Sistem pengairan ini sudah diterapkan sejak masa kerajaan Romawi masih jaya. Seiring perkembangan zaman, sekarang sistemnya jauh lebih praktis berkat teknologi.Â
Dengan sistem Romawi kuno, teorinya air pancuran umum bisa diminum langsung. Misalnya di beberapa titik sumber mata air seperti air mancur atau kran di taman publik, airnya masih bisa diminum langsung. Namun kini sudah mulai dipasang pengumuman 'non potabile' (tidak dapat diminum) di beberapa pancuran publik.
Menurut hasil penelitian, air yang meresap langsung di tanah sudah banyak yang terkontaminasi akibat pemakaian pupuk kimia dan penyemprot hama dengan insektisida. Maka, lebih aman mengkonsumsi air kran rumahan yang telah melewati proses penyulingan sistem di atas.Â
Selain itu, comune (pemerintah daerah) dan pihak pengelola air kota dalam hal ini Piave Servizio, juga menyiapkan 2 kios swalayan air minum di kota Oderzo.Â
Harga per liter relatif murah. Kios ini menjual air minum naturale (natural/netral) dan frizzante (bersoda). Saat musim panas, kios ini menjadi sasaran konsumen.
Dalam lamunan, saya sering membayangkan seandainya ibu kota baru memiliki sistem pengairan yang bisa diminum langsung. Ah, betapa bahagianya rakyat Indonesia.Â
Ada penghematan dana yang selama ini dialokasikan untuk membeli air minum kemasan. Tentu lingkungan pun semakin bersih dan sehat karena jumlah sampah botol plastik otomatis ikut berkurang.
Tinggal di negeri subtropis, iklimnya jauh lebih ekstrem di banding negeri tropis secara umum.Â