Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ruang Publik: Kota untuk Manusia

29 September 2015   14:06 Diperbarui: 29 September 2015   14:12 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal pergerakan yang dinamis, yang satu ini juga ruang publik yang potensial.

#3 Stasiun bukan hanya stasiun

Saya bahagia dan tercengang melihat transformasi Stasiun Palmerah. Dulu sempit dan gelap, kini Stasiun Palmerah memiliki platform bertingkat dengan ruang luas dan atap melengkung yang membuatnya terasa bukan di Indonesia.

Pertama melihatnya, saya berimajinasi tentang dinding tinggi berhias mural. Saya berimajinasi tentang sekelompok anak muda berlatih menari di depan cermin seluas dinding yang berlawanan. Saya berimajinasi tentang keluarga kecil yang duduk di sudut dan menikmati bekal yang mereka bawa dari rumah. Dan saya berimajinasi tentang pakdhe menari dalam langgam Jawa yang sering saya jumpai di Senayan, menari di sana di tengah tepuk riang anak-anak.

Ramai yang mengingatkan saya pada Stasiun Kota. Aktivitas yang mengingatkan saya pada sekian banyak stasiun di Taipei.

Perhentian transportasi publik, baik itu kereta api, kereta listrik, maupun bus, adalah tempat strategis di mana terdapat sejumlah orang dengan volume tinggi. Tak hanya sebagai node perpindahan, stasiun dengan segala keterbatasannya juga banyak dijadikan titik temu, bahkan oleh mereka yang tidak menggunakan sarana transportasinya. Dengan sekian banyak orang yang mengelilinginya, stasiun memiliki potensi besar untuk menjadi ruang publik yang bermanfaat. Galeri lukisan, kafe dengan kopi segar yang dipanggang hari itu, panggung untuk para seniman jalanan yang bakatnya membuat saya sering ini, hingga anak-anak yang yang riang bermain dengan busa balon dan mobil-mobilan.

Bebicara letak dan potensi, makin banyak yang bisa kita gali. Stasiun Kota dengan bangunan-bangunan bersejarahnya, Cikini dengan Taman Ismail Marzuki dan deretan kafe bernuansa tempo dulu, hingga Palmerah yang jika dimanfaatkan ruangnya, bagaikan oase di tengah himpitan jalan dan gedung bertingkat.

Kembali ke soal anak-anak, ada satu temuan menarik…..

#4 “Ikuti para wanita dan anak-anak”

Ada satu riset terkait ruang publik dari Project for Public Spaces yang salah satu temuannya adalah adanya hubungan yang erat antara ruang publik yang nyaman dan sehat dengan wanita dan anak-anak. Menurut temuan ini, dengan mengikuti para wanita dan anak-anak, ada kemungkinan tinggi bahwa tempat yang sering mereka kunjungi (ruang publik ya, terutama) adalah ruang publik dengan kualitas yang nyaman untuk semua orang.

(mungkin kalau di Jakarta akan dibilang, “Kalau wanita dan anak-anak perginya ke mall, gimana?”)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun