Mohon tunggu...
Siti Maesaroh
Siti Maesaroh Mohon Tunggu... Karyawati -

Hello! I like to challenge myself with different things and often wondering how some things work :D

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Seandainya KRL Diintegrasikan dengan Kereta di Seluruh Negeri

6 Desember 2015   22:29 Diperbarui: 6 Desember 2015   22:58 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Iya pak, belum pernah”, kata saya. Petugas itu lalu ke salah satu loket CS dan meminta saya untuk tetap menunggu di dekat reader yang tadi menolak Flazz Kriko milik saya.

Tidak lama petugas itu kembali, lalu membantu saya men-tap si Kriko kemudian menyerahkannya kembali kepada saya.
Setelahnya saya menuju ke bawah menuju bagian tunggu ke arah Stasiun Tanah Abang dengan eskalator. Kemarin (28/11) eskalator untuk ke bawah di stasiun Palmerah itu sedang tidak berfungsi, jadi para calon penumpang harus berjalan untuk menuruninya.

Bingung

Sejujurnya, saya masih agak bingung jika naik KRL. Pengalaman kemarin adalah kali ke dua saya naik KRL. Pertama kali dulu saat hendak ke kampus UI Depok. Karena masih bingung dan agak sungkan untuk bertanya, saya kemudian mencari rute KRL di Google. Dulu saya juga pernah mendownloadnya tapi karena suatu hal rute KRL yang saya download beserta file-file saya yang lain hilang karena SD card gadget saya yang corrupt.

Tujuan akhir saya adalah Serang, jadi awalnya saya pikir akan naik kereta dari Tanah Abang untuk sampai sana. Akan tetapi saat saya lihat rute kereta, ternyata akan lebih dekat dan lebih hemat jika saya naik dari stasiun Kebayoran, berlawanan jalur tunggu jika hendak ke stasiun Tanah Abang sehingga saya harus naik ke lantai dua lagi untuk menyeberang. Bagian tunggu dengan rel kereta di stasiun Palmerah ini cukup tinggi, sekitar 1,5 meter. Mungkin saya tidak bisa naik ke atas lagi jika nekat turun dari sana untuk menyeberang tanpa bantuan orang lain.

Naik dari bagian tunggu Tanah Abang lalu turun ke bagian tunggu Kebayoran. Eskalator naik dan turun di bagian ini berfungsi dengan baik. Saya pikir orang-orang Jakarta dan sekitarnya ini beruntung sekali ya, punya fasilitas-fasilitas publik yang amat baik dan memudahkan seperti ini.

Kalau di kota Serang jangankan tangga berjalan, Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) saja hanya ada satu-dua saja disini. Itu pun ‘produk’ pemerintah lama, mungkin itu dibuat berpuluh-puluh tahun yang lalu. Pemerintah kota Serang yang sekarang tidak banyak membuat fasilitas publik untuk masyarakat. Kalau pun ada, biasanya hanya berfokus di daerah-daerah ‘kota’ saja yang dipoles melulu, sedangkan daerah-daerah pinggiran seperti daerah rumah saya berada kondisinya hampir tidak pernah tersentuh pembangunan.

Sampai di bagian tunggu ke stasiun Kebayoran. Tidak lama setelah itu urban transportation itu pun sampai di depan para calon penumpangnya. Kereta Rel Listrik itu tampak sarat penumpang dari luar, mungkin karena kemarin awal weekend. Saya sudah ikhlas untuk tidak kebagian tempat duduk. Toh saya hanya naik sebentar karena satu stasiun di depan saya akan turun. Di dalam KRL, meski penuh tapi saya rasa kondisinya tidak begitu panas karena di dalamnya dipasangi AC.

Dari pengalaman saya berkali-kali naik angkutan umum di Jakarta, saya menyimpulkan bahwa minat masyarakat Jakarta dan sekitarnya untuk naik kendaraan umum seperti busway dan KRL sebenarnya sangat tinggi. Sayangnya, hal ini belum diimbangi dengan tersedianya moda transportasi publik yang lebih banyak, nyaman dan aman. Mengapa harus banyak? Karena jumlah penduduk Jabodetabek dan pendatang di kota ini ada banyak. Saya pernah menunggu bus Harmoni-Lebak Bulus hampir satu jam. Antriannya panjaaang sekali..sampai-sampai memakan space untuk rute Kota-Blok M. Ini pernah saya alami beberapa kali dan mungkin masih terjadi hingga sekarang, terutama saat jam pulang sekolah/kantor.

Beberapa menit kemudian akhirnya saya sampai di Stasiun Kebayoran. Stasiun ini sedang dalam tahap rekonstruksi jadi kondisinya masih kurang begitu bagus jika dibandingkan stasiun Palmerah. Keluar dari mesin tap itu saya langsung melihat orang-orang yang mengantri panjang. Hendak kemana ya mereka? Pikir saya. Pertanyaan saya terjawab setelah saya melihat tulisan di atas loket di depan antrian itu, “Kereta Ekonomi Patas-Merak”. Wah, berarti saya juga harus mengantri disini nih! Pikir saya.

Tapi saya agak malas untuk mengantri dari belakang karena disana terlalu banyak laki-laki, saya kemudian berkenalan dengan salah seorang perempuan yang juga sedang mengantri di tengah. Saya pikir usianya hampir sebaya dengan saya, tak disangka kami memang seumuran dan sama-sama hendak pulang ke Serang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun