Mohon tunggu...
Claudia Magany
Claudia Magany Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Mantan lifter putri pertama Indonesia, merantau di Italia +15 tahun, pengamat yang suka seni dan kreatif!

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ginkgo Biloba, Fosil Hidup untuk Filter Pencemaran Udara di Kota

22 April 2021   19:00 Diperbarui: 23 April 2021   06:51 2702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daun gingko biloba untuk ekstrak berbagai obat (Foto dok. Pribadi)

Sudah beberapa tahun belakangan, saya suka sekali mengamati pohon ginkgo biloba. Saking suka, saya pernah bikin tulisan singkat tentang tanaman ini di salah satu laman media sosial saya. Setiap pergantian musim, saya pun selalu menyempatkan diri untuk mengabadikan pohon yang bagi saya terlihat sangat artistik. 

Dalam bahasa Inggris, pohon ini dinamakan maidenhair tree sebab daunnya cukup lebat seperti rambut perawan. Entah dalam bahasa Indonesianya. 

Pada musim dingin, pohon ini gundul, yang menurut saya terlihat semakin seksi karena batangnya menjulur panjang telanjang tampak menerawang.

Akhir musim dingin, ranting dengan bakal daun (Foto dok. Pribadi)
Akhir musim dingin, ranting dengan bakal daun (Foto dok. Pribadi)
Hasil perhitungan setiap jalan kaki sore, ada empat pohon yang ditanam di persimpangan via Postumia, jalan poros utama di Oderzo. 

Tahun sebelumnya masih tiga tetapi ada yang baru ditanam sehubungan projek 100 Pohon Oderzo baru-baru ini. Dua pohon lainnya, ditanam di halaman gedung apartemen dekat stasiun bus. Dan lima pohon lain, tumbuh subur di taman publik sebagai paru-paru kota. Total ada sebelas pohon di kota ini.

Dua pohon ginkgo biloba dekat stasiun bus Oderzo (Foto dok. Pribadi)
Dua pohon ginkgo biloba dekat stasiun bus Oderzo (Foto dok. Pribadi)
Bentuk daun ginkgo biloba, mirip kipas. Antara kipas dan kupu-kupu. Saya ingat-ingat, daun ini mirip suplir di Indonesia, hanya permukaannya lebih tebal. Cabang pohonnya bersusun teratur antar jarak di sepanjang batang yang bisa mencapai ketinggian antara 30-40 meter. Cukup tinggi juga. Bentuknya piramida, makin ke bawah makin lebar.

Dua tahun lalu saya sempat terperanjat sebab salah satu pohon yang biasa menjadi latar saya bergaya di pinggir jalan, rantingnya roboh seperti tangan manusia yang lunglai. 

Waktu itu saya teliti baik-baik, tak ada bagian batang yang patah. Sungguh aneh. Waktu itu cuaca cerah sepanjang minggu di musim panas, nyaris tak pernah hujan atau angin keras. 

Rupanya cabang pohon tak sanggup menahan ranting yang penuh daun dan buah. Sungguh pemandangan yang "manusiawi" menurut pemikiran saya yang naif.

Batang pohon ginkgo biloba lunglai tak kuat menahan beban (Foto dok. Pribadi)
Batang pohon ginkgo biloba lunglai tak kuat menahan beban (Foto dok. Pribadi)
Dan besok lusanya, saya sudah tak melihat lagi batang ini menghalangi jalanan karena sudah ditindak oleh dinas pertamanan kota. 

Sejak itu, rasa ingin tahu saya jadi semakin bertambah. Mulailah saya mencari info tentang pohon yang setiap kali lewat selalu saya sentuh batang dan daun-daunnya sambil menyapa mereka dengan mesra. Mungkin orang-orang di mobil yang antre menunggu giliran lewat di persimpangan jalan ini, melihat aneh ada orang Asia sedang mengobrol dengan daun-daun dari pohon-pohon ginkgo biloba ini.

Temuan yang cukup mencengangkan, ginkgo biloba ternyata pohon kuno yang berasal dari sekitar 250 juta tahun yang lalu sebagai fosil hidup. 

Satu-satunya spesies yang hidup dari keluarga ginkgoaceae, dari seluruh ordo ginkgoales dan dari divisi ginkgophyta. Di film-film Jurassic, pohon ini biasanya menjadi latar wajib sebagai penghias dan pelengkap yang merepresentasikan zaman.

Manfaat bagi kesehatan daftarnya cukup panjang. Antara lain, kandungan antioksidan sangat bagus untuk melancarkan darah, peningkatan daya ingat dan lain-lain. Katanya, cocok untuk penderita alzaimer atau demensia. 

Di Italia, mereka menjual ekstrak daun ini dalam bentuk serbuk yang bisa dibeli di toko-toko erboristeria (toko herbal).

Gingko Biloba, tanaman purba (Foto dok. Pribadi)
Gingko Biloba, tanaman purba (Foto dok. Pribadi)
Sejarah awal-awal pengobatan Cina, daun ini diracik untuk obat jantung, paru-paru, asma dan lain-lain. Dunia kecantikan juga memanfaatkan ekstrak daun ini untuk melawan keriput atau sekedar menyembuhkan luka di kulit. Wow!? Ternyata banyak sekali manfaatnya. 

Buahnya pun bisa dikonsumsi. Kalau sudah matang, buahnya berwarna kuning mirip langsat. Ukuran juga mirip-mirip buah langsat, tapi soal aromanya, wah..?!

Kalau sudah masuk musim gugur, banyak sekali buah yang berserakan di sepanjang jalan karena tertiup angin. Kalau sampai menginjak buah yang sudah ranum, siapkan mental sepanjang jalan karena akan diikuti bau busuk yang sangat familiar dan universal dari WC umum. 

Dari jarak 200 meter sudah bisa tercium bau yang sangat khas karena banyak yang sudah terinjak oleh pelalu-lalang di perempatan jalan yang tiap hari saya lewati.

Siapa sangka buah yang memancing tangan untuk menutup hidung, ternyata sangat enak kalau sudah diolah menjadi sup ayam yang divariasi jamur, bunga teratai dan ginseng. Atau kacang ginkgo yang enak dan sehat buat camilan bersama teh hangat. 

Di rumah makan Jepang dan Cina di sini, hidangan ini hanya tersedia setiap musim gugur pada saat buah sudah bisa dipanen.

Buah ginkgo biloba yang belum matang (Foto dok. Pribadi)
Buah ginkgo biloba yang belum matang (Foto dok. Pribadi)
Oh ya, pohon ginko biloba termasuk kelompok gymospermae, yaitu tumbuhan berbiji terbuka yang tidak terlindung dalam bakal buah. Jadi pohon ini tidak berbunga. 

Bagi mereka yang senang berkreasi, hanya daun yang bisanya menjadi objek untuk perhiasan. Entah sebagai inspirasi model untuk leontin atau daun keringnya sebagai media untuk lukisan.

Konon katanya, tumbuhan ginkgo biloba terbesar dan tertua ditemukan di Cina. Beberapa pohon ini, tingginya melebihi 40 meter yang secara umur telah berusia sekitar 4.000 tahun. 

Orang Jepang menamakan pohon ini sebagai pohon super, sebab satu-satunya pohon yang bertahan hidup ketika Hiroshima terbakar habis oleh bom. 

Akhir musim panas, warna daun menjadi kuning sebelum berguguran (Foto dok. Pribadi)
Akhir musim panas, warna daun menjadi kuning sebelum berguguran (Foto dok. Pribadi)
Oleh banyak pakar lingkungan, pohon ginkgo biloba terbukti bisa mentolerir polusi. Karena itu dinas pertamanan di Oderzo menanam pohon ini di tempat-tempat yang rawan polusi dari knalpot kendaraan. Sedangkan yang ditanam di taman kota, selain untuk keindahan juga untuk menjaga kebersihan udara sekitar karena banyak anak-anak dan keluarga yang bermain dan berwisata di tempat ini.

Salah satu gingko biloba yang di tanam di taman kota (Foto dok. Pibadi)
Salah satu gingko biloba yang di tanam di taman kota (Foto dok. Pibadi)
Entah di Indonesia pohon ini sudah dibudidayakan atau belum. Mudah-mudahan info saya bisa menjadi pertimbangan untuk giat menanam pohon ginkgo biloba yang ternyata banyak sekali manfaatnya. 

Bayangkan ibu kota baru kalau setiap perempatan jalan raya ditanami pohon ini, tentu bisa mengurangi pencemaran udara dari kendaraan yang lalu lalang. Hanya sebuah ide karena ingin berbagi hal positif dari Oderzo untuk kebaikan Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun