Begitu juga rasa takut. Tak bisa langsung hilang. Tapi bukan berarti tak bisa kita kurangi. Tahun 2015 ini saya bertekad harus bisa mendapatkan lisensi menyelam. Apa yang terjadi, terjadilah. Setelah bertanya-tanya ke mana-mana, akhirnya saya mendapat kelas menyelam bersama Tim SAR Aceh di Banda Aceh. Ini bakal seru! Dan…menakutkan!
Ternyata belajar menyelam itu tak sesulit dan menakutkan yang saya kira. Tapi tidak bisa asal-asalan juga. Semua butuh perhatian dan koordinasi yang baik. Baik ketika masih di permukaan air maupun ketika sedang menyelam. Seorang penyelam bertanggungjawab pada diri sendiri, buddy (pasangan menyelam), dan pada alam juga.
Instruktur berkali-kali mengingatkan untuk sabar, untuk mengontrol pernapasan agar bouyancy atau daya apung sesuai dengan kebutuhan. Intinya belajar menyelam adalah belajar mengontrol diri. Pikiran, gerak tubuh, emosi, semua harus sinkron. Penyelam harus tetap awas pada buddy dan peralatan selam yang menjadi ‘nyawa’ penyelam selama penyelaman.
Banyak sekali ilmu-ilmu baru yang saya dapat ketika belajar menyelam. Tak hanya teknik-teknik menyelam, mengenal peralatannya, tapi juga tentang objek yang akan kita lihat selama menyelam. Dan yang paling penting adalah saya jadi lebih mengerti diri saya sendiri ketika berada di bawah air sana. Saat saya memandang riak pada permukaan air di atas, saya disadarkan kembali, semua batas-batas yang selama ini kita takut untuk lewati sebenarnya adalah hasil ciptaan kita sendiri.Â
Adakah rasa takut yang ingin teman-teman jadikan sebagai kenangan masa lalu? Ayo share pengalaman teman-teman di kolom komentar. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H