Kebetulan hari itu adalah hari Jum'at. Sampai dengan jam 11.30 siang, istriku belum juga masuk ke ruang operasi. Suara Adzan terdengar dari kejauhan. Aku pamit untuk sholat jum'at keistriku. Diapun mengangguk, walau ku tau —dalam angguknya dia tidak setuju. Akupun bergegas sedikit berlari. jarak masjid sekitar 300 meter dari RS. Rombongan orang berbaju taqwa, memakai sarung ataupun celana dan ber-peci berjalan ke mesjid untuk menunaikan Sholat Jum'at. Akupun tenggelam dalam ibadah sholat Jum'at.
***
Jam menunjukkan pukul 12:30, ketika aku selesai sholat. Akupun segera bergegas kembali ke RS dan langsung menuju ke ruang tamu. Tempat dimana tadi istriku kutinggalkan. Tapi, disana sudah tidak kudapati dia. Aku sempat panik, sebelum akhirnya bertanya kepada perawat perihal keberadaan istriku.
"Ny. Retno sudah di ruang operasi Pak.." kata perawat yang kutanya.
Tanpa sepatah kata terima-kasih, aku langsung bergegas ke ruang operasi. Disana istriku telah terbaring lemah mengenakan baju operasi lengkap. Satu set perlengkapan infus ada disamping istriku dengan jarum menancap di lengan kirinya. Istriku bersiap memasuki ruang operasi.
Beberapa menit berlalu, tepatnya sekitar 45 menit. Aku menantikan kabar dari ruang operasi. Beberapa kali kulihat jam yang berjalan bak keong. Tiba-tiba pintu ruang operasi terbuka. Aku berharap ada kabar dari dalam. Ternyata hanya perawat yang keluar mengambil beberapa obat. Suasana hati semakin cemas. Suara tangis bayi tak kunjung terdengar. Tanpa kusadari, jantung berdetak kencang. Padahal aku tidak sedang berlari. Aku hanya duduk, menunggu dalam bingung dan berharap dalam pasrah.
Seorang perawat kembali keluar. Kali ini aku tidak seantusias sebelumnya. Aku tetap duduk dan menunggu. Sang perawat tampak menoleh kekanan dan kekiri, seperti sedang mencari seseorang.
"Bapak Yosie.." seru perawat itu.
"Yaach..." jawabku sontak beranjak bangun dari duduk. "Ya bu.." kataku sambil menghampiri perawat itu.
"Selamat ya Pak, Anak bapak laki-laki, beratnya 3,2 Kg, panjangnya 50 cm.." kata perawat itu.
"Lengkap mbak?" tanyaku secepatnya.