Perubahan iklim yang dihadapi dunia internasional membuat setiap negara berusaha untuk mengendalikan krisis iklim yang terjadi. Begitu pula dengan Vietnam yang mulai merasakan dampak perubahan iklim tersebut. Seperti di Delta Mekong, wilayah paling selatan Vietnam, yang terkena dampak dengan naiknya permukaan air laut dan pola cuaca yang tidak menentu.Â
Menurut data Havard International Review, perubahan iklim tersebut mengancam kelangsungan sektor industri pertanian yang merupakan 15,3% sumber PDB nasional Vietnam pada tahun 2017. Di samping itu, juga terdapat ancaman lain berupa pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sektor industri, transportasi, dan sampah dan polusi yang meningkat.
Dampak dari krisis iklim sendiri sangat dekat dirasakan oleh masyarakat Vietnam. Salah satunya yaitu dengan adanya perubahan iklim yang signifikan menyebabkan banjir dan insiden kekeringan yang pada akhirnya berdampak pada degradasi sumber daya alam, hilangnya aset dan infrastruktur, berkurangnya pendapatan dan hasil panen, serta meningkatnya penyakit.Â
Lebih lanjut, UNICEF juga mengungkapkan bahwa kerentanan iklim mempengaruhi lebih dari 74% populasi yang ada di Vietnam. Masyarakat miskin dalam hal ini sangat rentan menghadapi krisis iklim yang ada, dimana akan berdampak pada perekonomian, kondisi keluarga terutama anak-anak, dan kondisi mental mereka. Kemudian bagaimana cara Vietnam untuk mengatasi masalah climate change yang ada di depan mata tersebut?
Atas dasar urgensi dampak climate change yang dirasakan masyarakat Vietnam tersebut, pemerintah Vietnam mulai mengembangkan kerja sama dengan negara lain untuk mengatasi masalah iklim, salah satunya yaitu dengan Amerika Serikat.Â
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Perdana Menteri Chinh (1/11/2021), "This is a global issue that requires a global approach, the issue affects everyone so a universal approach is needed". Ia juga menambahkan bahwa Vietnam telah berkomitmen untuk netralitas karbon pada tahun 2050 dengan memperluas pembangkit listrik tenaga angin dan matahari dan ingin meningkatkan penggunaan gas alam lepas pantai dan mengimpor gas alam cair sebagai sumber energi.
Kerjasama yang dilakukan berupa kolaborasi antara United States Agency for International Development (USAID) dan Vietnam Chamber of Commerce and Industry (VCCI) dengan penandatanganan Nota Kesepahaman atau MoU untuk memperkuat kebijakan lingkungan Vietnam pada tahun 2021. Nota kesepahaman tersebut akan berfokus dalam meningkatkan keberlanjutan, teknologi ramah lingkungan, dan perubahan iklim. Kerjasama ini juga akan mengarah pada perluasan energi bersih dan kendaraan listrik.Â
Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan Program Energi Rendah Emisi Vietnam II (V-LEEP II), proyek USAID lima tahun senilai $36 juta yang bertujuan untuk mempercepat transisi Vietnam menuju negara yang bersih, aman, dan digerakkan oleh pasar sistem energi. Proyek ini akan bekerja untuk meningkatkan perencanaan energi pemerintah, meningkatkan persaingan untuk mendorong keterlibatan sektor swasta AS dalam penyediaan layanan energi, dan meningkatkan sistem energi bersih.Â
Proyek ini akan membantu Vietnam meningkatkan adopsi sepeda motor listrik dan menerapkan mekanisme Direct Power Purchase Agreement (DPPA) untuk memungkinkan bisnis mendapatkan listrik langsung dari perusahaan swasta yang memproduksi energi terbarukan.Selain itu, juga terdapat upaya melindungi wilayah Delta Mekong, dimana pemerintah Amerika Serikat meluncurkan proyek Konservasi Habitat Pesisir Mekong. Proyek tersebut bertujuan untuk melindungi habitat pesisir utama di wilayah Delta Mekong untuk perikanan berkelanjutan, adaptasi perubahan iklim, dan konservasi keanekaragaman hayati.Â
Tak hanya berhenti di proyek perlindungan tersebut, Amerika Serikat juga mengajak Vietnam untuk bergabung dengan Agricultural Innovation Mission for Climate (AIM4C) atau misi inovasi pertanian untuk iklim. Hal tersebut ditujukan untuk menciptakan solusi, inovasi, meningkatkan ketahanan pangan serta mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.