Pendahuluan
Benjamin Netanyahu, perdana menteri Israel, mengabaikan Resolusi Majelis Umum PBB dan menyatakan bahwa Israel tidak akan menarik pasukan dan akan terus menyerang Palestina(CNBC Indonesia, 2023). Konflik antara Hamas dan Israel memicu gelombang solidaritas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia dengan aksi di Monas dan Kedubes Amerika Serikat. Di London, Inggris, dilakukan aksi sholat dan doa berjamaah, sementara di negara-negara lain seperti Korea Selatan, Brasil, dan Malaysia juga terjadi demonstrasi. Partisipan aksi tersebut mencapai ratusan ribu warga sipil yang mengecam kebrutalan perang antara Israel dan Hamas.
Pada puncak konflik antara Palestina dan Israel, masyarakat Indonesia memberikan respon yang sangat berarti melalui media sosial, menjadi bagian integral dari gelombang dukungan global yang berkembang. Munculnya gerakan boikot terhadap produk-produk terkait Israel mencerminkan ekspresi solidaritas yang bukan hanya bersifat individual, melainkan telah berkembang menjadi fenomena sosial yang merata di berbagai platform media sosial seperti  TikTok, Instagram, dan Twitter. Peran krusial media sosial dalam menggalang opini publik dan menyebarkan informasi menjadi terlihat nyata dalam kesuksesan gerakan boikot ini. Media sosial menjadi panggung utama untuk menyuarakan seruan boikot, menyebarkan informasi terkait konflik Israel-Palestina, dan mengumpulkan dukungan massal untuk gerakan ini.
Sebagai suatu fenomena yang terus berkembang, gerakan boikot produk Israel di Indonesia tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga memerlukan pendekatan analisis yang holistik dan terperinci. Dalam mengkaji implikasinya, aspek-aspek ekonomi, politik, dan sosial perlu diintegrasikan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang dampak gerakan boikot ini terhadap Indonesia sebagai suatu kesatuan nasional..Hasil riset menyoroti dampak yang signifikan pada harga saham 30 perusahaan sampel yang berasal dari negara Pro Israel. Riset ini menggambarkan bahwa kekhawatiran investor terhadap ancaman boikot global terhadap negara tersebut menjadi salah satu faktor penentu yang mempengaruhi stabilitas pendapatan perusahaan. Hal ini terkait erat dengan kondisi konflik perang yang terjadi, yang menciptakan kecaman publik atas tindakan brutal genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina.
Pasar internasional menyebabkan produk dari negara lain masuk ke dalam negeri dengan mudah. Oleh karena itu, sikap etnosentrisme konsumen dan permusuhan konsumen perlu dipahami karena bisa menjadi penghambat dalam pasar internasional. Sikap-sikap tersebut dapat mempengaruhi konsumen dalam bertindak apakah akan menghasilkan penerimaan atau bahkan penolakan terhadap produk atau jasa dari negara lain. Sama halnya dengan fenomena yang terjadi di Indonesia sekarang banyak produk produk yang pro Israel mengalami boikot di Indonesia, salah satunya brand ternama dibawah naungan Unilever dan masih banyak lagi brand brand terkenal lainnya. Namun selain itu brand yang di boikot pasti akan merugikan masyarakat, banyak yang membutuhkan produk tersebut atau banyak konsumen yang sudah cocok dengan harga dan produk tersebut tapi harus di ganti dengan yang lain. Hal ini membuat konsumen lebih menyikapi ketika membeli suatu produk harus melakukan penyeleksian, pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan serta evaluasi terhadap suatu produk yang dibeli.
Banyak supermarket telah memboikot sebagian produk  pro Israel, selain itu terjadi demonstrasi masyarakat menolak tegas produk pro Israel di Indonesia, hal ini menjadi perbincangan dikalangan masyarakat, apalagi ini bersangkutan dengan produk produk yang sering digunakan di kalangan mahasiswa, salah satunya produk yang sering dipakai di kalangan mahasiswa adalah Scarlet Whitening yang juga mengeluarkan  statement tentang Israel dan Palestina, Brand ternama Zara juga mengeluarkan iklan yang membuat produknya diboikot  di Indonesia. Produk produk yang diboikot sangat terkenal dari  makanan hingga skincare. Banyak mahasiswa yang juga ikut tidak menggunakan produk pro Israel namun ada juga yang masih memakainya. Tidak diragukan lagi konsumen tergolong aset paling berharga bagi semua bisnis, tanpa dukungan  konsumen suatu bisnis tidak bisa eksis lagi.   Hal ini membuat peneliti ingin mengetahui sikap konsumen terhadap fenomena  produk yang diboikot di kalangan mahasiswa.
Metode
Sasaran dalam survei ini dapat ditentukan melalui populasi dan sampel, hal tersebut dikarenakan survei dilakukan dengan pendekatan kauntitatif. Dalam survei ini populasinya mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa angakatan 2022. Penulis mengambil sampel dalam survei ini berjumlah 30 mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Fakultas Psikologi angkatan 2022 untuk mengetahui pendapat pandangan mereka mengenai isu pemboikotan produk pro Israel.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam survei ini adalah Probability sampling dengan simple random sampling dengan menggunakan metode atau teknik pengumpulan data dengan penyebaran angket (kuesioner). Dalam survei ini, peneliti menggunakan skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang disebut dengan variabel survei. Pernyataan ini akan disebarkan kepada responden, yakni seluruh mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa angkatan 2022.
Hasil & Pembahasan
Dalam hasil survei ini, maka tim survei menyebarkan angket untuk memperoleh informasi dari 30 mahasiswa. Dari hasil survei mahasiswa yang memakai produk yang di boikot sebanyak 77,3% dan yang tidak memakai produk yang di boikot sebesar 22,7%. Sebagian mahasiswa memilih untuk tetap menggunakan produk yang diboikot dengan alasan sudah cocok dengan produk tersebut jumlah informan yang tetap menggunakan sebesar 95% dari 30 informan sedangkan 9% berhenti menggunakan produk yang di boikot.