Mohon tunggu...
Clara Angelina Sitohang
Clara Angelina Sitohang Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi

sedang berusaha menahan lelahnya belajar karna tidak sanggup menahan perihnya kebodohan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dampak Belajar Daring bagi Pelajar Indonesia

5 April 2021   13:23 Diperbarui: 5 April 2021   13:26 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sudah setahun pembelajaran jarak jauh (PJJ) dilaksanakan lalu bagaimana apa saja dampak yang di alami para pelajar Indonesia ? 

Mungkinkah pelajar mulai terbiasa dengan pembelajaran online  atau malah sebaliknya ?

Tidak terasa sudah setahun lebih Covid 19 melanda negara kita. Banyak sekali aspek dalam kehidupan masyarakat yang telah berubah, dan menuntut kita untuk menerima segala perubaha-perubahan tersebut. Beberapa perubahan menuntut kita agar tetap melaksanakannya seperti menggunakan masker kemanapun, mencuci tangan serta menjaga jarak aman.  Perubahan-perubahan tersebut memang sangat sulit untuk dilaksanakan, kesulitan sesungguhnya bukan pada hal menggunakan masker atau semacamnya, namun lebih pada bagaimana kita menyesuaikan dengan segala aspek kehidupan tadi. Perubahan ini menyasar semua lini dan kalangan, baik kalangan tua atau muda, yang kaya sama saja.

Salah satu aspek yang berubah untuk mencegah semakin merajalela, pandemi covid 19 adalah pada dunia pendidikan.  Sebagai upaya pemerintah mengeluarkan kebijakan social distancing dan pysical distancing yang harus diberlakukan diruang publik termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan. Dari hal tersebut diharapkan dapat meminimalisir dan dapat memumutuskan rantai penyebaran virus.Pada tanggal 16 maret 2020 tahun lalu, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengambil keputusan mengambil kebijakan untuk menetapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) untuk peyelengaraan pendidikan Indonesia. Kebijakan ini sudah berjalan  setahun  lamanya dijalani oleh para pelajar di seluruh Nusantara.  Hal inilah yang menjadi tantangan bagi tenaga pendidik dan peserta didik, untuk menyesuaikan keadaan dengan adanya pembelajaran jarak jauh (PJJ), inilah kebiajakan yang dikenal sebagai  era new normal.

Proses belajar mengajar yang biasanya dilaksanakan dengan bertatap muka, kini telah berubah menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ).  Banyak sekali tantangan dan rintangan yang ada, para  pelajar yang kesulitan dalam melaksanakan pembelajar berbasis online, sebagai buktinya adalah yang sempat menghebohkan, kasus siswi yang meninggal dunia bunuh diri dengan menenggak racun serangga, diduga akibat depresi akibat tertekan terhadap pelaksanaan pembelajaran daring, terjadi di kabupaten Gowa Sulawesi Selatan (Kompas.com, 2020)

Tentu hal ini tidak dapat dianggap sepele proses belajar seharusnya bukan menjadi sesuatu hal yang membuat depresi peserta didik, mengingat dengan adanya program kebijaka baru Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang dicanangkan oleh mentri pendidikan (Nadim Makarim) yang memberikan program Merdeka Belajar, seharusnya proses belajar bukan lagi bersifat pasif, tetapi partisipatif. Itulah keberhasilan pembelajaran yang, menciptakan rasa keingin tahuanbagi peserta didik.

Dampak Belajar Daring

 Butuh waktu untuk beradaptasi dengan hal baru, meskipun sudah setahun lamanya para pelajar Indonesia melaksanakan pembelajaran berbasis online, yang namanya menjalani perubahan bukanah hal yang mudah dilakukan, butuh waktu kesiapan dan kematangan dalam menjalaninya. Demikian juga dengan para pendidik juga merasakan hal yang sama. Dalam kegiatannya harus memiliki fasilitas demi menunjang metode pembelajaran agar bisa menstimulasi peserta didik

 Katakanlah dampak dari pembelajaran daring ini bisa saja mengurangi minat belajar para siswa, yang pada dasarnya siswa belajar ke sekolah, dengan berinteraksi dengan lingkungan belajarnya namun, telah mengalami situasi berbeda dalam belajar dari rumah. Proses beradaptasi dengan hal baru memang sulit, belum lagi dampak yang sebenarnya di rasakan adalah berubahnya metode belajar, yang masih sulit dijalani karna pembelajaran daring membutuhkan berbagai fasilitas yang memadai. Gawai yang menjadi salah satu yang wajib dimiliki peserta didik untuk mengikuti proses belajar mengajar, lalu quota internetyang melengkapinya. Tentu fasilitas tersebut menjadi hal yang dapat dipenuhi jika pada keluarga kalangan atas, tetapi menjadi hal yang sulit dilakukan pada keluarga kalangan bawah.

Hal ini menjadi kewajiban bagi setiap orang tua dalam memenuhi segala kebutuhan demi memperlancar proses belajar di tengah pandemiyang ada. Meski para pelajar yang merasakan kesulitan, hanya bagi pelajar yang berdomisi di perkotaan, apalagi mereka yang tinggal dan menetap di pelosok negeri merasakan sulitnya menjalani pelaksanaan pembelajaran berbasis online.

Para tenaga pendidik juga merasakan hal yang demikian sama, pasti merasakan berbagai kesulitan dalam meningkatkan minat belajar siswa. Sebagai pendidik pasti dituntut agar dapat memberikan pada siswa agar dapat menyalurkan metode belajar yang mudah dipahami. Para tenaga pendidik mau tidak mau harus dapat menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Orang tua juga sangat di butuhkan peran dalam mendampingi peserta didik, agar peserta didik merasa belajar daring bukan menjadi suatu beban.

Depresi Belajar Online

Belajar di sekolah bagi pelajar adalah suatu momen yang tentu mengesankan bagi peserta didik, sekolah adalah rumah kedua baginya. Sekolah menjadi tempat untuk peserta didik mendapatkan berbagai hal yang semestinya ia dapat. Mungkin inilah alasan mengapa peserta didik merasa tidak nyaman belajar online, karna apa yang biasa didapatkan di sekolah justru ia tidak dapatkan di rumah. Pada saat peserta didik di sekolah ia menemukan yang ia cari, kesenangan yang ia dapatkan.Pada saat peserta didik merasakan pembelajaran jarak jauh, peserta didik dipaksa untuk memindahakan hal-hal yang ia temukan dari sekolah, dengan memindahkannya ke rumah. Sekolah adalah institusi pendidikan, jika peserta didik merasakan hal yang tidak ia temukan pada saat belajar dari rumah maka hal  merupakan kegagalan.

Pada saat belajar online menjadi situasi yang berat bagi peserta didik, maka disinilah adanya ketidak sesuaian dan menjadikan proses belajar menjadi beban depresi bagi peserta didik. Belajar online seharusnya bukan menjadi metode belajar yang hanya memberikan setumpuk tugas saja, namun seharusnya mampu mengembangkan rasa semangat yang lebih bagi peserta didik dalam menerima materi pembelajaran.  Memang tugas yang diberi adalah suatu kewajiban yang harus dikerjakan  peserta didik, tetapi tugas bukan malah menjadi suatu beban bagi peserta didik.

 Kedisiplinan itu melekat pada lembaga yang namanya sekolah, peserta didik akan merasa nyaman jika ia mendapatkan yang biasa ia temukan di sekolah. Lalu yang menjadi persoalan adalah, tentang bagaimana menghadirkan suasana yang ia temukan yang hanya hadir di sekolah, karna manusia pada dasarnya akan nyaman jika ia berada pada lingkungan yang dimana ia melaksanakan interaksi sosial.

Sehingga tugas kita semua adalah menjadikan rumah, dan metode pembelaaran bukan menjadi beban, dan tugas yang diberikan bukan satu-satunya jalan dalam mendorong peserta didik menjadi kreatif dan inovatif. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun