Mohon tunggu...
Clarisa EstefaniaSimangunsong
Clarisa EstefaniaSimangunsong Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Seorang mahasiswi Ilmu Hukum yang tertarik dengan isu pemberdayaan masyarakat dan kesetaraan gender.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengajar di Makam Rangkah, Siapa Takut?

14 Juni 2022   10:15 Diperbarui: 14 Juni 2022   10:25 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku ingin jadi dokter, Kak!"
"Aku ingin jadi tentara!"
"Ingin jadi polisi untuk melindungi orang-orang!"
"Aku ingin jadi pemuka agama, Kak Caca!"
"Aku suka matematika, Kak. Aku ingin menjadi guru matematika!"
"Ingin jadi bidan, Kak Caca!"

Selain merupakan anak-anak yang memiliki semangat juang dan belajar yang tinggi, mereka juga adalah anak-anak yang sangat tahu cara untuk menghargai pemberian orang lain. Masih terbayang di memori ketika saya dan teman-teman melakukan survei pertama kalinya, saya memberikan sebuah jajan untuk adik di Desa Makam Rangkah ini.

 Sontak ia mengucapkan terima kasih berulang kali dan kemudian berlari-lari dengan girang, reaksi yang tidak saya bayangkan sebelumnya. Melihat hal ini hati saya menjadi hangat, mereka menghargai kami sebegitu rupa.

Memang tidak begitu banyak yang kami berikan untuk Desa Makam Rangkah, hanya sebagian kecil ilmu yang dengan tulus kami bagikan dengan harapan ilmu-ilmu ini akan menjadi berguna bagi mereka ke depannya. Besar harapan kami untuk melihat adik-adik ini tumbuh dan menempuh pendidikan yang layak ke depannya. Kami juga sangat ingin untuk dapat menyaksikan adik-adik ini menjadi orang yang sukses dan bahagia seperti cita-cita yang mereka lontarkan saat kami ajar kemarin. Kami harap, semangat belajar yang kami tuangkan kepada mereka saat itu dapat terus berkobar di dalam diri mereka satu persatu.

Adik-adik di Desa Makam Rangkah bukanlah hanya sekedar adik bimbing bagi saya. Tanpa sadar, mereka juga adalah guru bagi saya. Mereka mengajarkan saya untuk dapat bersyukur di setiap jalan hidup saya, untuk hal-hal sekecil apapun itu. 

Mereka juga mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang kuat dan tetap tersenyum meski ada masalah yang menimpa. Mereka juga sudah seperti keluarga saya, adik-adik yang saya sayangi. Meski pertemuan kami tergolong singkat, namun kebersamaan di setiap momennya selalu membekas dan membuat mereka selalu ada di dalam hati saya.

Terima kasih, Rangkah, untuk segala kenangan, pengalaman, dan juga pembelajarannya. Terima kasih, Bu Susi, sudah menerima kami dengan sangat hangat bak ibu kami sendiri. 

Terima kasih juga adik-adikku, Aisyah, Excel, Tika, Vivi, Sarah, Jasuli, Dapa, dan lainnya yang sudah mewarnai hari-hariku juga teman-teman selama mengajar di sana. Tidak pernah ada penyesalan sedikit pun untuk mengabdikan diri di Desa Makam Rangkah. Terima kasih banyak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun