Mohon tunggu...
Clarisa EstefaniaSimangunsong
Clarisa EstefaniaSimangunsong Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Seorang mahasiswi Ilmu Hukum yang tertarik dengan isu pemberdayaan masyarakat dan kesetaraan gender.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengajar di Makam Rangkah, Siapa Takut?

14 Juni 2022   10:15 Diperbarui: 14 Juni 2022   10:25 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan adalah suatu hal fundamental yang seharusnya diperoleh dan didapat oleh seluruh masyarakat Indonesia terkhususnya anak-anak. Bukan hanya menjadi sarana menambah wawasan, pendidikan juga membantu anak-anak untuk mengasah mereka dalam problem solving juga memberikan peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan. 

Dengan mengemban pendidikan yang baik pula, seorang warga negara akan lebih mengetahui mengenai hukum positif yang ada di masyarakat. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang cukup juga akan mampu mengembangkan minat juga bakat yang ia miliki dengan tenaga pengajar yang lebih mumpuni di bidangnya.

Hak seorang Warga Negara Indonesia untuk dapat mengemban pendidikan sudah tertuang dalam pembukaan (preambule) dari Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea ke-4 yang merumuskan salah satu cita-cita bangsa Indonesia yaitu untuk  mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Kemudian, hak untuk memperoleh pendidikan juga diatur dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Dasar NRI 1945 yang berbunyi, "Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan". Lebih lanjut, pada ayat (2) pasal yang sama juga mengatur bahwa pemerintah yang akan membiayai pendidikan dasar masyarakatnya. 

Tak hanya itu, Pasal 12 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia  juga mengatur mengenai hak seorang Warga Negara Indonesia dalam memperoleh pendidikan yang berbunyi, "Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia."
   
Meski begitu, pada kenyataannya masih banyak sekali anak-anak yang putus sekolah. Faktor yang paling utama adalah faktor ekonomi. Meski sekolah dasar dibiayai secara gratis oleh pemerintah, namun pengeluaran untuk membeli seragam, buku, tas, dan biaya kegiatan sekolah juga tetap membebani mereka. 

Menurut data milik Direktorat Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Indonesia saat Juni 2021 adalah 272.230.000 jiwa. Namun, warga negara yang menyelesaikan studinya hingga S1 hanya berjumlah 11.580.000 jiwa yaitu hanya 4,25% dari keseluruhan penduduk Indonesia. 

Adapun penduduk Indonesia yang hanya melanjutkan pendidikan sampai lulus Sekolah Dasar (SD) berjumlah 64.840.000 jiwa yaitu sebesar 23,82% sehingga jumlah penduduk Indonesia yang hanya melanjutkan pendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) menduduki peringkat cluster masyarakat yang paling banyak.

Besarnya jumlah masyarakat yang menempuh pendidikan hanya sampai Sekolah Dasar (SD) membuat saya dan teman-teman saya merasa tergerak untuk melakukan sesuatu yang berharga dan dapat sekiranya membantu masyarakat yang kesulitan di bidang pendidikan. 

Setelah melalui diskusi yang panjang, akhirnya kami memutuskan untuk mengambil tugas proyek akhir dalam bentuk community empowerment atau pemberdayaan masyarakat yang berlokasi di Desa Makam Rangkah selama 4 kali pertemuan yang berdurasi sekitar 3 jam. 

Kami pun segera menghubungi pihak Desa Makam Rangkah yaitu Bu Susi melalui bantuan dari dosen kami, Bu Muthmainnah. S.KM., M.Kes. Bu Susi menyambut hangat niat baik saya dan teman-teman, ia bahkan tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun karena niat kami untuk mengajar adik-adik di sana.

Proses pengajaran berlangsung menyenangkan dan sangat tidak membosankan. Adik-adik di Desa Makam Rangkah sangat aktif dan tanggap saat kami mengajar. Materi demi materi kami sampaikan namun semangat mereka seakan tak pernah padam untuk mendapatkan ilmu. Setiap kali kami menanyakan mereka mengenai cita-cita mereka, banyak sekali jawaban yang mereka lontarkan.

"Aku ingin jadi dokter, Kak!"
"Aku ingin jadi tentara!"
"Ingin jadi polisi untuk melindungi orang-orang!"
"Aku ingin jadi pemuka agama, Kak Caca!"
"Aku suka matematika, Kak. Aku ingin menjadi guru matematika!"
"Ingin jadi bidan, Kak Caca!"

Selain merupakan anak-anak yang memiliki semangat juang dan belajar yang tinggi, mereka juga adalah anak-anak yang sangat tahu cara untuk menghargai pemberian orang lain. Masih terbayang di memori ketika saya dan teman-teman melakukan survei pertama kalinya, saya memberikan sebuah jajan untuk adik di Desa Makam Rangkah ini.

 Sontak ia mengucapkan terima kasih berulang kali dan kemudian berlari-lari dengan girang, reaksi yang tidak saya bayangkan sebelumnya. Melihat hal ini hati saya menjadi hangat, mereka menghargai kami sebegitu rupa.

Memang tidak begitu banyak yang kami berikan untuk Desa Makam Rangkah, hanya sebagian kecil ilmu yang dengan tulus kami bagikan dengan harapan ilmu-ilmu ini akan menjadi berguna bagi mereka ke depannya. Besar harapan kami untuk melihat adik-adik ini tumbuh dan menempuh pendidikan yang layak ke depannya. Kami juga sangat ingin untuk dapat menyaksikan adik-adik ini menjadi orang yang sukses dan bahagia seperti cita-cita yang mereka lontarkan saat kami ajar kemarin. Kami harap, semangat belajar yang kami tuangkan kepada mereka saat itu dapat terus berkobar di dalam diri mereka satu persatu.

Adik-adik di Desa Makam Rangkah bukanlah hanya sekedar adik bimbing bagi saya. Tanpa sadar, mereka juga adalah guru bagi saya. Mereka mengajarkan saya untuk dapat bersyukur di setiap jalan hidup saya, untuk hal-hal sekecil apapun itu. 

Mereka juga mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang kuat dan tetap tersenyum meski ada masalah yang menimpa. Mereka juga sudah seperti keluarga saya, adik-adik yang saya sayangi. Meski pertemuan kami tergolong singkat, namun kebersamaan di setiap momennya selalu membekas dan membuat mereka selalu ada di dalam hati saya.

Terima kasih, Rangkah, untuk segala kenangan, pengalaman, dan juga pembelajarannya. Terima kasih, Bu Susi, sudah menerima kami dengan sangat hangat bak ibu kami sendiri. 

Terima kasih juga adik-adikku, Aisyah, Excel, Tika, Vivi, Sarah, Jasuli, Dapa, dan lainnya yang sudah mewarnai hari-hariku juga teman-teman selama mengajar di sana. Tidak pernah ada penyesalan sedikit pun untuk mengabdikan diri di Desa Makam Rangkah. Terima kasih banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun