Mohon tunggu...
Cleopatra Katarina
Cleopatra Katarina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang Mahasiswi Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Strategi Efektif Atasi Banjir di Mahakam Ulu

19 September 2024   19:30 Diperbarui: 19 September 2024   19:31 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

              

 Curah hujan yang sangat tinggi pada tanggal 13-17 Mei 2024, yang menyebabkan banjir besar di Mahakam Ulu. Berdasarkan data BMKG yang diterima Kaltim Post, lima kecamatan di Mahulu berpotensi dilanda hujan ringan hingga lebat disertai petir. Seiring surutnya banjir di Mahulu, bakal berdampak pada aliran air dengan debit tinggi yang melanda Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Curah hujan yang sangat lebat tercatat di Pos Hujan Long Melaham pada Rabu, 15 Mei 2024, mencapai 108,5 milimeter. Ketinggian banjir di beberapa titik mencapai 4 meter pada Kamis, 16 Mei 2024.Terdapat 37 kampung/desa di 5 kecamatan yang terendam banjir. Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kaltim Tresna Rosano mengungkapkan, banjir Mahulu akibat curah hujan tinggi selama beberapa hari di wilayah hulu. Hujan turun merata, termasuk di wilayah anak sungai Mahakam. Sehingga, debit air meluap dan masuk ke permukiman warga di Mahulu dan Kutai Barat. Banjir yang melanda wilayah Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur sejak Senin (13/5) berangsur surut pada Jumat (17/5) pagi. Sebelumnya, banjir sempat merendam 28 kampung di lima kecamatan yaitu Kecamatan Long Apari, Kecamatan Long Pahanggai, Kecamatan Long Bangun, Kecamatan Laham, dan Kecamatan Long Hubung. Banjir yang melanda wilayah Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur sejak Senin (13/5) berangsur surut pada Jumat (17/5) pagi. Sebelumnya, banjir sempat merendam 28 kampung di lima kecamatan yaitu Kecamatan Long Apari, Kecamatan Long Pahanggai, Kecamatan Long Bangun, Kecamatan Laham, dan Kecamatan Long Hubung.

Beberapa alternatif kebijakan yang diusulkan untuk mengatasi masalah banjir ini meliputi:

1. Rehabilitasi dan Konservasi Hutan:

- Kebijakan: Implementasi program reboisasi dan restorasi ekosistem hutan yang rusak, serta perlindungan kawasan hutan yang masih utuh.

- Tujuan: Meningkatkan kapasitas penyerapan air dan mencegah erosi, yang akan mengurangi volume air permukaan yang mengalir ke sungai.

2. Pengendalian Tata Ruang dan Pengelolaan Lahan:

- Kebijakan: Penegakan regulasi tata ruang yang ketat untuk mencegah pembangunan di daerah rawan banjir dan daerah resapan air.

- Tujuan: Mengurangi risiko banjir dengan memastikan penggunaan lahan yang sesuai dengan karakteristik lingkungan dan potensi bahaya alam.

3. Pembangunan Infrastruktur Pengendalian Banjir:

- Kebijakan: Pembangunan dan peningkatan infrastruktur seperti tanggul, bendungan, saluran drainase, dan waduk untuk mengendalikan aliran air.

- Tujuan: Mengurangi potensi banjir dengan menampung dan mengatur aliran air secara lebih efektif.

4. Pengembangan Sistem Peringatan Dini dan Kesiapsiagaan Masyarakat:

- Kebijakan: Penerapan teknologi untuk monitoring cuaca dan ketinggian air sungai, serta pengembangan sistem peringatan dini yang terintegrasi.

- Tujuan: Memberikan peringatan dini kepada masyarakat untuk melakukan tindakan mitigasi sebelum banjir terjadi.

5. Pengaturan dan Pengelolaan Aliran Sungai:

- Kebijakan: Normalisasi sungai, termasuk pengerukan sedimen dan pengelolaan vegetasi di sepanjang sungai.

- Tujuan: Memperbesar kapasitas aliran sungai dan mengurangi risiko banjir akibat penumpukan sedimen atau penyumbatan.

Pengembangan sistem peringatan dini yang terintegrasi dan pengelolaan aliran sungai melalui normalisasi dan pengerukan sedimen juga dianggap penting. Aktor-aktor yang berperan dalam penanggulangan banjir ini mencakup Pemerintah Daerah Mahulu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), masyarakat lokal, dan organisasi non-pemerintah (LSM).

Penanggulangan banjir di Mahakam Ulu memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Solusi seperti rehabilitasi hutan, perbaikan infrastruktur pengendalian banjir, penerapan tata ruang yang ketat, serta pengembangan sistem peringatan dini menjadi kunci untuk mengurangi risiko bencana. Selain itu, kerja sama lintas sektor antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi non-pemerintah sangat penting dalam implementasi kebijakan yang efektif. Strategi ini tidak hanya bertujuan menangani banjir saat ini, tetapi juga mempersiapkan daerah Mahakam Ulu menghadapi tantangan bencana di masa depan dengan pendekatan yang lebih terencana dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun