Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tak Ada Plan(et) B

23 Januari 2017   17:38 Diperbarui: 24 Januari 2017   04:12 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

WHAT? APAAAAH? Ciyus lo?

Iya, menjadi penggila kuliner itu membahayakan lingkungan, jika kita sekaligus buang sampah makanannya sembarangan. Dalam bahasa Inggris, ada istilah khusus untuk mereka yang buang sampah sembarangan yaitu litterbug.Nggak masalah kalau doyan kuliner tapi sekaligus sadar sampah. Beli bubble tea, bungkusnya dibuang sembarangan. Beli siomay, plastiknya dibuang di selokan. Lapar di mobil, makan dodol, bungkusnya dibuang keluar jendela. Itu semua contoh penggila kuliner yang juga sekaligus litterbug.

Logikanya sederhana, sudah diajarkan bahkan mungkin sejak TK, bahwa membuang sampah sembarangan itu bisa berakibat banyak: banjir, nyamuk, lingkungan nggak indah. Faktanya, 635 juta (JUTA) kilo sampah-sampah yang dibuang sembarangan itu berakhir di lautan. Barangkali Anda pernah melihat foto sedih kura-kura yang bentuk cangkangnya tak normal karena terjebak dalam kantong plastik. Atau ikan yang isi perutnya bukan makanan melainkan tutup botol dan potongan kaleng minuman soda.

Faktanya juga, everyone litters – somewhere, some thing, some time. Mungkin saat masih kecil, mungkin sekarang karena malas, mungkin di lain kesempatan. Saya pun tak suci, penuh dosa!

Jadi, buanglah sampah pada tempatnya, dan coba kurangi sampah ya.

2. Memberi makan Vampir

Bukan vampir Bella dan Edward, melainkan vampire load. Dalam hal konsumsi listrik, vampire load adalah daya listrik yang dikonsumsi alat elektronik atau gawai saat tercolok (maafkan bahasanya suka-suka begini) meskipun tidak dihidupkan. Jadi misalnya kita punya tivi, dan ketika tak dipakai, kita hanya pencet remotnya saja untuk membuatnya stand by. Meski tidak dipakai, tivi tersebut mengkonsumsi listrik, lho. Begitu pula dengan telepon genggam yang tetap diisi ulang batrenya meskipun sudah penuh (ngaku, siapa yang sering ngecas hape malam hari sekalian tidur?).

Risikonya apa? Selain membuat tagihan listrik lebih mahal (menurut penelitian di AS, tagihan listrik bisa membengkak hingga 110% dari normal) dan adanya risiko kebakaran, perlu diingat juga bahwa konsumsi listrik berlebih sama dengan konsumsi energi yang lebih. Asal listrik kita dari mana sih? Dari PLN. Iya, PLN punya pembangkit listrik, baik itu tenaga air, uap, gas, angin, dsb dst. Kebanyakan pembangkit listrik di PLN masih menggunakan batu bara. Batu bara adalah bahan bakar “kotor”, emisi karbon dioksidanya banyak. More energy = more fuels = more pollutants, kecuali sumber energinya adalah sumber energi bersih.

Hayo cek sendiri-sendiri, gimana selama ini kita mengkonsumsi listrik.

3. Pergi ke sekolah atau kerja

(pada bagian ini anak-anak bersorak karena mereka berpikir tak perlu pergi ke sekolah)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun