Mohon tunggu...
Citra Resmi Rahayu
Citra Resmi Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan IPS di Universitas Pendidikan Indonesia

Halo semoga yang membaca mendapatkan wawasan baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebudayaan Tari Saman yang Fenomenal, Tampil di Asian Games 2018 dan Dipelajari Boyband Korea NCT 127

5 Januari 2023   11:57 Diperbarui: 5 Januari 2023   12:15 2655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sources: Youtube NCT Daily

Pada perkembangan selanjutnya, tari Saman tidak hanya ditarikan oleh penari laki-laki saja, tetapi penari wanita juga sudah ikut menarikan tarian ini dengan membuat kelompok sendiri dimana penarinya semua adalah wanita. Kreativitas seniman juga mempengaruhi dari perkembangan tari Saman dengan memasukkan tari Aceh lain ke dalam satu garapan baru yang memunculkan tari Saman Garapan Baru. Kemunculan karya-karya baru dari tari saman, tidak dapat dihilangkan dari tersebarnya masyarakat Aceh ke daerah lain melalui urbanisasi dengan berbagai alasan, sehingga tari Saman semakin dikenal di masyarakat luas.

Majunya zaman dan pesatnya perkembangan teknologi, serta adanya globalisasi di segala bidang, juga menjadi salah satu penyebab lainnya terjadi perubahan dalam penyajian tari Saman. Saat ini penyajian tari Saman tidak hanya ditarikan untuk upacara keagamaan saja, melainkan sudah ditarikan untuk tujuan-tujuan yang lain, seperti hiburan, dan pertunjukan yang membutuhkan konsentrasi dalam menciptakan dan melihatnya, serta memerlukan kesiapan dalam pertunjukannya. 

Perkembangan dan perubahan yang terjadi pada tari Saman tidak hanya dari segi fungsinya saja, tetapi dengan terjadinya perubahan fungsi, maka terjadi pula perubahan bentuk penyajian. Perubahan yang terjadi pada bentuk penyajian dapat dilihat dari pola penggarapan, yang dapat dikaji dari sisi gerak, pola lantai, busana, tema, makna tari, property, tempat pertunjukan, termasuk rukun dalam urutan penyajian tari Saman.

Terjadinya perubahan dalam pertunjukan tari Saman, disambut baik oleh semua pihak seperti, para seniman, pemerintah, tokoh masyarakat, dan masyarakat Aceh sendiri termasuk suku Gayo. Semua pihak ikut terlibat dengan ikut aktif dalam menyemarakkan setiap event yang dilaksanakan baik oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat, maupun yang dilaksanakan oleh instansi-instansi pemerintah dan nonpemerintah. Selain itu perubahan fungsi dan bentuk penyajian ini menjadikan perbendaharaan tari-tarian yang ada pada masyarakat suku gayo semakin beragam pula. 

Hal ini dimungkinkan dengan adanya permintaan masyarakat pengguna, yang mengakibatkan munculnya kreativitas seniman untuk lebih banyak menciptakan bentuk tari baru sebagai jawaban atas permintaan tersebut. Namun hal ini bukanlah menjadi salah satu faktor utama terjadinya perkembangan dalam tari saman. Kemungkinan terjadinya perubahan ini bisa terjadi dari aspek mana saja, bisa dilihat dari kemajuan teknologi yang memungkinkan manusia mendapatkan informasi yang seluas-luasnya, tentang kemajuan tari-tari dari negara sendiri maupun dari negara lain. 

Bisa pula dilihat dengan terbukanya pemahaman masyarakat akan seni, selain itu kebutuhan akan seni juga menjadi tuntutan bagi masyarakat yang berkecukupan, selain tujuan penyajian seni sebagai pewarisan, pelestarian, dan pengembangan budaya tradisi. Hal ini yang memungkinkan terjadinya perubahan dalam penyajian tari saman, yang mengakibatkan semakin terkenalnya tari ini dan menjadi ikon bagi seni tari di provinsi Aceh.

Banyak sumber yang menyatakan tentang tari Saman, walaupun kesahihan nya masih diperdebatkan hingga sekarang, terutama dari pemilik kesenian Saman ini. Dilihat dari segi kesejarahan Saman, berdasarkan dari beberapa sumber tertulis maupun wawancara dengan narasumber, arti kata Saman dalam bahasa Indonesia adalah tari, dan menari dikatakan dengan meusaman. 

Saman pada masyarakat Aceh umumnya merupakan bentuk-bentuk tari tradisional yang dilakukan dengan posisi duduk dengan membuat pola garis (pola bersaf) dengan duduk saling berdempetan seperti, "ratib meusekat" di Aceh Barat, "meusekat" di Aceh Tenggara, "likok pulo" di Aceh Besar, "ratoeh doek" (tari duduk) yang kesemuanya terkait dengan masuk dan berkembangnya Agama Islam. 

Tari-tari tradisional Aceh ini, mengutamakan gerak asek atau teleng (geleng kepala ke kanan dan kiri) yang merupakan perwujudan dari dzikir setelah melaksanakan sholat), gerak doa, dan gerak kepasrahan (menepuk dada) dari manusia terhadap sang khalik. Pemahaman ini "diamini" oleh masyarakat Aceh secara umum, dan yang dikenal secara luas, dengan menunjuk pola garis dan pola duduk sebagai ciri dari tari-tari tradisi Aceh. Sementara itu untuk menjelaskan tari Saman yang menjadi kajian ini, maka disebut dengan Saman Gayo, yang berciri ditarikan oleh laki-laki, berjumlah ganjil, mengenakan pakaian tenunan Kerawang Gayo.

Makna Filosofi Tari Saman

Tari saman sebagai perwujudan nilai-nilai islam, memiliki berbagai fungsi dan makna yang tidak terlepas dari sistem nilai budaya yang berlaku pada masyarakat Aceh khususnya suku Gayo. Dalam bentuk penyajiannya, tari saman juga memiliki struktur komposisi yang diwujudkan melalui makna atau sebuah pesan yang disampaikan baik melalui verbal maupun nonverbal sesuai dengan sistem sosial budaya masyarakat setempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun