Mohon tunggu...
Citra Rahmah Putri
Citra Rahmah Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi PPG Prajabatan Prodi Pendidikan Khusus UPI I Guru Pendidikan Khusus I

Bismillahirrahmanirrahim. Suka membaca artikel yang tema/materi menarik versi ku dan belajar dari mendengarkan cerita orang-orang disekitarku.

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku LGBT (Lo Gua Butuh Tau)

23 Juli 2022   01:47 Diperbarui: 26 Juli 2022   00:00 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Bacaan/Buku :

Berdasarkan kasus atau narasi tentang LGBT  yang 'dikemas' Kak SInyo dengan inisial 'Klien' yang beragam seperti Lesbian atau Gay atau Korban Kecanduan video Pornografi. 

Aku menarik garis besar pada umumnya LGBT terjadi sebab Keluarga inti, dan Lingkungan yang kurang tepat. Pada sisi keluarga seperti terjadinya Broken Home, dan Anak merasa tidak mendapat panutan dari Ayah atau Ibunya. Selanjutnya, Lingkungan, betapa ini begitu 'penting'. Lingkungan yang 'sehat', lingkungan yang dapat 'mendorong', dan memotivasi anak menjadi lebih baik dari segi Agama, Kesehatan mental, dan segi sosial. Akupun turun miris pada anak-anak yang harus 'terpaksa' hidup  di lingkungan yang tidak ramah anak-anak, lingkungan perang (perang sebenarnya, perang keluarga, atau tidak ada percontohan yang baik pada segi bertetangga).

Aku jadi ingat salah satu kisah Ayah, dan Anak yang mendatangi Rasulullah. Ceritanya ada seorang ayah datang mengeluhkan pada Rasulullah bahwa anak laki-lakinya Durhaka padanya. Sebagai penengah, dan orang yang dimintai solusi maka, Rasulullah mendengarkan perspektif ayah, dan anak tersebut. Didapat bahwa ya menurut penjelasan ayah, anak ini durhaka. Namun, Rasulullah tidak berhenti pada penjelasan ayah tersebut saja, anak tersebut bertanya pada Rasulullah, "Ya Rasulullah, saya ingin bertanya apa Hak seorang anak?", kemudian Rasulullah dengan detail, dan penyampaian yang penuh Kasih menjelaskan Hak anak adalah Ayah mencarikan Ibu yang baik, Nama yang baik, dan lingkungan yang baik.  Maka jelas saja anak tersebut menjawab, maka sebelum saya disebut anak durhaka maka ayah saya jelas lebih dulu durhaka sebab, beliau tidak memberi ketiga nya pada saya.

Beliau tidak memberikan Ibu yang baik pada saya. Beliau juga tidak memberi saya Nama yang baik (nama itu adalah doa orang tua untuk anaknya,Nama itu harus punya arti, tidak sembarang ingin terdengar 'keBarat-baratan atau karna pernah terdengar di Al Quran, hingga sembarang saja seperti Qorun, Firaun, padahal tokoh tersebut bukanlah tokoh panutan, dan masih banyak lagi aku temui orang tua menamai anaknya sembarang saja, maka sembarang pula doa tersemat pada anaknya), Terakhir lingkungan, ada hak anak yang harus dijamin orang tua untuk menempatkan lingkungan yang baik (lingkungan tinggal, lingkungan sekolah, dan lingkungan bermain anak yang perlu dijamin). 

Apabila tiga hal hak anak tersebut, telah terpenuhi oleh Ayah maka, bila anak tetap atau menjadi Durhaka, terlepaslah 'dosa' tersebut bukan tanggungan ayah atau ibu si anak. 3 (Tiga) hal penting ini akan aku sangkutkan pada analisis aku. Pertama keluarga, ada satu cerita dalam buku ini yang kalimat akhirnya membekas dihati aku, bahwa;

"kamu fokus belajar kembali, berusaha memahami bahwa sebenarnya keluarga, dan sekolah sangat perhatian pada kamu, mungkin caranya saja yang masih kurang tepat, hlm.28".

Segi Keluarga; jika kamu tidak mendapat panutan dari ayah, dan ibu kamu (aku ingin kamu, dan kita sadari Bahwa orang tua tidak ada yang sempurna, dan tidak ada anak yang sempurna, hanya selalu ada kekuatan untuk terus belajar lagi dan lagi menjadi yang terbaik versi mereka), menurutku, solusinya bisa  tarik garis wali ayah dan ibu kamu (ambil panutan dari Kakek pihak ayah, paman, wawak, Pak Cik, Pak wo, Om atau apapun yang biasanya kamu memanggil mereka. Jika tidak dari pihak ayah (tarik garis wali dari Ibu, ambil panutan dari kakek pihak ibu, Om kamu, wawak, paman atau apapun yang biasanya kamu nyaman  memanggil mereka). 

Sadari bahwa kita masih manusia yang punya kecenderungan berbuat salah terus, dan ilmu terbatas. Jadi harus legowo mau belajar terus, dan berguru disini jangan cari yang guru baik saja, cari guru atau panutan TER-Baik, terbaik, terbaik (sampe tiga kali saya ingin tegaskan hal ini).

Selanjutnya, jika aku engga dapat panutan dari keluarga inti, dan keluarga besar?? Ohh tenang sista atau bro, Ambil panutan dari  tetangga, liat kanan kiri kamu, cari tetangga yang punya sisi baik dalam pengajarannya. Engga dapat juga? Ambil panutan dari guru, dosen, ustadz, atau tokoh masyarakat yang punya sisi baik yang dapat kamu ambil. 

Terakhir adalah ambil dari sisi teman akrab. Segi teman akrab, ini sangat rentan. Kenapa? Kamu punya hak untuk selektif memilah teman. Untuk perempuan yang memang punya kecenderungan lebih 'pemilih dan mem filter circle  perteman, mungkin tidak susah memilah teman sholehah yang selalu mengingatkan, minimal  ayo udah waktunya sholat, memenuhi panggilan Dia yang menciptakan kamu,  minimal bisa ngaji yak. Dua pokok hal penting jika kamu 'tersesat', dua cara untuk kembali pada-NYA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun