Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menjadi Seorang Feminis

10 Februari 2019   14:54 Diperbarui: 11 Februari 2019   12:08 1486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya bilang ingin jadi astronot, banyak yang gimana ya, sedikit menertawakan begitu. Termasuk seorang jurnalis lokal yang dulu mewawancarai saya untuk profil siswa berprestasi (ehem). Mereka heran karena bagi perempuan Jawa dan di lingkup lingkungan saya waktu itu, sekolah paling tinggi ya bila beruntung S1. Lalu kerja jadi PNS atau menjadi ibu rumah tangga. Pilihannya tak sebanyak sekarang, dan jelas tak sebanyak laki-laki yang bisa menjadi apa saja dan merantau jauh ke mana saja.

(Soal "diumbar" tadi, bila yang merantau laki-laki; maka yang datang adalah pujian. Beda ceritanya karena saya perempuan).

Agaknya Bapak melihat norma tentang perempuan ini sebagai tantangan dalam mendidik saya. Dulu saya tak tahu konsep bias gender ini (karena saya sejujurnya tak begitu merasakannya, Bapak mengizinkan saya mengalami banyak hal). Meski demikian, saya ingat Bapak berulangkali mengatakan pada saya bahwa bila saya ingin berhasil (dan bila ingin orang melihat saya mampu), saya harus membuktikan kerja keras dan komitmen saya. 

Saya ingin menjadi ketua kelas, saya harus buktikan saya rajin dan mampu berkomunikasi baik dengan kawan-kawan sekelas. Saya ingin menjadi pemimpin upacara, saya harus latihan. Bila siswa laki-laki mudah saja dipilih karena berbadan tegap dan bersuara keras, saya harus latihan sering-sering agar bisa bersuara sama keras dan tegas.

Kata Bapak, "Untuk menjadi setara dengan laki-laki, seringkali kamu harus 2 kali lebih baik, 2 kali bekerja lebih keras."

Ujaran yang pahit? Terkesan begitu.

Bias gender juga acap ditemui dengan indikator kepemimpinan. Katanya, semakin tinggi pucuk pimpinan, semakin sedikit perempuan yang ada di sana. Misalnya saja untuk perusahaan-perusahaan besar yang termasuk dalam Fortune 500. 

Tahukah Anda berapa jumlah CEO perempuan yang ada dalam daftar tersebut? Hanya 24 orang, kurang dari 5%. Meski demikian, sebuah survei dari Grant Thornton mencatat bahwa persentase bisnis yang memiliki setidaknya 1 perempuan dalam tim manajemen senior meningkat setiap tahunnya (75% di tahun 2018), angka yang terbilang lumayan. Memang pucuk pimpinan bisnis masih didominasi laki-laki, fakta yang tidak bisa dipungkiri.

Saya termasuk orang yang lebih percaya akan merit (kualitas yang baik), siapapun yang lebih qualified selayaknya mendapatkan tugas atau posisi yang sesuai, tak peduli dia laki-laki atau perempuan; dan bahwa perempuan tak diistimewakan HANYA karena dia perempuan. Yang menjadi catatan saya: dari pengalaman saya, bagaimana Bapak membesarkan saya, dan bagaimana saya melihat fenomena di sekitar saya; menyadari adanya bias gender membuat saya lebih mawas diri dan peka terhadap situasi. 

Bila ada kondisi yang perlu diperbaiki, saya bisa berpikir dengan kesadaran itu dan memutuskan tindak lanjut yang sesuai. Dengan definisi Chimamanda bisa dibilang saya feminis, dan bahwa saya mendukung feminisme. Entahlah, terkadang bagi saya label itu menjebak dan mengkotak-kotakkan kita menjadi entitas yang berbeda-beda.

Jadi, menurut Anda, seperti apa sebenarnya feminis dan feminisme itu? Atau jangan-jangan kita tak perlu pusing dengan dua istilah ini?

Tabik,
Citra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun