Hidup minimalis bukan sekadar semakin sedikit barang semakin lapang. Hidup minimalis itu mengajak kita untuk mensyukuri atas apa yang kita miliki dan menggunakannya dengan baik. Memiliki beberapa barang dalam hidup membuat kita belajar untuk memaksimalkan penggunaannya. Tidak terburu-buru dalam bertindak atau menambah jumlah barang, merupakan pelajaran hidup yang didapat bila kita mempraktekkan gaya hidup ini.Â
Nah, sekarang tanggal muda ya kan, hati siapa yang tidak berbunga-bunga? Karena kalau tanggal muda bagi saya adalah tanggal banyak uang, aamiin.Â
Keinginan belanja ini itu semakin besar, tapi saya justru tidak tertarik untuk membeli sesuatu yang tidak saya butuhkan, kenapa? Sebab saya sudah belajar untuk hidup minimalis.Â
Gaya hidup minimalis itu prinsipnya less more, lebih sedikit justru terasa lebih. Kita bisa terbiasa untuk menjadi lebih SADAR dalam hal apapun apalagi di saat terima gaji. Jadi lebih SADAR dalam mengeluarkan uang untuk membeli sesuatu.Â
Bagi pelaku minimalis, saya lebih menekankan pada pengalaman daripada suatu benda.Â
Menurut saya, pengalaman itu bisa dikenang sampai kapan pun, sedangkan barang akan memiliki nilai yang berubah, sama kayak kita beli barang contohnya beli handphone baru.
Pasti awal-awal, handphone baru tersebut kita jaga kalau perlu dilap biar tetap mengkilat, dipandangi berkali-kali, dipegang dengan hati-hati, akan tetapi lambat laun perlakuan terhadap handphone tersebut akan berubah sehingga sudah tidak seistimewa saat pertama kali membeli.Â
Okay balik ke soal gajian nih, lagi banyak uang kan? Ditambah dengan kondisi pandemi kemungkinan untuk berbelanja langsung di pusat perbelanjaan kecil, tapi bukan berarti godaannya hilang begitu saja?Â
Ingat, di zaman sekarang kita bisa lho membeli apapun dengan bantuan sosial media, banyak marketplace yang di-instal di handphone kita. Tinggal klik, barang bisa langsung diantar apalagi kalau bayarnya pakai pay later.Â
Ada tips untuk pembaca dan ini yang biasa saya lakukan selama menganut gaya hidup minimalis agar kantong bisa MAKSIMALIS. Mari, disimak ya karena ini berkaitan dengan self control:
Menginstall aplikasi belanja hanya sesuai yang dibutuhkan
Menginstall aplikasi apapun di handphone adalah hak kita, tetapi buat saya yang menganut minimalis, lebih senang menginstall aplikasi yang memang dibutuhkan.Â
Aplikasi marketplace ada tidak di handphone saya?Â
Jelas ada, karena kemungkinannya kecil bagi saya untuk keluar rumah dan berlama-lama di toko, sebab belanja akan terasa lebih simple dengan klik dari rumah apalagi di era pandemi seperti ini.
Penggunaan aplikasi di handphone juga terbatas karena pada masing-masing aplikasi sudah saya pasang timer, di mana batas penggunaan tiap hari hanya bisa satu hingga dua jam. Lebih dari itu, aplikasi akan tertutup dan tidak dapat digunakan, mengapa saya atur demikian?Â
Karena dengan cara tersebut, saya bisa lebih bijak dalam melakukan screen time. Mata lebih sehat, waktu untuk dunia nyata lebih banyak, irit pulsa dan baterai, bahkan irit uang karena ga ujug-ujug klik beli.
Menentukan pengeluaran di bawah limit dari yang ditawarkan aplikasi
Nah kalau ini ada yang sama kayak saya atau tidak?Â
Saya memiliki aplikasi ojek online, saya membutuhkan aplikasi tersebut sebab terkadang saya suka dapat panggilan mendadak dari kantor atau janjian bertemu klien, sehingga terasa lebih simple karena saya butuh menghemat waktu. Saya tidak setiap hari menggunakan ojek online, semua sesuai kebutuhan.Â
Sama halnya dengan makan, terkadang saya dan keluarga ingin memesan makanan tertentu dan lebih praktis menggunakan aplikasi tersebut.Â
Lama menggunakan aplikasi tersebut, akhirnya ada layanan pay later atau kalau saya menyebutnya layanan 'ngutang bayar nanti'.Â
Layanan tersebut semakin bertambahnya bulan justru bertambah besar limitnya.Â
Awalnya diizinkan untuk harga minimal lima ratus ribu dan kemudian bertambah hingga jutaan.Â
Wow yang suka belanja pasti senang dong, tapi saya kembali lagi berpikir sejauh apa saya membutuhkan itu semua.Â
Saya TIDAK mengatakan bahwa itu tidak baik atau tidak perlu, kembali lagi pada kebutuhan kita.Â
Saya juga menggunakan pay later tetapi saya menentukan berapa pengeluaran yang bisa saya bayar nanti.
Dengan mengatur tombol setting dan membatasi diri saya kalau nantinya terpaksa pakai pay later hanya bisa digunakan sampai nominal tiga ratus ribu rupiah tidak lebih.Â
Saya melatih diri untuk bersyukur dan hidup sederhana dengan pemikiran yang sederhana juga. Alhamdulillah tidak setiap bulan saya harus bayar pay later.
Sebelum klik belanja, masukkan dahulu ke dalam keranjang dan diamkan kurang lebih satu minggu
Waktu senggang tidak ada klien yang konsultasi, enaknya memang sesekali scroll marketplace, lihat yang lucu-lucu terus lihat harga dan klik.Â
Eits, klik apa dulu ini? Saya klik keranjang, lalu?Â
Ya, lalu saya diamkan seminggu dan dicek kembali barang-barang tersebut. Rasakan emosinya, apakah masih seantusias awal waktu saya memasukkan 'dia' ke dalam keranjang.Â
Apabila rasanya berkurang atau bahkan tidak ada, dikarenakan baru sadar kalau sudah punya barang serupa dan seberapa lama akan digunakan, baru deh saya hapus dari keranjang.
Nah itu yang saya maksudkan bahwa secara psikologi ada yang namanya stimulus dan kemudian respon. Tetapi kita kan manusia, jadi ada akal untuk berpikir, sehingga perlu bagi kita untuk mengambil jeda lalu berespon, itu termasuk bagian dari self control.Â
Menggunakan barang yang bisa dipakai berkali-kali
Banyak kok barang yang bisa dipakai berkali-kali tanpa menurunkan esensi dari barang tersebut, yang ada justru malah semakin aman buat bumi.
Saya berusaha untuk memulai sesuatunya dari diri sendiri baru di-share ke orang lain. Kalau kata dosen saya dulu di psikologi, belajar psikologi itu untuk diri sendiri dulu baru diterapkan pada orang lain.
Jadi dulu kalau kata nyelenehnya adalah 'berobat jalan' sebelum membagi 'obat mujarab' untuk diterapkan pada orang lain.Â
Saya dua tahun belajar menjadi minimalis dan semakin maksimalis kantongnya nih karena membeli barang yang bisa digunakan berkali-kali.Â
Saya perempuan, pakai make up untuk ke mana-mana itu nomor satu dan karena itu saya membeli peralatan make up yang bisa digunakan lagi, misal kapas.Â
Tidak hanya itu, pembalut juga sudah beralih dengan pembalut kain, sikat gigi bambu, cotton buds, kantong belanja (ini sampai orang di pasar hafal kalau saya datang untuk belanja pasti tidak akan ditawari kresek).Â
Bayangin saja kalau belanja di Ind**art, Al***art, atau tempat belanja lain, yang namanya kresek ada harganya jadi mending bawa dari rumah sehingga bisa digunakan berulang-ulang pula.Â
Sama halnya kapas, pembalut dan lainnya tiap bulan bakal ada di daftar belanja. Semenjak menggunakan yang bisa dipakai berkali-kali jadi aman dan hemat pastinya.
Decluttering
Ini adalah kegiatan yang perlu dijadwalkan agar semakin bersemangat. Decluttering adalah memisahkan mana barang yang masih digunakan dan mana yang tidak digunakan.Â
Saya biasanya decluttering dua minggu sekali, dan apapun saya decluttering mulai dari pakaian, buku, alat tulis, tupperware, make up dan lain-lain.Â
Prinsip saya adalah begitu membeli satu, maka ada yang harus keluar satu dari kita.Â
Proses decluttering ini juga bisa menjadi media untuk stress release, karena kita akan melihat satu persatu benda beserta kenangan yang menyertai.Â
Proses ini juga membuat kita SADAR dalam hal membeli sesuatu yang baru, kita bisa lebih menilai apakah kita butuh atau sekadar ingin dan apakah kita sudah memiliki barang itu sebelumnya atau modelnya sama seperti itu.Â
Bagi saya, fungsi barang itu penting dan saat ada barang yang menyerupai tapi fungsinya sama, pasti TIDAK AKAN saya beli.Â
Pisahkan segera uang yang akan ditabung dari semua uang yang ada
Kegiatan ini seringkali menjatuhkan air mata saya (ah lebay hahaha). Memisahkan uang ini fungsinya agar kita bisa belajar menabung.Â
Kalau tidak segera dilakukan bakal susah menabung nantinya. Kalau kita ada cicilan segera dipisah segera setelah gajian sebelum uang tersebut hilang entah ke mana.Â
Menabung ini bagus lho untuk memberi reward pada diri kita yang sudah bekerja keras dalam mencari uang, bisa digunakan untuk berlibur (semoga Covid berlalu), membantu orang terdekat semisal kedukaan, menikah, dan lain-lain.Â
Tidak berutang dan memberi utang
Ini pro dan kontra buat orang lain, terkadang saya suka kasian dengan orang lain dan mudah memberi utang, tetapi setahun terakhir saya sedikit perhitungan.Â
Saya tidak memberikan utang secara cuma-cuma melainkan ada kompensasi yang diberikan orang tersebut pada saya.Â
Semisal ada teman pinjam uang lima ratus ribu buat anaknya, saya akan tanya dulu apa yang bisa dia beri pada saya selain uang. Misalnya, dia bisa membantu saya untuk mengemudikan kendaraan saat saya akan sidang ahli di pengadilan, kenapa begitu?Â
Saya ingin mengajak orang terdekat saya untuk sama-sama belajar bahwa untuk mendapatkan uang tidak mudah dan harus ada yang diberikan. Saya tidak mau seperti orang lain yang justru lebih takut sama orang yang ngutang.Â
Berutang, nah ini bisa ditanya deh ke ibu-ibu penjual batik dan daster yang suka datang ke kantor saya menawarkan barangnya.Â
Beliau bilang tidak masalah kalau saya berutang dan bisa membayar kapan saja sebab semua dicatat di dalam bukunya. Saya menolak karena saya hanya akan membeli kalau saya ada uang.Â
Saya tidak mau berutang pada orang lain bukan karena sok-sokan mampu, tapi lebih ke arah memahami kondisi orang lain.Â
Saya berutang otomatis tidak membayar, lalu bagaimana orang tersebut memutar modalnya untuk berjualan lagi keesokan harinya?
Saya juga berpikir kalau saya meninggal nanti, kasian si penjual dan kasian juga keluarga saya terbebani utang.
Gunakan sampai habis dan tidak dapat digunakan lagi
"Kalo ga habis ga usah beli", itu ucapan saya pada suami dan sebaliknya.Â
Bagi saya dan suami saat membeli barang jangan terburu-buru, pastikan cocok kualitas bahannya dan cek expired-nya.Â
Kadang kita mudah termakan iklan dan ingin membeli semuanya. Kita lupa bahwa uang kita itu bisa digunakan hal lain yang lebih bermanfaat.Â
Sama halnya dengan alat elektronik, saya justru belajar banyak dari ayah saya.Â
Beliau orang teknik tetapi mengajarkan saya untuk menggunakan alat elektronik dengan sebaik mungkin sampai alat tersebut tidak bisa digunakan kembali.Â
Buat apa membeli banyak barang dengan fungsi yang sama? Buat pamer? Untuk apa? Kita sudah terlalu sibuk dengan diri kita, tidak perlu lagi pamer sana sini karena buang-buang waktu
Yup, itu tadi gaya hidup minimalis ala saya dan yang pasti BERHASIL agar kantong tetap MAKSIMALIS.Â
Besar kecilnya pendapatan kita tergantung dari bagaimana gaya hidup kita.Â
Sekali lagi, cara saya mungkin berbeda dari pembaca yang lain, tetapi disini saya mau menunjukkan bahwa hidup dengan mindful dan disertai dengan self control yang baik bisa membuat kita jadi lebih tenang. Yuk dicoba yuk...Â
Dulu orangtua kita atau kakek nenek kita pasti ada yang punya baju atau barang yang bagus dan masih modis walaupun dipakai di era sekarang, tau nggak?Â
Mereka tidak memborong banyak barang, hanya beberapa yang dipilih berkualitas, bagus, dan tahan lama.Â
Nah Minimalis seperti itu, bukan berarti tidak belanja tapi lebih bijak dalam berbelanja agar tidak mubazir karena setiap yang kita miliki akan dimintai pertanggung jawaban nanti di hadapan Tuhan.
Yess, jadi gimana apakah tertarik untuk belajar hidup sederhana atau minimalis nggak? Berat? Ah masa? Kan belum dicoba.
Yuk coba yuk untuk jadi pribadi yang lebih bijak.Â
Salam Sehat untuk semua ^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H