Pria itu hanya tersenyum. Senyumnya seakan tak pernah pudar. "Aku..."
"Rey Adinasa!! Tangi nakk! Wes awan kok nembe tangi!"
Rey kaget bukan main. Tubuhnya tiba-tiba saja terduduk. Jantungnya berdegub kencang karena kaget. Perlahan ia kembali tenang. Rey terdiam beberapa saat. Ternyata mimpinya berawal dari cerita Ardian semalam. Dia mengatakan kalau tiba-tiba kontraktor itu berniat  menghancurkan desa, kemudian tertawa jahat.
Lagi-lagi... Rey terpengaruh oleh imajinasi liar dari sahabatnya.
Faktanya mereka bukan orang jahat, mereka hanya memudahkan masyarakatnya dengan membangun beberapa fasilitas pertanian di desanya.
Namun Rey tersadar atas suatu hal. Ia tidak bisa melagkah sendirian jika dia ingin melindungi kampung halamannya. Ia tidak bisa melakukan segalanya sendirian.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka, menampilkan paras ibu-ibu dengan daster yang tengah memegang sapu. Tatapannya yang tajam membuat Rey tersenyum kecut.
Ah, seharusnya ia tidak mendengarkan cerita Ardian semalam...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI