Di bagian pertanyaan mengenai cita-cita, caranya menjawab membuat saya tertarik. Anak ini ingin menjadi astronot (ah, mirip saya waktu kecil!). Jawabannya kurang lebih begini:
“Jadi ya Kak, setahu saya, jadi astronot itu kerjanya menyenangkan, meneliti luar angkasa. Menurut saya ni ya, kalau jadi astronot itu saya bisa menyumbangkan hal yang penting gitu untuk ilmu pengetahuan. Itu sih setahu saya ya Kak,” tuturnya dengan antusias.
Saya tersenyum simpul mendengar caranya menjawab. Anak kelas 4 SD ini tahu bagaimana caranya menyampaikan pendapat dengan hati-hati. Dia barangkali sadar bahwa “pengetahuan” yang dimilikinya sekarang bukanlah sesuatu yang sudah absolut dan benar. Saya kagum, anak sekecil ini sudah menunjukkan perilaku yang berkelas, tak peduli usia, tak peduli strata sosialnya. Keluarganya barangkali bukan keluarga berlimpah yang bisa menyekolahkan anaknya ke sekolah internasional, tapi kondisinya itu tak lantas membatasinya untuk bisa berperilaku baik.
Selesai berbincang, si anak pamit dengan sopan.
Tak semua anak yang besar di jalanan memiliki perilaku seperti anak ini. Tak sekali dua kali juga uang koin yang saya berikan ke pengamen dilempar dengan kasar, karena mereka menganggap uang dua ratusan, lima ratusan yang saya berikan adalah sebuah penghinaan. Terimanya minimal seribu. Ampuuuun. Padahal yang koin yang saya miliki selalu saya kumpulkan dan gunakan, sekecil apa pun.
Iya, uang bisa membeli banyak hal. Uang juga tak menjamin banyak hal, termasuk tak menandakan seseorang memiliki perilaku yang baik. Bagaimana dengan kita? Bermobil dan ambil jalur Transjakarta? Makan di restoran mewah dan buang sampah sembarangan di meja? Naik pesawat dan buru-buru menyalakan hape ketika pesawat masih taxiing? *sodorin kaca*
XOXO,
Citra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H