" Iya, hidup macam apa? tanya sana sama yang bikin pernyataan itu. Jangan -jangan dia anak seorang pejabat yang kuliah diluar negeri lalu dapat jodoh orang kaya yang hartanya ga bakal habis sepuluh turunan dan sangat mencintainya setengah mati, dan dia hidup bak raja atau ratu didunia ini. Terang aja bisa senyum tulus kalo gitu sih" cerocos Inka dengan sinismenya yang terbalut gaya kocaknya berbicara.
" Hahaha...kok kamu emosi sih? sirik ya mbak?" Goda Rei.
" Eh, lihat deh...lucu lucu deh nih bajunya, murah meriah. Koleksi terbaru dari online shopping langgananku." Arin menggeser tabletnya ke hadapan Rei dan Inka, menunjukkan hasil jelajahannya di online shopping dari tadi.
" Hedeeehhh... Ga bosen-bosennya belanja di online shopping deh. Bangkrut nanti kamu lama-lama, Rin. Sebulan berapa kali tuh belanja baju via online? perasaan sering banget ya?" Rei menggeleng-gelengkan kepalanya, heran dengan semangat belanjanya Arin selama ini.
" That's happiness for me,dear..." Senyum Arin sambil menepuk pipi Rei.
" Hmmm...mungkin seperti Facebook dan chatting buatku ya?" Ujar Rei
" Dan seperti hang out dan clubbing buatku" susul Inka
" Hahahaha...setidaknya dunia masih baik kepada kita ya, memberikan kebahagiaan kebahagiaan disisi lain. Alhamdulillah...sesuatu banget kalo kata tante Syahrini" Rei menanggapi definisi kebahagiaan mereka bertiga dengan tawa renyahnya.
" Sudah hampir malam, pulang yuk? mari kita menjemput kesepian kita masing-masing..." Ajak Rei
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H