Tidak hanya itu, Rusia juga memberikan dukungan kepada gerakan separatis yang melawan pemerintahan Ukraina. Gerakan pemberontakan yang berada di wilayah Donbass tersebut telah memproklamirkan diri sebagai Republik Rakyat Donesk dan Republik Rakyat Luhansk.
Menurut Teuku Rezasyah, pengamat Hubungan Internasional (HI) Universitas Padjadjaran bahwa Rusia menginginkan kemerdekaan kedua wilayah ini karena penduduk di wilayah tersebut mayoritas merupakan orang Rusia.
Masyarakat di kedua wilayah ini sangat dekat dengan kultur budaya Rusia, bahkan sebagian warganya sangat fasih berbicara bahasa Rusia.
Pandangan politik pemerintahan Ukraina yang pro Barat
Sejak Volodymyr Zelensky terpilih menjadi presiden Ukraina tahun 2019, Ukraina kian pro terhadap barat dan berusaha mempercepat keanggotaannya di NATO.Â
Hal ini dilakukan Volodymyr zelensky karena Rusia terus melakukan ancamannya di perbatasan Ukraina, sedangkan presiden Rusia Vladimir Putin bertahan dengan tuntutannya agar Ukraina tidak menjadi anggota NATO. Bagi Putin, hal tersebut akan mengancam posisi Rusia. Inilah salah satu pemicu memanasnya hubungan kedua negara.
Tatkala gempuran serangan bertubi-tubi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina sejak 24 Februari lalu, tidak lantas membuat pemerintah Ukraina berdiam diri saja.Â
Pada 28 februari lalu perwakilan kedua negara tersebut sempat melakukan perundingan. Akan tetapi perundingan tersebut tak menemukan kesepakatan.Â
Bahkan setelah negosiasi buntu tersebut, presiden Ukraina Volodymyr Zelensky  yang didampingi oleh perdana menteri Ukraina beserta ketua parlemen Ukraina, telah menandatangani dokumen pengajuan keikutsertaan Ukraina kepada Uni Eropa pada 1 maret yang lalu.
Konflik Rusia dan Ukraina Akan Berujung pada Perang Dunia Ketiga?