Pagi ini sangat cerah, seperti biasa aku menyiapkan diri untuk berangkat ke sekolah. Aku mengendarai motorku dan berangkat. Aku sangat menikmati hari ini mungkin karena tadi malam hujan suasana Yogyakarta sangat nikmat. Sampai di sekolah aku langsung ke kelasku, rutinitas biasa saat pagi kami berdoa dan menyanyikan lagu kebangsaan dan pembelajaranpun di mulai.
Jujur aku sangat mengantuk, udara terasa sejuk sejak pag tadi. "Hey Cila bangun!, Bu Dana udah dateng tuh" tegur Letta padaku. Aku terbangun dan mulai mengumpulkan segala tenaga untuk menerima informasi kegiatan P5 yang baru.
"Anak-anak kegiatan P5 yang baru ini berhubungan pentas menentas, ini ibu sudah kirim ke grub WA ya! Seru Bu Dana.
Sontak sekelasku menatapku dan aku terpilih menjadi sutradara dalam pementasan ini. Aku memang seorang pemain teater namun aku tidak ahli dalam bidang produser sebuah karya, aku terbiasa dengan membawakan karakter yang sudah ada bukan membuat karakter, aku juga harus membuat sebuah pementasan mengenai daerah dan kebudayaan Kalimantan. Aku tidak ada gambaran sedikitpun.
"Nana, kau kan dari Kalimantan, disana ada apa aja?" tanyaku.
"Duh akutu di bagian kota, kurang tau nih coba tanya Niel diakan dari pedalaman" jawab Nana.
Aku menoleh ke belakang dan bertanya pada Niel namun ia hanya fokus dengan laptopnya. Selama di sekolah aku tidak bisa tenang karena waktunya hanya 2 bulan untuk membuat segalanya, apa lagi aku harus satu persatu menjelaskan kepada teman teman karena mereka tidak tau secara jelas tugas dan peran mereka masing masing.
Aku bingung harus memulainya darimana, satupun di kelas tidak ada pengalaman dalam pementasan. Pulang sekolah aku mampir ke Taman Budaya Yogyakarta untuk menemui Juna temanku, dia sudah lebih dari 5 tahun di dunia pementasan aku harap dengan aku cerita dengannya masalah tugasku dapat di selesaikan.
"Ya yang jelas kamu harus buat konsepnya dulu Ci, kalo kamu langsung buat naskah dan rancangan nanti kamu bingung di tengah jalan karena gak sesuai sama tujuan kamu apa lagi ini kepanitiaannya masih gak jelas mending di benerin dulu sambil coba ngobrol sama yang lain biar ini jadi kesepakatan bersama" ucap Juna.
"besok deh aku coba tanyain dulu mereka mau yang kaya gimana" jawabku.
Keesokan harinya aku mengajak teman teman untuk membicarakan tugas P5 kita, banyak ide yang aku tampung. Dari hasil musyawarah ini kita sepakat jika kita akan menggambil salah satu cerita rakyat tentang padi.
Aku dan Niel adalah sutradara dan Astrada, namun karena Niel tidak ada banyak pengalaman, aku hanya meminta dia Carikan cerita rakyat Kalimantan lalu aku yang akan membuat naskahnya. Sebenernya aku ada acara untuk membantu pementasan pekan seni di daerah Malioboro, aku tidak berfikir jika Niel akan memberikan dateline secepat dan selarut ini. Jelas aku mengerjakan keduanya di waktu yang bersamaan, lalu aku pulang ke rumah dengan keadaan lemah.
Selama beberapa hari aku mencari informasi dari kisah yang Niel berikan untuk kubuatkan naskah, aku harus menyelesaikan ini semua sebelum Hari Kamis. Naskah itu hanya 70% jadi, aku meminta Niel untuk menambahkan aksen Kalimantan dalam naskah tersebut hingga kami sepakat untuk besok kita adakan casting.
Esokan hari aku terbangun dan seperti rutinitas biasanya tidak lupa aku membawa hasil cetak naskah untuk casting hari ini.
"Temen temen kita casting ya, yang lain tunggu di depan nanti biar niki panggilan satu persatu."
Aku kira ini semua berjalan dengan lancar, ternyata susah sekali, kalian tau? Mereka malah jajan di kantin, ya ada sebagian yang serius cuma siapa yang ga emosi ya.
"Plis deh ya, aku dah cape ngerancang malah kalian seenaknya, udah gede gini masak gabisa dewasa!" Eluh pada mereka.
"Ci lu juga ngapain segininya, bawa santai aja kali toh gak ada yang minta lu seeffort ini" Jawab Kael sambil mengunyah permen karet
Aku hanya menghela nafas. Aku takut emosiku memuncak namun apa boleh buat, mereka tidak berpengalaman sama sekali. Sebenernya jika kamu bisa menamparnya aku sudah lakukan dari tadi. Singkat cerita casting selesai dan aku serta panitia merancang kostum juga kebutuhan lainnya. Selama menunggu jam pulang aku meminta beberapa peran untuk melakukan reading demi hasil yang memuaskan nanti.
Minggu demi minggu kita alami, pro dan kontra pasti ada, kita mulai latihan dan sedikit mencoba lakukan blocking walaupun susah sekali mengatur 34 manusia. Latihan sempat terhambat karena aku izin tidak masuk sekolah untuk pentas, entah apa yang terjadi di sana namun Letta terus menghubungi ku.
"Ci kelas gabisa di atur, malah pada tidur sama keluyuran, besok lu masuk ya ini ancur banget" pesan suara Letta dengan backsound yang gemeruh.
Esoknya aku berangkat dengan energi yang terbatas, aku adakan evaluasi. Disini aku tidak yakin dengan keputusanku, akupun mengajak Nana ngobrol soal latihan.
"Ya! Itu ide bagus, tim tari biar aku yang atur jadi kita bagi tugas" jawab Nana saat aku meminta dia untuk membagi latihan menjadi 2 bagian yaitu tari dan drama. Agaknya ini ide yang bagus.
Kamipun semakin dekat dengan tanggal kita pentas, segala persiapan mau tidak mau harus sangat matang, aku keteteran dengan keadaan properti yang lengkap lengkap juga tugasku, Lalu Letta menenangkan ku dengan segala saran.
"Udah tenang, kita buat aja properti di rumah ku, mumpung orang tua ku sedang keluar kota, aku hanya ber2 dengan kakaku" Ucap Letta sambil memegang tangan ku.
Tak ada pilihan lain, aku meminta bantuan temanku di teater untuk membatu, aku tau kita semua bodoh dengan perkakas dan bahan mentah sebanyak ini. Kitapun membuat jadwal kumpul. Sedikit demi sedikit properti pentas kita selesai, rasanya sangat lega.
"Jun makasih ya, jadi ngerepotin" ucapku pada Juna karena ia telah membantu.
"Santai aja, lagi kosong juga jadwal, itung itung main lah ini" jawab Juna.
Sudah kurang seminggu lagi kita pentas malah ada kejadian, ya! Si peran utama malah sakit. Semua kebingungan tak ada pilihan kita hanya menampilkan tarian saat gladi kotor. Tak seperti biasa, hari ini aku berangkat dengan ojek online karena ban motorku bocor, aku bingung bagaimana caranya untuk mengambil kostum karena yang lain ada acara masing masing. Entahlah namum tiba tiba aku kepikiran Juna, ya aku hanya minta di antar dan setelah aku menghubungi ternyata dia bisa, lega rasanya.
Segala persiapan semakin matang, dan besok adalah harinya, segala persiapan sudah kita atur dengan matang. Gugup rasanya karena ini penampilan perdana kita juga karya pertamaku. Syukurlah segalanya berjalan dengan sangat lancar, bahkan kami berhasil membuat beberapa penonton menangis dengan cerita kami, dan inilah karyaku yang ku beri judul Kelasku Dengan Dramanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H