- Tujuan: Mengurangi potensi banjir dengan menampung dan mengatur aliran air secara lebih efektif.
4. Pengembangan Sistem Peringatan Dini dan Kesiapsiagaan Masyarakat:
- Kebijakan: Penerapan teknologi untuk monitoring cuaca dan ketinggian air sungai, serta pengembangan sistem peringatan dini yang terintegrasi.
- Tujuan: Memberikan peringatan dini kepada masyarakat untuk melakukan tindakan mitigasi sebelum banjir terjadi.
5. Pengaturan dan Pengelolaan Aliran Sungai:
- Kebijakan: Normalisasi sungai, termasuk pengerukan sedimen dan pengelolaan vegetasi di sepanjang sungai.
- Tujuan: Memperbesar kapasitas aliran sungai dan mengurangi risiko banjir akibat penumpukan sedimen atau penyumbatan.
Pengembangan sistem peringatan dini yang terintegrasi dan pengelolaan aliran sungai melalui normalisasi dan pengerukan sedimen juga dianggap penting. Aktor-aktor yang berperan dalam penanggulangan banjir ini mencakup Pemerintah Daerah Mahulu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), masyarakat lokal, dan organisasi non-pemerintah (LSM).
Penanggulangan banjir di Mahakam Ulu memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Solusi seperti rehabilitasi hutan, perbaikan infrastruktur pengendalian banjir, penerapan tata ruang yang ketat, serta pengembangan sistem peringatan dini menjadi kunci untuk mengurangi risiko bencana. Selain itu, kerja sama lintas sektor antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi non-pemerintah sangat penting dalam implementasi kebijakan yang efektif. Strategi ini tidak hanya bertujuan menangani banjir saat ini, tetapi juga mempersiapkan daerah Mahakam Ulu menghadapi tantangan bencana di masa depan dengan pendekatan yang lebih terencana dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H