Jalan kaki sore itu, mata kami terpaku melihat penghuni baru di pelataran gedung stasiun. Warna biru kuning yang sangat akrab sebagai tokoh kartun Minion. Tampak serasi berdampingan dengan mesin swalayan tiket warna merah dengan ukuran hampir sama. Tak hanya kami, beberapa orang yang kebetulan lewat dan melihat benda ini juga tampak heran dan penasaran.
Sore itu kami semua hanya berani melihat tanpa menyentuh benda yang mirip kulkas karena bergagang di bagian kanan depan. Dan acara jalan kaki, kami lanjut menyusur terowongan yang menghubungkan Oderzo dengan distrik Brandolini, lalu memutar arah ke wilayah San Vincenzo untuk kembali menyusur jalan Garibaldi.Â
Tiba di persimpangan, biasanya kami belok kiri untuk selesaikan putaran mengelilingi kota Oderzo yang bisa ditempuh dalam waktu 60 menit jalan santai. Namun sore itu kami membelok arah ke kanan, kembali ke stasiun.
Ternyata penasaran kami lebih besar daripada keinginan berolahraga. Kami pun mempercepat langkah sebelum ditinggal sang surya yang perlahan mulai menggapai ufuk barat langit Oderzo. Masih tersisa cahaya untuk mengintip isi benda simpatik yang berkostum tokoh Minion. Posisinya kontras sekali dengan latar tembok stasiun yang kotor penuh corat-coret, lebih sebagai bentuk vandalisme.
Tanpa menunggu isyarat dan basa-basi, saya langsung menarik pintu kulkas bekas yang sudahmendapat sentuhan seni. Saat pintu terbuka, wow!? Buku-buku bacaan segala umur tampak tersusun rapi rak demi rak.Â
Bagian pintu dalam dilengkapi paket berupa masker sekali pakai dan cairan pembersih tangan. Tercantum pula selembar catatan: Halo, saya Q-minion. Saya di sini memberi Anda bacaan gratis untuk menghabiskan waktu perjalanan atau menunggu kereta. Buku-buku yang Anda temukan di sini telah dibersihkan dan dilindungi...
Sekali lagi saya menyerukan 'wow' karena kagum melihat semua pemandangan sore itu. Samping kiri-kanan gedung stasiun, ada dua bangku panjang bersandar.Â
Sepanjang pagar luar stasiun ada empat bangku panjanglain yang hari-hari tampak kosong.Seandainya surya berhenti beberapa saat untuk membiarkan cahayanya menerangi petang yang mulai berganti malam, ingin sekali saya duduk di salah satu bangku tersebutuntuk membaca buku dari isi kulkas Q-Minion itu.
Hari semakin gelap, dari yang hanya berani melihat tanpa menyentuh, akhirnya saya kembali untuk membuka dan mengamati. Sampai di rumah, saya langsung mencari informasi tentang kulkas yang didaur ulang menjadi perpustakaan. Akhirnya saya menemukan kelompok pencinta stasiun yang selama ini kecewa karena pemerintah dan masyarakat kurang perhatian terhadap stasiun Oderzo.
Beberapa tahun lalu saya pun pernah ikut menandatangani petisi yang mereka ajukan untuk mengaktifkan stasiun sesuai fungsi. Mereka ingin stasiun Oderzo menyediakan ruang tunggu internal karena saat musim dingin, sungguh tersiksa menunggu kereta di tempat terbuka.Â