Mohon tunggu...
Claudia Magany
Claudia Magany Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Mantan lifter putri pertama Indonesia, merantau di Italia +15 tahun, pengamat yang suka seni dan kreatif!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Heboh Pawang Hujan

21 Maret 2022   20:35 Diperbarui: 21 Maret 2022   20:46 1489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai orang Indonesia, tentunya bangga karena bahasa Jawa 'lahar' dipakai dalam istilah vulkanologi internasional. Padahal kalau diteliti secara etimologi, kata  lava berasal dari bahasa Latin "labes" yang berarti jatuh, meluncur.

Penggunaannya yang pertama, terkait dengan keluarnya magma, mungkin yang ditemukan dalam tulisan pendek Francesco Serao, tentang letusan Vesuvius yang terjadi antara 14 Mei hingga 4 Juni 1737 (sumber wikipedia). Francesco Serao adalah orang Italia, tetapi istilah lahar menjadi lebih populer dalam ulasan-ulasan terminologi gunung-gunung berapi di sini.

Lewat tsunami, Krakatau, lahar, orangutan, olio di palma (minyak sawit) dan Bali yang kerap mengisi berita sini, orang Italia jadi bisa mengenal Indonesia yang digambarkan sangat eksotis karena beriklim tropis dan alamnya sangat indah.

Teman-teman di sini juga banyak yang aktif memperkenalkan budaya Indonesia, antara lain lewat sajian makanan dan bumbu. Beberapa kali nasi 'tumpeng' hadir membuka acara peresmian Biennale Arte di Venezia. Tempe pun sudah ada orang Indonesia di Italia yang mengawinkan kedele dan keju, bekerjasama dengan perusahaan keju parmiggiano di Parma. Demikian pula rendang yang sudah beberapa kali diulas dalam majalah-majalah besar di Italia.

Kami juga sangat bangga karena ada teman jurnalis Indonesia di Italia yang pernah menulis tentang asal-usul biji pala yang menjadi bumbu wajib orang sini. Lewat ulasan sejarah, akhirnya banyak orang Italia bisa mengenal bumbu-bumbu asli dari alam Indonesia.

KEARIFAN LOKAL BUDAYA

Waktu saya membaca komen-komen tentang Rara dan aksinya sebagai pawang hujan, tersirat ungkapan 'kearifan lokal budaya'. Apapun nama dan istilah yang dipakai, saya berusaha melihat sisi positifnya. Penonton seperti tersirap kala melihat Rara tampil di sirkuit Mandalika. Seolah ia menjadi bagian dari suguhan acara pertandingan. 

Indonesia pertama kalinya menggelar kejuaraan Moto GP. Dan baru pertama kali pula penonton sejagad raya menyaksikan "langsung" adegan ritual sebagai kearifan lokal budaya suatu bangsa. Dalam hal ini budaya Indonesia.

Ada banyak film-film ritual seperti Danza dela pioggia atau Rainmaking atau Tari Hujan untuk memanggil hujan. Kemarin Rara justru berusaha meredakan hujan.

Penonton dibikin 'wow' karena terpukau! Semoga tampilan Rara yang mungkin di luar program acara, akan menjadi daya tarik tersendiri yang bisa mendatangkan wisatawan untuk mengenal lebih jauh budaya Indonesia. Seperti pepatah bilang, "tak kenal, maka tak sayang", mudah-mudahan banyak dari penonton yang penasaran ingin belajar kearifan lokal budaya kita!

Dan semoga Indonesia pun semakin dikenal. Tak hanya tsunami, gunung berapi atau minyak sawit yang membuat wisatawan maju mundur. Tapi lewat olahraga, sajian makanan, bumbu khas dan tentunya kearifan lokal budaya yang aneka ragam! 

Bangga sebagai orang Indonesia!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun