Mohon tunggu...
CLAUDY MERY SYAMRI
CLAUDY MERY SYAMRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IPB University

ENTP

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Sayang Anak? Orang Tua Wajib Kenali Tanda-Tanda Kekerasan Emosional Pada Anak!

7 Oktober 2024   14:21 Diperbarui: 7 Oktober 2024   14:46 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.istockphoto.com/id/foto/keluarga-bahagia-di-taman-cahaya-matahari-terbenam-keluarga-di-akhir-pekan-berlari-gm1477970026-506361867

Anak adalah karunia dari Tuhan yang membawa kebahagiaan dan harapan bagi masa depan bagi setiap keluarga. Setiap anak layak mendapatkan pengasuhan yang penuh kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya dan cara orang tua mendidik dan merawat anak sangat menentukan perkembangan fisik, mental, dan emosional mereka. Pengasuhan yang baik akan membantu anak tumbuh menjadi individu yang sehat dan bahagia. Di zaman modern ini orang tua mulai meninggalkan pengasuhan dengan melibatkan kekerasan fisik, kendati demikian masih banyak orang tua yang tanpa sadar menggunakan kekerasan emosional. Kekerasan emosional, seperti penghinaan, penolakan, dan ancaman, dapat merusak kesehatan mental dan emosional anak. Dampaknya bisa sangat serius, menghambat perkembangan mereka, dan meninggalkan bekas luka yang mendalam. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk mengenali tanda-tanda kekerasan emosional pada anak. Dengan memahami dan mencegah kekerasan emosional, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak mereka, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Apa itu kekerasan emosional?

Kekerasan emosional pada anak adalah bentuk kekerasan nonfisik yang dapat merusak kesehatan mental dan emosional mereka. Ini mencakup perilaku bermusuhan atau acuh tak acuh yang merusak harga diri, menurunkan rasa pencapaian, mengurangi rasa memiliki, mencegah perkembangan yang sehat, dan menghilangkan kesejahteraan anak. Kekerasan emosional bisa berupa penghinaan, penolakan, ancaman, intimidasi, dan berbagai bentuk perlakuan buruk lainnya yang tidak terlihat secara fisik tetapi memiliki dampak yang sangat merugikan. Tindakan ini dapat menyebabkan penderitaan mental yang serius dan menghambat perkembangan anak secara keseluruhan.

Menurut UNICEF, beberapa indikator kekerasan emosional pada anak meliputi:

  1. Penghinaan dan Ejekan

Menghina atau mengejek anak dapat merusak harga diri mereka. Anak yang sering dihina atau diejek mungkin merasa tidak berharga dan kehilangan kepercayaan diri, yang dapat berdampak negatif pada perkembangan emosional dan sosial mereka.

  1. Penolakan dan Pengabaian

Mengabaikan kebutuhan emosional anak atau menolak keberadaan mereka dapat membuat anak merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan. Penolakan ini bisa berupa tidak memberikan perhatian, kasih sayang, atau dukungan yang dibutuhkan anak untuk berkembang dengan baik.

  1. Ancaman dan Intimidasi

Menggunakan ancaman untuk menakut-nakuti anak dapat menciptakan lingkungan yang penuh ketakutan dan kecemasan. Ancaman ini bisa berupa ancaman fisik atau verbal yang membuat anak merasa tidak aman dan tertekan.

  1. Pembatasan Sosial

Mengisolasi anak dari teman-teman dan kegiatan sosial dapat menghambat perkembangan sosial mereka. Anak yang dibatasi interaksinya dengan orang lain mungkin merasa kesepian dan terisolasi, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk membangun hubungan yang sehat di masa depan.

  1. Penganiayaan Mental

Menyebabkan penderitaan mental yang serius melalui tindakan atau kata-kata dapat merusak kesehatan mental anak. Penganiayaan mental bisa berupa pelecehan verbal, manipulasi emosional, atau perlakuan yang merendahkan yang membuat anak merasa tidak berdaya dan tertekan.

  1. Meremehkan dan Merendahkan

Membuat anak merasa tidak berharga atau tidak dihargai dapat menghancurkan rasa percaya diri mereka. Perlakuan ini bisa berupa komentar negatif yang terus-menerus atau sikap yang meremehkan kemampuan dan prestasi anak.

  1. Mengkambinghitamkan

Menyalahkan anak atas masalah atau kesalahan yang bukan tanggung jawab mereka dapat membuat anak merasa bersalah dan tidak berdaya. Mengkambinghitamkan anak dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang berlebihan.

  1. Mengancam dan Menakuti

Menggunakan ancaman untuk mengendalikan atau menakut-nakuti anak dapat menciptakan lingkungan yang penuh ketakutan. Ancaman ini bisa berupa ancaman fisik atau verbal yang membuat anak merasa tidak aman dan tertekan.

  1. Mendiskriminasi

Memperlakukan anak secara tidak adil berdasarkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, atau kemampuan, dapat merusak rasa percaya diri dan harga diri anak. Diskriminasi ini bisa membuat anak merasa tidak dihargai dan tidak diinginkan.

  1. Mengendalikan

Mengontrol setiap aspek kehidupan anak secara berlebihan dapat menghambat perkembangan kemandirian dan rasa percaya diri mereka. Anak yang terlalu dikendalikan mungkin merasa tidak memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.

  1. Menyaksikan Kekerasan Pasangan Intim/KDRT

Anak yang menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga juga mengalami kekerasan emosional. Menyaksikan kekerasan dapat menyebabkan trauma dan ketakutan yang mendalam, serta mempengaruhi pandangan anak tentang hubungan dan kekerasan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengasuhan Menurut Belsky

Pengasuhan anak adalah proses yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Jay Belsky, seorang psikolog perkembangan, telah mengidentifikasi beberapa faktor utama yang mempengaruhi cara orang tua mengasuh anak mereka. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi pengasuhan menurut Belsky: 

  1. Karakteristik Orang Tua

Kepribadian dan kesehatan mental orang tua sangat mempengaruhi cara mereka mengasuh anak. Orang tua yang memiliki kesehatan mental yang baik dan kepribadian yang positif cenderung memberikan pengasuhan yang lebih baik dan mendukung perkembangan anak. Misalnya, orang tua yang sabar dan penuh kasih sayang akan lebih mampu menghadapi tantangan dalam pengasuhan dengan tenang dan bijaksana. Sebaliknya, orang tua yang mengalami stres atau masalah kesehatan mental mungkin lebih rentan menggunakan kekerasan emosional sebagai cara untuk mengatasi frustrasi mereka.

  1. Karakteristik Anak

Temperamen dan kebutuhan emosional anak juga memainkan peran penting dalam interaksi pengasuhan. Anak dengan temperamen yang mudah bergaul dan adaptif mungkin lebih mudah diasuh dibandingkan anak yang memiliki temperamen yang lebih sulit atau sensitif. Selain itu, kebutuhan emosional anak, seperti kebutuhan akan perhatian, kasih sayang, dan dukungan, harus dipenuhi agar mereka dapat berkembang dengan baik. Anak yang merasa dicintai dan dihargai cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik dan hubungan yang lebih positif dengan orang tua mereka.

  1. Konteks Sosial

Dukungan sosial dari keluarga, teman, dan komunitas, kualitas hubungan perkawinan, serta kondisi kerja orang tua dapat mempengaruhi bagaimana mereka mengasuh anak. Orang tua yang memiliki dukungan sosial yang baik, seperti bantuan dari keluarga besar atau teman-teman, cenderung lebih mampu mengatasi stres dan tantangan dalam pengasuhan. Kualitas hubungan perkawinan juga penting; hubungan yang harmonis dan saling mendukung dapat menciptakan lingkungan yang stabil dan aman bagi anak. Selain itu, kondisi kerja yang fleksibel dan tidak terlalu menekan dapat membantu orang tua memiliki lebih banyak waktu dan energi untuk mengasuh anak dengan baik.

Tanda-Tanda Kekerasan Emosional pada Anak

Mengenali tanda-tanda kekerasan emosional pada anak sangat penting untuk memastikan kesejahteraan mereka. Kekerasan emosional sering kali tidak terlihat secara fisik, tetapi dampaknya bisa sangat merusak kesehatan mental dan emosional anak. Dengan memahami tanda-tanda ini, orang tua dan pengasuh dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi anak-anak mereka dan memberikan dukungan yang mereka butuhkan. Berikut adalah beberapa tanda yang perlu diwaspadai untuk mendeteksi kekerasan emosional pada anak: 

  1. Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku dapat terjadi ketika anak mendapatkan kekerasan emosional. Mereka bisa menjadi penarik diri, cemas, atau depresi. Misalnya, anak yang sebelumnya ceria dan aktif mungkin tiba-tiba menjadi pendiam dan tidak tertarik pada kegiatan yang biasanya mereka nikmati. Perubahan ini bisa menjadi tanda bahwa anak mengalami tekanan emosional yang serius.

  1. Masalah Kesehatan Mental

Anak yang mengalami kekerasan emosional akan menunjukkan tanda-tanda masalah kesehatan mental, seperti rendahnya harga diri, gangguan tidur, atau masalah akademik. Anak yang merasa tidak dihargai atau terus-menerus dikritik mungkin mulai meragukan kemampuan mereka sendiri dan merasa tidak berharga. Gangguan tidur, seperti insomnia atau mimpi buruk, juga bisa menjadi indikasi bahwa anak mengalami stres emosional. Selain itu, anak yang mengalami kekerasan emosional mungkin mengalami kesulitan dalam belajar dan berprestasi di sekolah.

  1. Interaksi Sosial

Anak yang mengalami kekerasan emosional memiliki kemungkinan untuk sulit berinteraksi dengan teman sebaya dan orang dewasa lainnya. Mereka mungkin menjadi lebih tertutup dan enggan bergaul dengan orang lain. Anak yang merasa tidak aman atau tidak dihargai di rumah mungkin merasa sulit untuk membangun hubungan yang sehat dan positif dengan teman-teman mereka. Mereka mungkin juga menunjukkan perilaku agresif atau defensif sebagai cara untuk melindungi diri dari rasa sakit emosional.

Strategi Pencegahan dan Penanganan
Mencegah dan menangani kekerasan emosional pada anak adalah tanggung jawab penting bagi setiap orang tua dan pengasuh. Dengan strategi yang tepat, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak, membantu mereka tumbuh dan berkembang dengan baik. Berikut ini adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk memastikan anak-anak mendapatkan pengasuhan yang penuh kasih sayang dan bebas dari kekerasan emosional: 

  1. Pendidikan Orang Tua 

Mengikuti pelatihan dan edukasi tentang pengasuhan yang sehat dapat membantu orang tua memahami cara mengasuh anak dengan baik tanpa menggunakan kekerasan emosional. Program pendidikan orang tua dapat memberikan informasi tentang perkembangan anak, teknik pengasuhan yang positif, dan cara mengelola stres. Dengan pengetahuan ini, orang tua dapat lebih siap menghadapi tantangan dalam pengasuhan dan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak-anak mereka.

  1. Dukungan Sosial

Mencari dukungan dari komunitas dan layanan dukungan dapat membantu orang tua mengatasi tantangan dalam pengasuhan. Dukungan sosial bisa datang dari berbagai sumber, seperti kelompok dukungan orang tua, layanan konseling, atau program komunitas. Dengan dukungan ini, orang tua dapat merasa lebih didukung dan tidak sendirian dalam menghadapi kesulitan pengasuhan. Dukungan sosial juga dapat memberikan kesempatan bagi orang tua untuk berbagi pengalaman dan belajar dari orang tua lain.

  1. Intervensi Profesional

Mencari bantuan dari psikolog atau konselor dapat membantu orang tua dan anak mengatasi dampak kekerasan emosional dan memperbaiki hubungan pengasuhan. Intervensi profesional dapat memberikan dukungan emosional, strategi pengelolaan stres, dan teknik komunikasi yang efektif. Dengan bantuan profesional, orang tua dan anak dapat bekerja sama untuk membangun hubungan yang lebih sehat dan positif.

Mengenali dan mencegah kekerasan emosional adalah langkah penting dalam pengasuhan yang sehat. Orang tua harus lebih peka terhadap tanda-tanda kekerasan emosional dan tidak ragu mencari bantuan jika diperlukan. Dengan demikian, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak, dan membantu anak tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan pengasuhan yang penuh kasih sayang dan perhatian, anak-anak dapat mencapai potensi penuh mereka dan menjadi individu yang kuat dan percaya diri.

Disusun Oleh: Claudy Mery Syamri

Dosen Praktikum: Dr. Yulina Eva Riany S.P., M.Ed.

Asisten Praktikum: Fransiska Harsyanthi

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Fakultas Ekologi Manusia IPB University

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun