Mohon tunggu...
Claudia Muelen
Claudia Muelen Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Apa yang kau baca?

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Napak Tilas Perjalanan Cinta Letnan Tendean si Pahlawan Revolusi dan Rukmini

11 Mei 2024   18:00 Diperbarui: 11 Mei 2024   18:03 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan cinta yang serius dan tulus tidak selalu berakhir mulus. Keseriusan dalam membina cinta, menghadirkan ujian tanpa batas dari segala arah. Memilih bertahan? Ataukah, meninggalkan nestapa dalam bisingnya perjalanan. Solusinya, bertahan dan keseriusan adalah kunci.

Inilah yang dirasakan oleh Rukmini si wanita pujaan hati yang berhasil menggaet hati Letnan Pierre Tendean.

Letnan Pierre Tendean merupakan anak dari pasangan Dr. Aurelius Lammert Tendean, dan sang ibu adalah wanita berdarah Belanda-Prancis, yaitu Maria Elizabeth Cornet. Bapak Aurelius Lammert adalah seorang dokter bedarah Minahasa.

Pierre Tendean sejak kecil bercita-cita menjadi seorang tentara, namun keinginan tersebut ditolak oleh kedua orang tuanya. Bapaknya menginkan Pierre Tendean melanjutkan pendidikan dokter di Universitas Indonesia, untuk mengikuti jejaknya. Sedangkan sang ibu mengkhawatirkan keselamatan anak laki-laki satu-satunya tersebut.

 Letnan Tendean, seorang anak kedua dari tiga bersaudara, merupakan satu-satunya putra laki-laki dalam keluarganya. Pada akhirnya Letnan Tendean berhasil masuk akademi militer atas persetujuan dari kakaknya. Saat itu sang kaka mencoba meyakinkan orang tua mereka bahwa Tendean akan baik-baik saja.

Namun sebelum perjalanan karirnya di akademi militer dimulai, Letnan Tendean berkata ke kedua orang tuanya bahwa, ia akan mencoba mengikuti tes masuk kedokteran di Universitas Indonesia sesuai keinginan sang ayah. Namun, jika tidak lulus maka ia akan jadi tentara. Orang tuanya pun setuju saat itu.

Dalam sebuah buku sejarah menuliskan bahwa, Letnan Tendean tidak lolos ujian masuk bukan karena hasil tesnya jelek. Tapi, karena dia tidak mengerjakannya.

Saat Pendidikan militer dimulai, Letnan Tendean termasuk siswa militer yang sangat menonjol di sekolahnya. Bukan karena parasnya yang ganteng tapi karena kepiwaiannya dalam setiap latihan, maupun olahraga. 

Tahun 1962 adalah tahun di mana Pierre Tendean berhasil menyelesaikan studinya dengan pencapaian nilai yang memuaskan, dan di tahun yang sama kariernya di dunia militer pun dimulai.

Setelah lulus pendidikan, Letan Pierre Tendean ditugaskan sebagai Komandan Peleton di Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II Bukit Barisan, Medan. Saat ini pula kisah cintanya dengan seorang wanita cantik dimulai.

Letnan Pierre Tendean mempunyai dua teman baik. Kedua temannya tersebut, kebetulan sudah mengenal seorang perempuan dan mereka berdua mencomblang Letnan Tendean dengan wanita tersebut. Namun Letnan Tendean menolak.

Di satu hari yang cerah, karena dipaksa oleh kedua temannya itu akhirnya Letnan Tendean ikut pergi menemui Rukmini. Pada pandangan pertama tersebut rupanya ia mulai jatuh cinta dengan gadis cantik dihadapannya tersebut. 

Dulu saat masih menempuh pendidikan akmil, Tendean dikenal sebagi laki-laki tegas dan dingin di sekolahnya. Banyak perempuan yang menyukainya namun tidak ada satupun yang ia pacari. Hmm, beda ya sama sekarang, banyak kaum halo dek. Becanda kak becanda hehe.

Namun disumber lain yang saya baca, dituliskan bahwa pertemuan Rukmini dan Letnan Tendean berawal dari ia bersama temannya hendak menemui pak Chamim di kediamannya, dan di sana ia juga bertemu dengan Rukmini. Sosok Rukmini yang lemah lembut dan sopan, membuat Tendean jatuh hati kepadanya. Sejak pertemuan tersebut Tendean dan Rukmini menjadi semakin dekat hingga berencana untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius.

Awalnya hubungan mereka sempat ditentang oleh keluarga masing-masing, karena alasan keyakinan. Rukmini adalah gadis yang berasal dari keluarga penganut agama Islam yang taat, sedangkan Tendean adalah penganut agama Kristen. Namun dengan melihat keseriusan Tendean kepada Rukmini, orang tua akhirnya merestui hubungan mereka.

Perjalanan cinta mereka tidak berjalan mulus tentunya. Pada tahun 1963, Letnan Pierre Tendean mendapatkan kesempatan untuk masuk ke Sekolah Intelijen di Bogor dan menjalankan tugasnya sebagai intelijen di berbagai daerah di Indonesia bahkan sampai keluar Negeri.

Tendean yang sering pindah tugaskan menjadi ujian tersendiri dalam hubungan asmara meraka. Apalagi saat itu belum ada HP dan masih menggunakan surat.

Rukmini, dengan hati yang teguh, menemani Letnan Tendean dalam setiap langkahnya. Di tengah dekapan kesetiaan, mereka menemukan ketenangan satu sama lain, sebuah pelipur lara  antara cinta dan tugas negara.

https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-cinta-para-pahlawan-indonesia-ini-berakhir-menyedihkan.html
https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-cinta-para-pahlawan-indonesia-ini-berakhir-menyedihkan.html
Pada 15 April 1965 Tendean diangkat sebagai ajudan Jenderal A.H Nasution. Perlu diketahui, bahwa posisi ajudan yang didapatkan tersebut merupakan hasil dari upaya ibunya yang kala itu merasa khawatir akan keselamatan sang anak.

Disebutkan dalam buku karangan Masykuri, bahwa ibu Pierre Tendean adalah kawan baik dari mertua Jenderal A.H Nasution yang pada saat itu menjabat sebagai Menko Hankam KASAB.

Kepada Jenderal, sang ibu membuat permohonan untuk menarik anaknya dari garis depan dan permohonan tersebut dikabulkan sehingga Tendean menjadi ajudan dari Jenderal A.H Nasution untuk menggantikan posisi Kapten Manullang yang saat itu gugur dalam tugasnya di Kongo.

Disela waktu liburnya Letnan Tendean menyempatkan diri mengunjungi sang pujaan hati. Pada31 Juli 1965 ia membuktikan keseriusan dengan menemui  orang tua Rukmini di Medan, dalam pertemuan itu mereka sepakat untuk melangsungkan pernikahan pada bulan November 1965.

Akan tetapi takdir berkata lain, cerita perjalan cinta mereka harus kandas karena Pierre Tendean gugur dalam peristiwa Gerakan 30 September yang dilakukan oleh PKI. Duh, Juli lamaran, September meregang nyawa. Sakit hati sekali. 

Letnan Pierre Tendean gugur dalam peristiwa G30S PKI di usianya yang terbilang muda, yaitu 26 tahun. Dalam peristiwa tersebut ia diculik dan dibunuh di Lubang Buaya karena dikira sebagai Jenderal A.H Nasution, yang merupakan salah satu target penculikan.

Berbagai catatan menuliskan, saat itu Letnan Tendean sedang berada di paviliun rumah dinas Jenderal A.H. Nasution untuk beristirahat. Namun, tiba-tiba ia terbangun ketika mendengar suara tembakan dan melihat segerombolan pasukan G30S datang ke rumah tersebut.

Pasukan G30S yang mengira bahwa Tendean adalah Jenderal A.H. Nasution segera membawanya ke sebuah rumah di daerah Lubang Buaya bersama enam perwira lainnya. Di sana dia dibunuh dengan cara ditembak mati dan tubuhnya dibuang ke dalam sumur tua.

Ada sumber lain juga yang menulis bahwa saat itu Letnan Tendean, dibangunkan oleh anak sulung Jenderal A.H Nasution yang berhasil lompat lewat jendela kamarnya. Ia berlari menemui Letnan Tendean untuk meminta tolong. Saat itu tendean bergegas pergi menemui orang-orang tersebut dan ia mengakui bahwa dirinya adalah Jenderal Nasution yang mereka cari.

Rukmini, wanita yang mencintai Letnan Tendean dengan penuh dedikasi, harus merasakan getirnya kehilangan orang yang dicintai. Namun, cinta mereka tak berakhir dengan kematian Letnan Tendean. Sebaliknya, kisah cinta mereka menjadi bukti keberanian, kesetiaan, dan pengorbanan yang menginspirasi banyak orang.

Napak tilas cinta mereka bukanlah jalanan yang mulus. Terjal, penuh rintangan, namun tak pernah padam. Rukmini, dengan hati yang teguh, terus mengenang Letnan Tendean, mengenang setiap momen indah dan pahit yang mereka lalui bersama.

kisah cinta mereka menjadi nyanyian abadi dalam lembaran sejarah dan doa bangsa. Napak tilas perjalanan cinta Letnan Tendean si Pahlawan Revolusi dan Rukmini, mengajarkan bahwa di balik gemuruh senjata dan perjuangan, terdapat kekuatan yang tak terkalahkan yaitu cinta yang mampu menggerakkan gunung dan mengubah takdir bangsa.

Tentu kehilangan tersebut bukan hanya dirasakan oleh Rukmini, tapi, juga kedua orang Tendean. Saat kepergian Letnan Tendean menghadap sang pencipta, menjadi pukulan terbesar untuk bapak dan ibu Tendean. Orang tua Tendean, menyalahkan sang kakak atau anak sulung mereka, karena dulu sudah mengizinkan Tendean jadi tentara. Tidak lama setelah itu, ibunya jatuh sakit dan pada akhirnya menyusul sang anak ke kehadirat Tuhan yang maha kuasa.
 

NB. Ringkasan diatas diambil dari berbagai sumber informasi sejarah yaitu jurnal, buku, internet dan video sejarah di YouTube. Jika ada kesalahan informasi atau kepenulisan saya minta maaf dan mohon dikoreksi.

Jaga kesehatan ya semuanya. Yang sakit Jangan lupa obatnya diminum dan semoga cepat sembuh. Terima kasih!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun