Mohon tunggu...
Claudia Ajeng Pramesthi
Claudia Ajeng Pramesthi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Lepas

Mahasiswa S1 Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

KKN-PPM UGM di Banggai Laut: Kisah Tim Kami Menjangkau Pulau Kecil di Timur Sulawesi

4 Agustus 2023   23:24 Diperbarui: 4 Agustus 2023   23:39 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di dalam kapal penumpang/Dokpri

Keesokan siangnya, kami berangkat menuju Pelabuhan Rakyat Luwuk untuk membeli tiket kapal penumpang. Kapal yang kami naiki akan menyebrang selama 8 jam sebelum sampai ke Pelabuhan Banggai Laut. 

Harga tiket untuk sekali keberangkatan berkisar di harga Rp 130.000,00 per penumpang. Satu orang akan mendapat satu tempat bunker bed yang susunannya seperti bangsal rumah sakit darurat.

Suasana di dalam kapal penumpang/Dokpri
Suasana di dalam kapal penumpang/Dokpri
Terdapat juga kamar VIP dengan jumlah yang sangat terbatas. Jika ingin menyewa kamar VIP, penumpang harus membayar tambahan Rp 200.000,00 per kamar. Isi kamar dengan harga itu adalah satu bumker bed berisi dua Kasur lengkap dengan bantal, guling, dan sprei. Di dalamnya juga ada dua buah life vest berwarna oranye cerah dan dilengkapi pendingin ruangan.

Kamar VIP/Dokpri
Kamar VIP/Dokpri
Aku termasuk beberapa temanku baru pertama kali merasakan perjalanan laut yang memakan waktu lama. Sejak dari darat kami sudah diperingati untuk menyiapkan obat mabuk perjalanan untuk berjaga-jaga. Tapi juga namanya euforia, selama tiga jam pertama perjalanan dihabiskan kesana-kemari menjelajah dan berfoto-foto dengan pemandangan laut biru walau wajah sudah berkali-kali terkena tamparan rambut sendiri yang tertiup angin kencang.

Beberapa jam selanjutnya aku habiskan dengan tidur setelah rela membayar biaya tambahan untuk mendapat kamar VIP. Terbangun dari tidur, saat itu sudah sekitar pukul tiga sore dan kepalaku berdenyut-denyut. Mungkin ini gejala mabuk laut tahap awal, namun aku berusaha mengurangi sakitnya dengan berjalan-jalan di atas deck menemui teman lain dan memandangi laut.

Sinyal di atas kapal kurang lebih sama dengan air laut---pasang surut. Jadi tidak banyak hal yang bisa dilakukan menggunakan hp selain mengambil foto dan video.

Balut Bertaut di atas deck kapal/Dokpri
Balut Bertaut di atas deck kapal/Dokpri

Menjelang matahari terbenam, kapal kami hamper sepenuhnya melewati wilayah Banggai Kepulauan, menandakan tinggal beberapa jam untuk sampai di tujuan akhir kami. 

Malam hari di atas deck kapal membuatku sedikit kedinginan, meski angina yang bertiup tidak sekencang saat awal perjalanan. Ketika mendongak, terlihat kelip ribuan bintang yang menghiasi langit malam. Sangat syahdu, apalagi masih terdengar suara deburan air laut yang menghantam bagian tubuh kapal. Tersedia kantin yang menjual minuman ringan dan mie instan cup yang membantu menghangatkan tubuh.

Sekitar jam 20.00 WITA, akhirnya kami mencapai dermaga Pelabuhan Banggai Laut. Dari atas deck aku melihat ke bawah, ke kerumunan orang yang ingin segera turun dan mencapai atujuan masing-masing. Aku sedikit terkejut karena ternyata kapal yang kutumpangi juga membawa serta sepeda motor hingga berjumlah belasan. Di awal masuk tadi, derrmaga Pelabuhan Rakyat Luwuk terbuat dari susunan kayu yang nnampak sudah beumur. The power of kapal penumpang.

Kami dijemput oleh kendaraan yang disediakan langsung oleh Pemerintah Kabupaten Banggai Laut. 27 orang menaiki satu bus sekolah kuning yang diikuti satu mobil pick up yang membawa barang-barang kami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun