memahami pemahaman ABK tentu juga harus melakukan dukungan terhadap ABK misalnya ketika berada dalam kelas reguler dengan anak-anak normal lainya, bisa jadi bukan perhatian yang khusus tapi dukungan-dukungan kecil yang bisa menaikkan harga diri ABK.

Dukungan lingkungan sosial sekitar, teman-teman dan tetangga. Kadang kala tak jarang ABK dianggap sebagai aib bagi lingkungan sekitar yang masih belum memahami bahwa sebenarnya ABK bukalah penyakit. Baru-baru ini peserta audisi America’s next top model, Nyle adalah seorang tuna rungu, ia berhasil masuk menjadi finalis. Di sebutkan dalam beberapa wawancara keikutsertaannya pada acara itu adalah berkat dukungan teman-temannya. Dari sini sebenarnya kita bisa mengetahui bahwa dukungan orang-orang sekitar akan membuat mereka yang berkebutuhan khusus merasa dihargai, ketika self esteem meningkat, disaat inilah mereka kemudian memiliki keinginan untuk bisa lebih maju ke tahap yang lebih baik, misalnya dalam hal bermimpi dan mencapai mimpi, seperti yang dilakukan oleh Nyle. Ini mungkin tidak terjadi pada semua orang tapi bukan berarti tidak mungkin terjadi jika kemudian lingkungan sosial mau secara terbuka memberikan dukungan terhadap ABK.

Pemerintahan dan Pihak swasta. Jika kita berbicara terkait masa depan, maka tidak hanya sekedar pada pemberian pendidikan pada ABK tapi bagaimana kemudian mereka bisa bertahan hidup di kemudian hari dilingkungan sosialnya. Beberapa ABK yang masih memungkinkan untuk bekerja tentu memerlukan dukungan dari pemerintah dan pihak-pihak swasta untuk dipekerjakan. Dibeberapa negara sudah ada yang memperkerjakan anak-anak berkebutuhan khusus untuk pekerjaan seperti merapikan buku di perpustakaan, ini terdengar seperti pekerjaan ringan, tapi bagi mereka ini merupakan bentuk penerimaan keberadaan mereka di lingkungan sosial. Hal inilah yang juga perlu dilakukan untuk pemerintah dan pihak-pihak swasta untuk terlibat dalam merancang pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus.

Gambaran masa depan ‘Kita’ (ABK, saya dan Anda)

Perlu keterlibatan semua orang tanpa terkecuali untuk mewujudkan mimpi masa depan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus. Namun demikian rancangan masa depan ini tidak akan terjadi jika hanya berhenti pada tahap ini, perlu sekali tahap lanjutan seperti pemberian layanan sosial untuk ABK termasuk dalam memiliki kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan. Sebab sebenarnya ABK bukan penyakit yang harus dihindari, tapi orang-orang dengan keunikan khusus yang perlu untuk dipahami dan mendapatkan dukungan dari Kita (ABK, saya dan anda)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun