Mohon tunggu...
Claudia Magany
Claudia Magany Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Mantan lifter putri pertama Indonesia, merantau di Italia +15 tahun, pengamat yang suka seni dan kreatif!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sapu Lidi, Obsesi, dan Buku Cerita

23 Mei 2021   17:30 Diperbarui: 25 Mei 2021   13:42 1151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam 10 belum terdengar suara motor berhenti depan pagar. Sesekali kalau ada motor lewat, dia mengangkat leher tinggi-tinggi melewati kusen jendela untuk mengintip ke jalanan. Jam 11 kedua gelas teh akhirnya diminum habis sendirian oleh Sudirman. 

Gelas berikutnya datang menyusul, menggantikan dua gelas kosong sebelumnya. Dan jam 12.30 akhirnya motor yang ditunggu-tunggu tiba juga. Mereka harus masuk sekolah jam 13, jadi biasanya Sudirman pamit dengan tergesa-gesa. Abang saya juga harus ganti baju dengan terburu-buru.

Sekali, dua kali.. tiga kali dan berkali-kali, Sudirman tidak pernah bosan main ke rumah walau hanya duduk bengong sendirian di ruang tamu. Saya masih SD, mereka sudah kelas 2 STM. 

Untuk menemani ngobrol, orangnya sangat pendiam. Jadi kurang asyik sebab hanya menjawab "ya", mengangguk atau tersenyum. Karena itu, saya selalu siapkan majalah untuk temani dia mengisi waktu selama menunggu motornya kembali.

LANGGANAN MAJALAH KARENA BISA DIJUAL

Waktu itu mama berlangganan majalah Femina karena banyak model baju yang bisa ditiru. Papa berlangganan Intisari, kakak saya dilanggani majalah Gadis dan saya dijatah langganan majalah Si Kuntjung dan Kawanku.

Untuk majalah Bobo, saya biasa numpang baca saat temani anak tetangga bermain. Tentang majalah dan Sudirman, tak sampai 2 jam, majalah-majalah tersebut selesai dibacanya. 

Lalu dia terbengong kembali. Mungkin menghitung jumlah eternit yang terhampar di langit-langit ruang tamu. Atau terhipnotis mendengar detak jarum jam dinding yang terdengar jelas karena cukup nyaring suaranya. Kasihan juga dia sendirian bengong di ruang tamu. 

Papa seharian kerja, dua kakak saya nomer dua dan tiga masuk sekolah pagi. Mama sehari-hari bersembunyi di belakang mesin di kamar jahit, tak bisa diganggu. Terpaksa hanya saya yang nganggur dan ladeni Sudirman, tamu yang tak jemu datang walau tahu akan dimanfaatkan.

Akhirnya saya berinisiatif keliling ke rumah teman-teman sekitar untuk pinjam buku bacaan apa saja. Mulai dari dongeng sampai novel tebal biar tamunya asyik membaca, tidak stress menunggu abang saya. Ternyata, buku-buku inilah yang akhirnya ikut menginspirasi kehidupan saya sampai hari ini.

Keluarga kami jarang membeli buku cerita, tapi cenderung berlangganan koran dan majalah. Sebab selesai dibaca bisa dijual kembali secara kiloan ke tukang loak langganan. 

Mama bilang, kasihan tiap hari tukang loak berhenti depan pagar, menagih benda-benda yang bisa dijual kembali. Botol kosong tidak bisa diprediksi kapan isinya habis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun