Komunikasi di dunia maya seringkali disepelekan etikanya hanya karena tidak ada temu muka. Padahal di era seperti ini, di mana jarak tidak lagi menjadi alasan untuk berinteraksi, komunikasi di dunia maya sudah sangat jamak, dan karenanya perlu diperhatikan etikanya.
Apalagi saat mengirimkan lamaran pekerjaan.
Jika sebelumnya saya menulis mengenai etika berkirim surel, mengirim dokumen lamaran pekerjaan secara online pun ada etikanya. Bisa jadi kita adalah kandidat yang memenuhi persyaratan, namun 'lewat' HANYA (iya, hanya) karena kita tidak memiliki etika saat mengirimkan dokumen lamaran pekerjaan.
Berikut adalah beberapa kesalahan umum saat mengirimkan dokumen lamaran pekerjaan secara online:
1) Alamat dan display nama surel tidak profesional
Saya mengalami zaman di mana semua teman pada saat itu menggunakan alamat surel alay, misalnya aku_cantik@xxx.com, cute_angel@yyy.com, dan semacam itu. While it is okay for personal communication, jangan menggunakannya untuk mengirim lamaran pekerjaan. Orang yang membaca aplikasi kita bisa jadi mengira kita belum bisa terpisah dari masa kekanak-kanakan nggak jelas, dan lebih parah lagi, menganggap kita tidak serius melamar pekerjaan. Bagaimana bisa serius dalam bekerja kalau alamat surel saja tidak profesional?
Buatlah alamat surel yang menggunakan nama kita sendiri, variasinya bisa banyak: nama panggilan, nama panjang, nama yang ada singkatannya, silakan. Usahakan jangan terlalu panjang. Misalnya, karena nama saya panjang pake banget kalau ditulis semua di alamat surel, maka ya saya menggunakan citra@namaorganisasi.org. Jika kasusnya seperti ini, pastikan display nama kita adalah nama resmi (misalnya saya, ya saya tuliskan Marlistya Citraningrum), karena tidak semua orang tahu nama pendek/panggilan kita. Display nama adalah nama yang muncul di profil atau pengirim ketika mengirim surel, yang bisa diset di bagian setting.
Ada juga anggapan tidak tertulis bahwa domain surel pribadi kita menentukan seberapa profesional kita. Misalnya domain surel Yahoo dianggap kurang profesional dibanding Gmail atau Outlook. Sebagai bentuk pencegahan, buatlah surel di domain tersebut.
2) Mengirim dokumen alias lampiran tanpa judul dan isi surel yang sesuai
Ini ngirim lamaran kerja kok disamain kayak loper nganter koran, nggak pake basa-basi. Banyak lho yang modelnya begini. Biasanya perusahaan ketika membuka lowongan pekerjaan secara online, juga mencantumkan tata cara mengirim lamarannya, misalnya judulnya harus apa. Tapi itu bukan berarti bahwa yang penting judulnya sesuai, isi surel yang sopan pun bisa memberikan nilai tambah (dan sebaliknya, surel gundul membuat yang menbaca merasa tidak dihormati). Mengirim lamaran pekerjaan biasanya disertai dengan surat lamaran (cover letter) yang bisa dituliskan di badan surel atau disertakan dalam bentuk lampiran. Jika disertakan, tetap tuliskan isi surel, menyatakan bahwa kita melamar pekerjaan ini di perusahaan itu, menyertakan lampiran apa saja, kalau tidak terlalu panjang bisa tambahkan kualifikasi kita secara singkat.
Jangan lupa, salam di pembuka, salam penutup, ucapan terima kasih, nama lengkap dan nomor kontak.
3) Ngirim lampiran yang namanya nggak unik
Yang saya maksud unik adalah berbeda dan personal sesuai yang mengirim. Jika mengirimkan CV, ya tulis saja CV-nama, misalnya CV-Marlistya Citraningrum. Mengapa? Memudahkan pencarian dan perapian dokumen. Kalau yang melamar kita saja sih barangkali nggak masalah, lha kalau yang melamar seribu orang dan semuanya hanya menulis CV? Saat diunduh, dokumennya akan menjadi CV (1),. CV (3), CV (1000), dan ini menyusahkan mereka yang akan membaca dokumen kita. Menyusahkan sama dengan membuat sebal, barangkali tidak membuat kita ditolak, tapi sudah membuat kita memiliki kesan kurang baik di mata mereka.
4) Mengirimkan dokumen yang ukurannya terlalu besar dan dokumen yang tidak diminta
Ini tidak perlu penjelasan panjang kali ya. Usahakan selalu mengirim dokumen yang besarnya kurang dari 2 MB, dan jangan menyertakan dokumen yang tidak diminta. Jika perusahaan yang kita lamar tertarik, mereka akan menghubungi kita untuk meminta dokumen tambahan. Mengirimkan dokumen lain yang terlalu banyak, apalagi dalam file yang terpisah akan merepotkan mereka yang mengunduhnya.
Udah gedhe, banyak, yang kepake cuma 1. Sebel, nggak?
5) Salah ketik dan teman-temannya
Jangan ada salah ketik, jangan menggunakan kata-kata yang kurang baku. Kesalahan penulisan dan kata yang tidak baku atau disingkat bisa membuat kita dinilai nggak teliti, nggak niat melamar pekerjaan. Luangkan waktu untuk membaca kembali lamaran yang kita buat.
6) Menjadi deadliner
Oke. Saya sih deadliner traveler, tapi ya tahu diri kalau mengirim lamaran pekerjaan. Perusahaan biasanya akan melihat aplikasi yang masuk secara berkala, dan kalau ada aplikasi yang bagus di awal, mereka bisa jadi malas untuk melihat aplikasi lanjutan. Jadi bayangkan, ada 1000 aplikan, karena kita mengirim mepet hari terakhir, kita berada di urutan 990. Ternyata ada aplikan yang bagus-bagus di 200 urutan teratas. Kabar buruk buat kita kan? Padahal bisa jadi kita memiliki kualifikasi yang disyaratkan.
Alasan lainnya adalah karena banyak yang berpikir serupa, lalu kejadian surel kita gagal masuk ke alamat surel perusahaan yang kita tuju karena kotak surat mereka penuh. Siapa yang rugi? Nggak ada waktu untuk mengirim ulang, lho.
Pernah tidak dipanggil ketika melamar pekerjaan secara online? Mungkin kesalahan di atas sebabnya. Ayo sama-sama belajar, dan tetap semangat.
XOXO,
-Citra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H