Mohon tunggu...
citra sondari
citra sondari Mohon Tunggu... -

cicit cuiit...! a little bird sings a song

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kosong

22 Juli 2012   00:16 Diperbarui: 13 Juli 2015   08:28 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Satu sore disebuah cafe daerah perkantoran. Tiga perempuan usia 30-an terlihat asyik mengobrol dengan secangkir kopi dihadapan masing-masing.

"Nilai-nilai hidupku sepertinya sudah mulai bergeser" ujar Rei

"bergeser? Maksudmu?" tanya si mungil Inka sambil menyeruput kopinya dan menatap wajah Rei yang tertimpa cahaya matahari sore.

"Ya bergeser, berpindah, berputar, mungkin beberapa derajat. Menuju liberal...atau liberty? Hmmm...tergantung mau dilihat dari sisi mana sih. Ah...tidak sehat nih" Rei menjelaskan sambil menggerak-gerakan tangannya seperti biasa jika dia sedang menjelaskan sesuatu.

"Hahaha, kalau hidupmu saja kamu katakan tidak sehat lalu bagaimana dengan hidupku? Kamu punya keluarga, punya si kecil Anisha yang lucu. Lha aku? di usiaku yang 30 ini aku masih hinggap kesana kemari tak tentu tujuan." Inka tertawa lepas menanggapi kata-kata Rei.

" Karirmu menyelamatkanmu" Ujar Rei tak mau kalah.

" Well...kadang kita tidak bisa mendapatkan semuanya ya... Hidup tidak selalu sempurna bukan?" Filosofi klise picisan keluar dari mulut mungil Inka.

Kadang manusia kecil satu itu bisa juga bicara serius diantara sikapnya yang sering konyol.

" Mauku cuma satu, bahagia. Sulit amat menangkapnya biar ada disini nih" Rei menunjuk dadanya

" Hmmm...apa definisi bahagia versimu sih?" tanya Inka sambil menatap Rei dan sesekali melirik Arin disisi kirinya yang masih sibuk dengan tablet samsung keluaran teranyar yang baru saja dibelinya.

" Ada yang bilang sih bahagia adalah saat kamu bisa tersenyum dengan tulus terhadap hidup. Definisi yang membingungkan ya?" Rei memberi pernyataan yang mengambang sekaligus pertanyaan untuk pernyataannya itu.

" Iya, hidup macam apa? tanya sana sama yang bikin pernyataan itu. Jangan -jangan dia anak seorang pejabat yang kuliah diluar negeri lalu dapat jodoh orang kaya yang hartanya ga bakal habis sepuluh turunan dan sangat mencintainya setengah mati, dan dia hidup bak raja atau ratu didunia ini. Terang aja bisa senyum tulus kalo gitu sih" cerocos Inka dengan sinismenya yang terbalut gaya kocaknya berbicara.

" Hahaha...kok kamu emosi sih? sirik ya mbak?" Goda Rei.

" Eh, lihat deh...lucu lucu deh nih bajunya, murah meriah. Koleksi terbaru dari online shopping langgananku." Arin menggeser tabletnya ke hadapan Rei dan Inka, menunjukkan hasil jelajahannya di online shopping dari tadi.

" Hedeeehhh... Ga bosen-bosennya belanja di online shopping deh. Bangkrut nanti kamu lama-lama, Rin. Sebulan berapa kali tuh belanja baju via online? perasaan sering banget ya?" Rei menggeleng-gelengkan kepalanya, heran dengan semangat belanjanya Arin selama ini.

" That's happiness for me,dear..." Senyum Arin sambil menepuk pipi Rei.

" Hmmm...mungkin seperti Facebook dan chatting buatku ya?" Ujar Rei

" Dan seperti hang out dan clubbing buatku" susul Inka

" Hahahaha...setidaknya dunia masih baik kepada kita ya, memberikan kebahagiaan kebahagiaan disisi lain. Alhamdulillah...sesuatu banget kalo kata tante Syahrini" Rei menanggapi definisi kebahagiaan mereka bertiga dengan tawa renyahnya.

" Sudah hampir malam, pulang yuk? mari kita menjemput kesepian kita masing-masing..." Ajak Rei

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun