Ya, sepertinya yang Orhan bilang  benar, belakangan ini aku sendiri mendengar bahwa sang sultan telah menerebut gelar pemimpin Islam dari Kerajaan Abbas, entah apa betul itu namanya yang jelas aku yakin bahwa masih ada beberapa kerajaan Islam di kawasan pasir sana. Dia sudah mengeklaim bahwa ia telah menjadi Khalifah Islam di muka bumi ini, tapi juga kabar bahwa ia adalah raja yang lalim, yang membunuh wazir nya senak-enaknya.
Perkataan Orhan mengejutkanku "Hei..Suleyman kenapa kau terdiam?"
"Tidak, aku cuma mau berpikir sejenak" ucapku
"Berpikir? Oh...ya apa kau masih menulis sajak-sajak yang tak laris itu?" ucap Orhan dengan gelak tawanya
"Entah lah Orhan yang baik, yang memberikan ku air saat aku tengah kehausan, mungkin sajak-sajak ku nantinya akan laris di Yerusalem" ucapku
"Hahahahaha, demi Allah, Suleyman aku akan mendoakanmu, demi Allah, hahahah" ucap Orhan sambil terbahak-bahak
"Doa kan saja yang terbaik untukku "ucapku sambil geram melihat air mukanya.
"Hahahah, baik lah Sulaiman, aku permisi dulu ke tempat peristirahatan, setelah ini akan aku temui kau lagi kau dengan sajak mu yang buruk itu. Assalamualaikum" ucapnya
"Waalaikumsalam".  Aku sendiri tidak tau kenapa aku harus membalas asalamualaikumnya. Aku butuh belajar, belajar mencintai semua  kebaikan serta keburukan juga.
Perahu sudah siap berlayar untuk mengarungi  lautan  biru, putri duyung  melenggak-lenggokan ekornya seperti yang diceritakan orang-orang Yunani, hari cerah yang akan membawa  roh kedamaian untuk setiap pelayar-pelayar yang akan berangkat, jangkar utama sudah di naikan, kapal mulai bergerak, agin bertiup dengan kencangnya, menghilangkan  kenangan-kenangan singkat akan kota kecil ini, yang kubawa cuma tas dari kain yang berisi buku-buku lama tentang cinta dan kebijaksanan serta angan-angan yang nantinya akan hilang ketika tertiup angin ditengah laut.
Di tengah pemberangkatan dalam kapal sederhana ini. aku melhat sesosok kakek tua kurus dengan jenggot dan kumisnya yang tebal berwarna putih  tengah berdoa sambil menggenggam kalung salibnya. Ah..siapakah kakek itu? dia  berdoa begitu khidmatnya, seperti berinteraksi dengan tuhannya. Dia sepertinya pekerja kapal veteran yang sudah banyak mengarungi tempat di dunia ini, juga mengarungi kehidupannya sendiri. Selesai dia berdoa aku menghampirinya