Pendidikan di Indonesia menerapkan Kurikulum Merdeka dengan pendekatan karakter dan keterampilan pada siswa. Implementasi kurikulum merdeka menganjurkan menggunakan pendekatan baru dalam peningkatan kurikulum pendidikan di Indonesia dengan memfokuskan pada pengembangan kemampuan siswa dan pendekatan yang lebih komprehensif dan kreatif.
Salah satu contoh implementasinya adalah melalui program P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila), yang bertujuan mengembangkan keterampilan siswa dalam bidang sains dan teknologi melalui proyek-proyek yang interaktif dan berorientasi pada masalah nyata. Program P5 memungkinkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan, serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan terhadap pembelajaran sains berbasis projek maupun praktikum yang harus dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang bersifat kontekstual.
Berdasarkan kebutuhan tersebut, dosen rumpun kimia, yaitu Elsa Vera Nanda, S.Pd., M.Si., Elma Suryani, S.Pd., M.Pd., dan Yussi Pratiwi S.Si, M.Si., serta empat mahasiswa Pendidikan Kimia UNJ, yaitu Clarinta Fadheela Santoso, Adzra Nabiladina, Nazwa Sabrina, dan Lauzer Zeral, memberikan pelatihan pembuatan kompos cair menggunakan limbah rumah tangga, yaitu sisa kulit nanas, sebagai kegiatan pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk mengembangkan kemahiran dan kretivitas dalam penerapan pembelajaran sains berbasis projek atau praktikum.
Membuat kompos cair(eco-enzyme) adalah salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi penumpukan sampah atau limbah rumah tangga yang dapat mencemari lingkungan. Salah satu teknik yang dapat membantu mengurangi limbah padat adalah teknologi daur ulang limbah padat, yang menghasilkan produk kompos yang dapat digunakan untuk menjaga akar tanaman tetap sehat dan memudahkan pertumbuhan akar. Tujuan pengomposan adalah untuk melestarikan lingkungan, meningkatkan kesejahteraan manusia, dan memberikan pengetahuan bagi masyarakat untuk berkelanjutan melestarikan lingkungan.
Pelatihan pemanfaatan sampah rumah tangga menjadi kompos cair diadakan di SMAN 70 Jakarta pada hari Kamis, 8 Agustus 2024. Kegiatan ini meliputi pemutaran video pembuatan kompos cair, diskusi interaktif mengenai proses pembuatan eco-enzyme dan praktikum di sekolah, pretest dengan menggunakan mentimeter untuk mengukur pengetahuan peserta mengenai proses pengolahan eco-enzyme, presentasi materi mengenai manfaat, potensi masalah, dan solusi yang dapat diambil, serta bahan-bahan yang digunakan untuk membuat eco-enzym, pretest, posttest, dan pengisian formulir umpan balik dari para peserta.
Dilakukan pengukuran pemahaman awal peserta dengan pretest interaktif menggunakan platform Mentimeter. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh 22 peserta yang berpartisipasi secara aktif. Berdasarkan hasil pretest yang dilakukan, mayoritas peserta belum memiliki pengetahuan serta pengalaman mengenai pembuatan eco-enzyme.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap peserta yang mendapatkan 3 skor tertinggi posttest, mendapatkan 1 set kit untuk pembuatan kompos cair yang berisi 1 botol EM4, 1 botol kompos cair siap pakai dan 1 set wadah penampung kompos. Pada pelatihan ini tim kami memberikan video tutorial pembuatan eco-enzyme sehingga peserta bisa mengakses video tersebut kapan saja, apabila peserta ingin melakukan pembuatan eco-enzyme atau saat ingin memberikan edukasi kepada peserta didik.
Selanjutnya dilakukan demonstrasi cara merakit peralatan pembuatan eco-enzyme. Jika wadah tidak ditutup rapat dapat menyebabkan masuknya serangga atau bakteri yang dapat berkembang sehingga hasil fermentasi dapat menurun. Kriteria hasil fermentasi eco-enzyme yang baik adalah pH kurang dari 4 dan aroma asam segar khas hasil fermentasi.
Fermentasi kompos cair memerlukan waktu 30 hari. Selama proses fermentasi dapat ditambahkan mikroorganisme efektif 4 (EM4) yang dapat mendegradasi komponen serat kasar karena kemampuannya menghasilkan enzim lakase dan peroksidase yang dapat mendegradasi dan melarutkan lignin yang terkandung dalam bahan organik. Oleh karena itu fermentasi dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat, yaitu setelah proses 4 sampai 7 hari.
Peserta mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan kompos cair dari limbah rumah tangga yaitu kulit nanas dengan sangat antusias. Pada akhir kegiatan pelatihan, peserta diberikan lembar umpan balik sebagai bentuk evaluasi dari kebigatan ini. Berdasarkan hasil umpan balik peserta di dapat bahwa sebanyak 77% sangat puas dan 23% puas mengenai penyampaian materi dan juga 82% sangat setuju bahwa peserta memperoleh wawasan dan pengetahuan baru setelah kegiatan pengabdian ini dilaksanakan. Setelah kegiatan pengabdian selesai, peserta mendapatkan mendapatkan souvenir berupa 1 botol kompos cair siap dipakai, pulpen, dan juga snack. Pemberian souvenir ini bertujuan untuk meningktkan kepedulian peserta terhadap pemanfaatan limbah rumah tangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H