"Mbak besok buat roti coklat ya? " pinta Rafa malam itu.
"Coba lihat dulu resep di youtube dek"
Berbekal youtube aku memutuskan untuk membuat roti pastry coklat. Membuat kue adalah alternatif kegiatan di asrama agar adik-adik tidak bosan selama lockdown. Di asrama lockdown sangat ketat. "Mencegah dengan serius" menjadi visi bersama.Â
"Sudah ketemu mbak" kata Rafa sambil memegang gawai milikku.Â
"Mudah gak resepnya ?"
"Insya Allah mudah" katanya meyakinkan.
"Sekalian di catat aja ya mbak resepnya" tanya Risa yang sedang asyik menulis resep dari beberapa roti dan kue yang telah kita buat selama sepekan kemarin.
"Boleh" jawabku singkat.
Bahan-bahan sudah siap di dapur, memang sengaja disiapkan untuk kami berkreasi. Di asrama sudah ada mixer yang besar dan baru saja membeli oven yang baru untuk keperluan usaha kedepan. Fasilitas ada bahan pun siap hanya tinggal belajar.Â
"Mbak ayo buat kue, aku sudah mandi".pagi itu winda mengingatkan.
"Nah pinter"
"mau buat apa mbak hari ini" tanyanya.
"Roti coklat dek" jawabku
"Bentar mbak aku belum mandi lhooo, masih antri" Rafa menyahut tak mau ketinggalan.
"Tunggu bentar ya winda, mbak-mbak masih mandi" jawabku.Â
Aku tidak pandai buat kue, bahkan gak bisa dan gak pernah nyoba. Ini berawal ketika Bu Enny memintaku belajar membuat roti. Sudah paham bahwa diri ini tak pandai tapi malah mengiyakan. Ya, selalu merasa tertantang mencoba hal-hal yang baru. Meski tau rasanya sulit tapi ya namanya proses. "Pokok Yakin".Â
"Nah kita mulai dari menakar bahan ya, terigu, bubuk coklat, ragi instan ..." kami mulai membuat roti.Â
"Segini ya mbak" Risa dengan sigap menakarÂ
"Gula dan garam berapa dek ?"Â
"1 1/2 sdm, ini mbak "Â
Proses membuat roti ini menurutku cukup lama, karena harus didiamkan satu jam, diuleni, didiamkan 20 menit, diueleni, didiamakan lagi begitu hingga ketiga kalinya. Terakhir didiamkan hingga satu jam. Semua berjalan lancar. Roti sudah mirip dengan panduan di youtube. Heuh akhirnya berhasil juga. Pasalnya setiap membuat kue atau roti selalu ada saja yang minus. Bantet lah, gosong lah, rasanya ga jelas lah dan masih banyak lagi hasil eksperimen kami bersama. Meskipun gagal toh dimakan sendiri hahahahhaa. Â Balik lagi ke roti pastry.
" Setelah dibentuk didiamkan dulu, terus baru di oven ya dek" pesanku pada Risa. Karena aku harus pergi ke kampus. Ada urusan.
"Iya mbak"Â
Sebelum kutinggal aku hanya memberi contoh beberapa roti yang sudah dibentuk sisanya biar diteruskan adik-adik.Â
SoreÂ
Aku baru saja masuk ke dalam asrama dan melihat roti yang sudah terpanggang dengan cantik dan mengembang dengan bagus.
Alhamdulillah ada perkembangan dari semua eksperimen ini. Senang rasanya bisa melihat roti coklat itu matang dengan sempurna.Â
"Wah alhamdulillah udah jadi ya, aku mau nyoba ya dek ?"
"Iya mbak" Jawab Mashafi
"Emm dek kok gini sih rasanya"Â
"iya mbak kata Risa dia salah lihat resep"
"Lho kok bisa sih " Tanyaku bingung
"Iya tadi dia liat garamnya 1 1/2 sdm mbak"
"Lah harusnya berapa ?"
"1/4 sdt aja mbak"
"Pantes rotinya asin"Â
Sekian dari Citra (yang tepok jidat)
Semoga bermanfaatÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H