"Ke Centro Campobasso, berapa Bang?" Â Â Â
"20 euro aja deh buat Neng!!" Â Â Â Â Â
"Wah, kok mahal sih? 10 euro, ya!!" Â Â Â Â Â Â Â
Serta merta mata Abang becak membelalak. Tampak sedikit dongkol karena ditawar. Tapi karena calon penumpangnya berwajah manis, tubuh semampai, maka Abang becak hanya menarik napas dan mengangguk sebagai bahasa isyarat untuk mempersilakan gadis tersebut naik becaknya.
***
Campobasso adalah kota perbukitan yang terletak di antara sungai Biferno dan Fortore di sebelah timur Italia. Pada tahun 2018 lalu kota ini mendapat anugerah gelar kota sejarah yang cukup penting oleh Kementerian Warisan Budaya.
Sebagai ibukotawilayah Molise, sensus 2020 mendata jumlah populasi sebanyak 47.846 jiwa. Â Salah satu di antara penduduk tersebut, ada seorang wanita Indonesia bernama Endah Mawarni (46 tahun) Â yang sejak tahun 2013 lalu sukses mengelola B&B di kota ini.
Mantan dosen di Jakarta tanpa pengalaman bisnis sewa-menyewa kamar, nekad putar kemudi untuk memulai kegiatan baru di negeri asing yang kala itu bahasa lokal pun belum dikuasai dengan baik. Namun dukungan suami yang membantu urusan izin dll, maka resmilah semua bisnis dikelola atas namanya.
Posisi rumah sangat strategis di tengah kota Campobasso. Di kelilingi tempat publik, menjadikan 'Flower' sebagai alternatif utama tamu datang menginap. Panorama kota yang terhampar indah juga bisa dinikmati dari jendela kamar.
Campobasso dikenal juga sebagai kota pendidikan dan kesehatan karena ada Universitas Molise, Sekolah Siswa Carabinieri dan Sekolah Siswa Agen Polisi di kota ini. Di bidang kesehatan, ada Klinik Mata Villa Maria dan rumah sakit Gemelli Molise yang terkenal dengan spesialis jantung. Karena itu tamu yang menginap di 'Flower' umumnya karyawan, dosen, pelajar dan pasien yang biasanya berurusan dengan pekerjaan, sekolah dan terapi.
Tamu asing dari America, Canada dan Eropa lainnya juga banyak yang singgah pada musim panas untuk mengunjungi Kastil Monforte yang mendominasi lereng bukit sebagai kota kuno abad pertengahan. Bentang datar lainnya, pusat Murattin yang berupa bangunan modern dan elegan, berasal dari abad ke sembilan belas dan masih banyak tempat bersejarah yang menarik dan artistik untuk tujuan wisata. Campobasso juga terkenal keindahan alam dan arsitek kota taman dengan banyak air mancur.
Seiring dengan pandemi Covid 19, ruang gerak hampir semua kegiatan menjadi serba terbatas. Akibatnya banyak usaha besar dan kecil yang terpaksa menghentikan kegiatan rutin harian mereka. Namun kegiatan B&B yang dikelola Mawarni masih berjalan normal karena tamu tetap datang dengan alasan berobat. Dalam hal ini ia harus betul-betul selektif memilih tamunya.
DUNIA PENDIDIKAN
Mawarni menghabiskan masa kanak-kanak dan pendidikan di kota Surakarta. Berbekal ijazah Desain Komunikasi Visual dari Universitas Sebelas Maret, ia mencari peruntungan nasib di Jakarta sebagai dosen. Awalnya mengajar Arsitektur di Universitar Gunadarma. Setahun kemudian menambah jam sebagai staf pengajar jurusan Periklanan Akademi Komunikasi AkommRTV. Selain kedua ilmu di kedua perguruan tinggi yang disebutkan, materi pengajaran terus bertambah.
Sempurnalah tingkat kesibukan Mawarni selepas masa pendidikan di Surakarta. Keseharian hidup di Jakarta dan Campobasso sama-sama padat. Seluruh waktu tercurah hanya untuk pekerjaan. Padahal ia punya hobi yang menjadi alasan utama mengapa ia memilih kuliah jurusan Seni Rupa.
SUKA KERAJINAN
Sejak kecil, Mawarni suka menggambar dan utak-atik aneka kriya. Masa kuliah sering melukis untuk dihadiahkan ke teman-teman. Pernah juga menitipkan lukisan karyanya di galeri di kota Ubud, Bali. Waktu itu gembira sekali karena berhasil menjual 3 lukisan yang masing-masing dihargai Rp. 100.000. Sesuai nama yang diberikan orangtua, dunia flora menjadi inspirasi tema dari lukisan-lukisan Mawarni.
Di tengah kesibukan mengajar, ia masih bisa meluangkan waktu mendesain dan membuat assesories untuk mengisi acara bazzar dan pameran di kampus. Sambutannya luar biasa dari para pengunjung yang apresiatif atas karyanya.
Khusus pada masa pandemia, ia mulai menggali potensi yang mulai dirindukan setelah hari-hari sibuk mengurus penginapan yang dikelolanya. Maka ia mulai membandingkan Jakarta kota padat yang menawarkan aneka moda transportasi atau Surakarta kota tenang yang masih bisa tawar menawar becak dengan santai. Bagaimana dengan Campobasso?
Kota sejarah yang letaknya di atas perbukitan, tidak memiliki banyak pilihan untuk berkendaraan umum. Kecuali biskota dengan jam yang telah terjadwal. Karena itu, ia sering melamunkan kendaraan ramah lingkungan yang siap antar tamu keliling melihat keindahan kota.
Lamunan ini akhirnya diwujudkan berupa miniatur gerobak, becak dan sepeda dari karton. Ia memanfaatkan kardus dengan bahan pendukung seperti tali rami dan stik kayu. Idenya murni untuk membuat sesuatu yang khas, unik dan menarik dari Indonesia yang bisa dijadikan suvenir bagi tamu-tamunya. Hobi melukis pun akhirnya tersalurkan lewat pewarnaan detail di atas pilah-pilah kayu dan kertas ukuran kecil.
Dalam pengerjaan, kadang ia hanya melihat dari gambar. Selanjutnya, memikirkan bagaimana cara memotong, menyambung kayu, merekatkan untuk menghasilkan bentuk yang mendekati aslinya. Di situlah letak tantangan yang sangat dinikmati Mawarni. Masa pandemi jadi terisi dengan kesibukan baru.
Karya-karya ini sudah dipajang di situs penjualan online khusus hand made karena cocok dijadikan kado. Becak Jakarta yang resmi dilarang beroperasi sekitar akhir tahun '80, justru dihidupkan kembali oleh Mawarni berupa miniatur tiga dimensi.
Ide dan tangan trampil Mawarni saat menyusun, menempel dan menghias kardus menjadi kendaraan, adalah kreasi kecil yang menjadi cerita besar bagi para turis saat kembali ke negeri mereka. Kisah becak yang pernah berjaya sebagai kendaraan khas di Indonesia. Kisah andong yang pernah menjadi kendaraan penting di desa-desa di Indonesia, dll. Becak, gerobak dan sepeda menjadi kendaraan pilihan Mawarni karena aman bagi lingkungan.
Saat orang Italia sibuk menyiapkan pesawat ulang-alik menembus jumantara, masa pandemi ini Endah Mawarni cukup berkarya dengan aneka transportasi miniatur unik pancarona dari Campobasso.
***
"Duh Bang, jalannya turunan nih!! Pelan-pelan dong genjotnya!!" Â Â
"Lah, tadi kenapa nawar? Harga 10 euro itu ngga termasuk harga rem, Neng!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H