Mohon tunggu...
Citra Nurminingsih
Citra Nurminingsih Mohon Tunggu... Freelancer - Salam kenal

I like to share my experiance to you. Visit my website : www.citranurmi.com n i usually share my experiences after travelling. Enjoy.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rajutan Restu Ibu pada Sehelai Kebaya Pernikahan

3 Januari 2018   14:50 Diperbarui: 3 Januari 2018   15:01 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu tidak.

Perlu waktu lama, tak hanya satu dua tahun untuk meluluhkan hati ibu. Menjelaskan dari A sampai Z, memberi pengertian bahwa apa yang puterinya pilih bukanlah suatu kesalahan.

Ibu..... Tak ada kata yang mampu ku ucap ketika akhirnya jawaban itu datang. Satu kata ya, meloloskanku menuju gerbang baru bersama pasangan yang aku pilih dan cintai. Angukannya yang singkat, diiringi restu yang selama ini ditunggu.

***

Doa ibu dan restu merupakan kunci yang membawa saya mampu melewati segalanya. Saat menyiapkan pernikahan pun, tak sedikit upaya dan curahan tenaga untuk membantu menyiapkan segala acara agar semua berjalan lancar. Begitu pun ketika kebaya pernikahan yang akan saya kenakan, tak luput dari peran serta ibu.

Kami berdua pergi membeli kain, memilih warna, mencari model, hingga menetukan siapa yang akan menjahitnya. Ibu memilih penjahit dari keluarga terdekat yang akan membuat kebaya pernikahan untuk saya kenakan nanti. Ya, kami tidak memilih pergi ke penjahit dengan tarif jutaan rupiah.

Cerita tentang kebaya pernikahan pun belum selesai, karena untuk menambah keindahannya sebuah kebaya tak akan lengkap tanpa hiasan manik-manik yang disematkan di beberapa sisi kain. Selain untuk memperindah, kebaya pernikahan itu punya makna khusus dan mendalam bagi saya.

Setelah kebaya selesai dijahit. Proses penyematan manik-manik juga perlu waktu lebih dari dua hari. Ibu merelakan waktunya selepas bekerja untuk memasang manik-manik berbagai ukuran di kebaya brokat yang panjangnya hingga mata kaki. Menghabiskan waktu hingga tiga sampai empat jam selama satu minggu untuk menyelesaikan pekerjaan memasang manik-manik. Semua itu demi saya, agar tampil istimewa saat pernikahan.

Air mata tak bisa tertahan mendengar sebesar itu pengorbanan ibu saya menghantarkan ke jenjang pernikahan. Mungkin kecil bagi orang lain, tapi apa yang ia berikan tidak terkira. Saat lelah bekerja, ibu bukan pergi beristirahat, melainkan melanjutkan pekerjaan jahit menjahit hingga tengah malam.

Tidak ada kata yang bisa saya gunakan untuk mengutarakan terima kasih. Rasa sayangnya tercurah dalam ikatan benang yang mengikat manik-manik agar tersemat kuat di baju kebaya saya. Kebaya saya tak hanya selembar baju yang memperindah penampilan saya. Lebih dari itu, Hadiah Dari Ibu berupa rajutan restu yang tertuang pada manik-manik kebaya pernikahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun