Mohon tunggu...
Clemens Danang
Clemens Danang Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Amerika Serikat, ISIS, dan Vietnam "Keempat"

2 Mei 2016   22:53 Diperbarui: 3 Mei 2016   22:41 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak pecahnya perang saudara di Suriah pada tahun 2011, situasi geopolitik di daerah timur tengah menjadi sebuah kekacauan yang luar biasa. Banyak pihak yang terlibat dalam perang yang telah memakan lebih dari 470.000 korban jiwa per Februari 2016 berdasarkan Syrian Centre for Policy Report. Salah satu pihakyang menjadi salah satu pemain utama dalam konflik ini adalah NIIS, NegaraIslam Irak dan Suriah atau yang biasa disebut ISIS. Teror yang disebarkan ISIS tidak terbatas hanya di daerah konflik tetapi juga menyebar ke Perancis, Turki,Belgia, Indonesia, dll.

Operasi Militer AS di Suriah

5 tahun sudah berlalu sejak perang pecah di Suriah dan nampaknya masih lama sebelum perang ini berakhir. Amerika Serikat menghabiskan 2 tahun terakhirberupaya untuk menghancurkan ISIS, akan tetapi usaha mereka selama ini masih kurang efektif. Sejak 2014 Amerika Serikat telah mengirim ribuan misipengeboman terhadap ISIS tetapi mereka nampaknya tidak bergeming. Dari sudut pandang taktis pengeboman dilakukan untuk melemahkan pertahanan lawan untuk mempersiapkan sebuah serangan dari pasukan darat. Dalam kasus ini Amerika Serikat masih enggan untuk mengirimkan pasukannya untuk berperang melawan ISIS. Pada bulan April lalu pemerintahan Obama mengirimkan sekitar 250 pasukan khusus ke Suriah sebagai penasehat bagi pasukan SDF. Selain sebagai penasehat, Amerika Serikat belum mengirimkan pasukan perang efektif ke Suriah.

Karikatur di atas menunjukkan banyaknya pihak yang terlibat dalam perang di Suriah

Sindrom Vietnam

Apabila kita melihat ke belakang maka Perang Vietnam adalah sebuah perang yang benar-benar membentuk opini publik terhadap pengiriman pasukan AS secarabesar-besaran ke kancah peperangan di seberang dunia. Peran yang awalnya hanya sebagai penasehat bagi Vietnam Selatan berubah menjadi tulang punggung operasi militer di Vietnam dengan adanya eskalasi yang diadakan oleh Presiden Lyndon B. Johnson pada tahun 1963. Pada saat berakhirnya perang pada tahun 1972sebanyak 58.000 tentara AS telah kehilangan nyawanya.

 Afghanistan menjadi Vietnam kedua bagi AS. Pada tahun 2002 AS mengirimkan pasukannya ke Afghanistan untuk menangkap Osama Bin Laden sekaligus untuk menjatuhkan pemerintahan Taliban disana. Misi yang harusnya hanya berlangsung selama 8 bulan tersebut berangsur-angsur hingga akhirnya pasukan AS ditarik pada tahun 2014, 12 tahun kemudian. Vietnam ketiga bagi AS adalah perang di Irak.

 Pada tahun 2003 pasukanAS menginvasi Irak dalam upaya untuk menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein yang menurut CIA telah memproduksi senjata kimia. Dalam waktu hanya 20 hari pasukan AS berhasil menguasai Irak dan menghancurkan angkatan perang Irak. Padatanggal 1 Mei 2003 George W. Bush mengumumkan bahwa operasi militer besar diIrak telah berakhir dan Amerika Serikat berhasil mengalahkan angkatan perang Irak. Sayang sekali bagi Presiden Bush karena perayaannya terlalu cepat 8 tahun karena pasukan AS baru ditarik dari Irak pada tahun 2011 setelah memakan nyawa 4.486 jiwa tentara AS.

screen-shot-2014-09-23-at-11-20-18-pm-572776ccec967349157049a6.png
screen-shot-2014-09-23-at-11-20-18-pm-572776ccec967349157049a6.png
Sebuah Monumen untuk memperingati korban Jiwa AS di Irak

Langkah Berikutnya bagi Amerika Serikat

Berdasarkan pengalaman di Vietnam, Afghanistan, serta Irak, AS semakin enggan untuk mengirim pasukan dalam jumlah besar ke Suriah atau Irak. Kita tidak akan melihat sebuah invasi AS terhadap Suriah dalam waktu dekat ini. Terutama karena pada saat ini pemerintahan ada di tangan Barack Obama yang liberal demokrat sangat kontra dengan Presiden terdahulu George W. Bush yang konservatif.Mengirim pasukan dalam jumlah besar mungkin dapat mengakhiri perang saudara diSuriah dalam waktu kurang dari 6 bulan, akan tetapi setelah AS berhasil memenangkan perang lah tantangan utama mereka dimulai. 

Tantangan terbesar adalah untuk menciptakan sebuah sistem pemerintahan baru yang dapat bertahan dalam waktu lama setelah pasukan AS meninggalkan negara tersebut. DiAfghanistan dan Irak AS telah gagal untuk menjaga kestabilan regional setelah mereka meninggalkan negara tersebut. Memang solusi tercepat adalah untuk mengirim pasukan dalam sebuah operasi militer besar, akan tetapi masa pendudukan lah yang tidak disukai oleh para petinggi militer AS. 

Pasukan AS yang menjadi “polisi” di daerah bekas perang menjadi sasaran empuk bagi teroris dan pemberontak. Apalagi fakta bahwa penyebab munculnya ISIS serta perang skalabesar di daerah Irak dan Suriah pada saat ini diawali oleh invasi AS terhadap Irak pada tahun 2003 dan kegagalan AS untuk menjaga kestabilan geopolitik di kawasan tersebut hingga akhirnya mereka menarik pasukan dari Irak dan dalam vacuum of power tersebut muncullah ISIS. AS akan terus melanjutkan misi pengeboman mereka terhadap ISIS dan sampai kapanpun strategi ini tidak dapat mengalahkan ISIS kecuali AS memutuskan  pasukan darat dan mempertaruhkan kekuatan mereka di Vietnam “Keempat”ini.

-ClemensDanang XI-I/09

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun