Mohon tunggu...
Claudia Magany
Claudia Magany Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Mantan lifter putri pertama Indonesia, merantau di Italia +15 tahun, pengamat yang suka seni dan kreatif!

Selanjutnya

Tutup

Home Artikel Utama

Rumah Seharga 1 Euro di Italia

25 Mei 2024   17:00 Diperbarui: 27 Mei 2024   01:30 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah terbesar lainnya, soal persetujuan dari pihak ahli waris, sebab tidak semua orang merelakan rumahnya dihibah begitu saja. Masalah ini menjadi pekerjaan berat karena harusmenelusuri ahli waris sebelum urusan bertambah rumit.

Jadi suami saya juga agak curiga dengan trik-trik seperti ini untuk mendatangkan turis ke kota-kota 'mati' agar hidup kembali. Sebagai ide, memang kreatif. Sebab dalam kenyataan, jumlah orang Italia juga makin sedikit dibanding orang asing yang telah mendominasi berbagai lapangan pekerjaan yang tersisa di negeri ini.

Namun kalau memang rencana ingin membeli, sebaiknya dipelajari dulu semua faktor. Jangan sampai ada tuntutan dari pihak ahli waris di kemudian hari. Hanya transaksi 1 euro sebagai harga simbolis dan janji dapat modal 'pinjaman' 30.000 euro (tidak gratis) tahu-tahu diklaim oleh si ahli waris. Sementara hutang 30.000 ke negara tetap harus dibayar plus bunganya. Mau untung malah buntung.

Jumlah jamleh, akhirnya uang yang dibayarkan sama dengan harga beli rumah biasa. Pembeli pun tidak bisa mengubah model dan ukuran rumah, tapi wajib memperbaiki dan menghormati isi perjanjian yang sangat mengikat dan penuh risiko. Ditambah biaya hidup yang mahal dibanding negeri sendiri.

Reaksi warga pun tidak semua mendukung ide ini. Banyak yang protes dan marah. Sebab untuk membangun rumah yang layak huni dan bermartabat, para petani dan buruh beremigrasi. Waktu kembali, mereka membangun tipologi rumah dengan resonansi "Amerika", "Swiss" atau "Kanada". Mereka membentuk lanskap perkotaan, morfologi kota dan penataan ruang. Rumah menjadi tanda pembeda dan penegasan sosial bagi masyarakat.

Menjual rumah "seharga satu euro" berarti melupakan seluruh sejarah bangunan dan kehidupan serta pengorbanan banyak orang yang pergi ke luar negeri untuk mendapatkan rumah. Mereka menderita, kekurangan materi dan sentimental selama beberapa dekade karena jauh dari keluarga dan komunitas asal mereka.

Menjual rumah "seharga satu euro" secara simbolis merendahkan ingatan masyarakat, nilai keluarga dan konstruksi sosial yang tergabung dalam setiap rumah (home). Juga merendahkan nilai rumah "yang tersisa", yaitu penduduk yang masih tinggal di daerah tersebut (Doppiozero: Paesi e Slogan La casa a 1 euro, Domenico Cersosimo, Vito Teti)

Dari segi mental dan sosial, pembeli juga harus siap beradaptasi dengan lingkungan baru. Teliti sebelum membeli. Kalau terbiasa hidup di kota besar, mending lupakan impian untuk membeli rumah 1 euro di Italia.

Jangan teriming-iming oleh propaganda harga dan indahnya pemandangan alam Italia. Apalagi soal murah dan mudahnya hidup di Italia. Kalau hanya menjadi wisatawan sehari dua hari, memang semua terlihat indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun