Mohon tunggu...
Claudia May
Claudia May Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Menyukai segala hal mengenai kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Angin yang Menghembus Sebatang Tunas Muda

23 Agustus 2024   16:00 Diperbarui: 23 Agustus 2024   16:02 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seketika pusat dari banyaknya mata memandang beralih kepada Rey yang secara serampangan berteriak tanpa aba-aba. Rey paham bahwa tindakannya kali ini tidak bisa menghentikan apapun. Dia mulai memaksa otaknya untuk berputar. Nampaknya masyarakat sekitar tidak ada niatan untuk menghentikan proyek itu. Tidak ada satupun yang menentang, tidak ada yang berniat protes. Tidak ada...

Tampaknya situasi memaksa Rey untuk melakukan pembicaraan tepat dihadapan masyarakat. Walau kesempatan untuk menghentikan proyek ini nyaris tidak ada, setidaknya ada harapan untuk menyadarkan masyarakat dan merebut kembali kemakmuran yang hampir dirampas. Setidaknya itu tujuan pasti dari rencananya. Sambil menatap pria itu. Rey mencoba untuk berbicara lebih dulu. Tetapi...

"Selamat pagi, Apakah ada hal yang mengganggu, Rey Adinasa?" ucap pria itu.

Rey terbelalak. Kalimat pertama yang akan ia lontarkan pupus seiringan dengan sebuah nama yang terlontar dari lawan bicaranya. Bagaimana tidak? Pria yang bahkan baru ia temui saat ini mengenalnya dan menyebut namanya dengan nada akrab sampai-sampai bulu kuduknya berdiri tanpa sebab.

Pria itu masih tersenyum. Dan akan selalu tersenyum.

Kalimat yang sempat lari, berangsur kembali "Tindakan anda merugikan kami! Kalian bisa saja mengubur kemakmuran yang sudah kami petik selama ini kena-"

"Bagian mana yang merugikan? Apakah anda punya bukti bahwa tindakan ini merugikan?" kata-kata Rey terpotong oleh beberapa pertanyaan.

Rey menoleh, mencoba untuk meminta bantuan kepada rekannya. Tapi lagi-lagi mereka menggeleng. Mereka tidak tahu apa-apa. Rey tersadar. Niatan ini hanya datang dari dirinya sendiri, rencana ini hanya dia yang tahu. Tidak ada kawan yang bisa membantunya. Tidak ada yang sepemikiran dengan dirinya. Bahkan dia menyembunyikan rencana kecilnya dari sahabatnya sendiri.

Belum sempat menjawab, pria itu kembali bertanya "Kemakmuran apa yang kau maksud anak muda?" pria dengan jas hitam itu mengangkat tangannya, menyenderkan beban tangannya pada pundak Rey, mencengkramnya. Seketika Rey merasakan hawa dingin mencekam yang asalnya entah darimana.

"Ingin menghentikan usahaku hm? Apa kau yakin? Masyarakatmu sudah menaruh harapan dan rasa percaya padaku, bahkan mereka begitu antusias menyaksikan harapan baru mereka segera dibangun" senyumnya semakin terlihat mengerikan "Apakah mereka akan percaya hanya dengan kata-katamu Rey?"

Sebenarnya Rey bisa membalasnya, namun usaha apa yang bisa ia lakukan sendirian? Ia tidak punya dukungan. Rekannya bahkan tidak bisa berkata apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun