Mohon tunggu...
Clairine Aprillia
Clairine Aprillia Mohon Tunggu... Tentara - Pelajar

Swag

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengambilan Gen Asli Plasma Nutfah oleh Negara Lain, Bolehkah?

24 Agustus 2018   13:50 Diperbarui: 24 Agustus 2018   14:22 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dikarenakan peranan bioetika yang begitu penting, maka Indonesia pun juga telah membentuk Komisi Bioetika Nasional pada tanggal 17 September 2004. Bahkan, Indonesia sudah memiliki undang-undang khusus yang erat kaitannya dengan kultur jaringan. Undang-undang tersebut termuat dalam UU No. 18 tahun 2002 pasal 22 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan IPTEK.

Selain diatur oleh undang-undang, bioetika dalam pelaksanaan kultur jaringan juga ditinjau dari berbagai segi kehidupan. Salah satunya ialah para peneliti yang hendak mengembangkan teknik kultur jaringan, harus bertanggung jawab terhadap dampak-dampak dari kultur jaringan yang ia lakukan,  baik dari segi moral maupun etika.

Setelah memahami tentang kultur jaringan dan bioetika pelaksanaannya, maka sekarang kita akan membahas sebuah kasus yang erat kaitannya dengan kultur jaringan. Seperti yang telah kita ketahui bahwa kultur jaringan telah banyak digunakan untuk menjaga kelestarian serta pemanfaatan sumber hayati. 

Banyak sekali negara-negara maju yang berlomba-lomba mengembangkan teknologi kultur jaringan untuk mengambil gen plasma nutfah dari negara lain. Apakah hal itu sah untuk dilakukan? Apakah boleh suatu negara mengambil gen asli plasma nutfah dari negara lain untuk dikembangkan di negaranya sendiri? Berikut adalah pembahasannya.

Suatu negara memilih kultur jaringan sebagai salah satu teknik untuk mengembangkan tanaman dari negara lain dikarenakan eksplan dari tumbuhan yang hendak dikulturkan bisa lolos dari pemeriksaan di bandara dengan mudah, sedangkan jika menggunakan teknik lain, akan ada banyak syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi sebelum membawa suatu bagian tanaman dari satu negara ke negara lain. 

Hal itu bisa terjadi karena teknik kultur jaringan diyakini mampu menghasilkan bibit tanaman yang bebas hama penyakit, sehingga eksplan dapat dikirim melewati batas-batas negara tanpa harus melalui proses karantina. 

Walaupun demikian, ada berbagai aspek yang harus dipertimbangkan oleh suatu negara jika hendak menyetujui pengambilan gen asli plasma nutfah oleh negara lain. 

Terlebih lagi jika gen yang hendak diambil adalah gen asli dari tanaman endemik milik negara yang bersangkutan. Mengapa diperlukan pertimbangan? Hal itu karena teknik kultur jaringan hanya bisa dilakukan jika terdapat eksplan, dan eksplan hanya bisa didapatkan jika kita memotong bagian dari tanaman yang akan dikulturkan guna dipindahkan ke dalam medium lain. 

Sebelumnya, perlu kita ketahui bahwa kultur jaringan memiliki peluang lebih besar untuk berhasil jika menggunakan jaringan meristem sebagai eksplan. Mengapa demikian? Karena jaringan meristem adalah jaringan muda yang terdiri dari sel-sel yang selalu aktif membelah, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang lebih pesat. 

Bisa kita bayangkan jika banyak negara asing yang ingin mengambil jaringan meristem ini dari tanaman endemik milik suatu negara, pastilah lama-kelamaan tanaman endemik itu menjadi tanaman yang tidak sempurna, sulit untuk tumbuh dan berkembang, bahkan populasinya bisa menurun. Jika hal tersebut terjadi terus-menerus, bisa jadi tanaman tersebut akan punah dan sulit ditemui di negara asalnya. Tentunya hal tersebut bisa mengurangi keanekaragaman hayati suatu negara. 

Selain perihal eksplan, kita juga harus memperhatikan tingkat keberhasilan dari kultur jaringan yang hendak kita lakukan. Seperti yang kita ketahui bahwa keadaan alam dan iklim dari setiap negara pastilah berbeda-beda, dan ada beberapa tanaman yang hanya bisa tumbuh dan berkembang dengan baik di tempat-tempat tertentu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun