[caption caption="Papoea Vrijwilligers Korps (PVK) di Markasnya di Manokwari"][/caption]Sebelum menyerahkan Papua (atau irian Barat atau Nederlands Nieuw Guinea, NNG) kepada Republik Indonesia, pemerintah kolonial Belanda di sana sempat membentuk pasukan beranggotakan pribumi Papua, yang disebut PAPOEA VRIJWILLIGERS KORPS (PVK, Korps Sukarelawan Papua). PVKresmi dibentuk pada 21 Februari 1961. Tujuannya untuk membantu mempertahankan koloni NNG dari infiltrasi pasukan Indonesia (operasi Trikora). Pembentukannya sebenarnya telah direkomendasikan oleh Pemerintah Belanda pada Desember 1959, namun lebih berperan sebagai polisi semi-militer (semi-military police), ketimbang militer sepenuhnya (full combat military unit).
DASAR PEMBENTUKANNYA
Pembentukannya sebenarnya lebih bernuansa politis, menunjukkan adanya dukungan pribumi Papua akan pendudukan Belanda atas koloni NNG tersebut dan masuk dalam program 10 tahun kabinet PM De Quay. Motif militer hanya jadi pertimbangan kedua, karena Belanda ingin mempercepat pembentukan negara Papua dan menghindari perebutan oleh Indonesia. Anggota PVK bertugas berpatroli di hutan2 dan rawa2 tropis di Papua, yg sehari2 merupakan tempat mereka tinggal, sehingga meringankan beban pasukan Belanda (KL dan KM) dalam bergerilya.
SEJARAH PEMBENTUKANNYA DAN USIANYA YG SINGKAT
[caption caption="Papoea Vrijwilligers Korps (PVK)"]
Mereka terlatih untuk melakukan operasi gerilya (hit and run), sementara pasukan KNIL terbiasa bertempur konvensional. Sebelum PD 2, batalyon Papua beranggotakan lebih dari 1000 orang, namun pada tahun 1949 hanya tersisa sekitar 100-150 orang saja. Pasukan ini resmi dibubarkan pada akhir 1955. Selanjutnya, dalam rangka penegakan hukum, dibentuk Algemene Politie, bersenjatakan 150 senapan carabine peninggalan KNIL. Namun sejak tahun 1960, korps kepolisian tersebut mendapat tambahan persenjataan seperti senapan Mauser dan senapan mesin Uzi.
Pada Maret 1959, Gubernur koloni NNG, Peter Palattel, merekomendasikan pembentukan PVK, namun baru mendapat persetujuan dari Ratu Juliana dengan terbitnya Dekrit Kerajaan pada Februari 1961. Rekrutmen dimulai pada September 1961 dan mendapat respons luarbiasa besar dari pribumi Papua, dimana jumlah pendaftar melebihi lowongan prajurit yg tersedia. Ribuan orang antri mendaftar di depan kantor polisi di Hollandia, sementara hanya 30 orang saja yg akan direkrut di sana.
Anggota PVK berasal dari berbagai suku di Papua, namun karena ibukota koloni NNG terletak di Manokwari, mayoritas anggotanya berasal dari Suku Arfak (penduduk lokal Manokwari) dan Suku Biak. Pimpinannya adalah seorang perwira marinir Belanda, Kolonel W.A. van Heuven.
[caption caption="Logo PVK"]
Total 200 orang direkrut dan mulai berlatih militer pada 1 Nopember 1961 di berbagai kota. Kebanyakan dipersiapkan sebagai perintis angkatan bersenjata di bakal negara boneka Papua yg akan segera dideklarasikan pada 1 Desember 1961. Namun kelanjutannya dihentikan sejak tercapainya perjanjian New York 5 Agustus 1962, yg menyetujui gencatan senjata dan pengalihan pemerintahan atas koloni NNG kepada PBB.
PBB membentuk UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) yg bertugas mengelola pemerintahan sementara di bekas koloni ini sampai diserahkan kepada Indonesia pada 1 Mei 1963. PVK diserahkan komandonya kepada UNTEA pada Oktober 1962 dan kemudian dibubarkan setelah koloni NNG resmi diambil alih oleh Indonesia pada 1 Mei 1963.
KETERKAITAN DENGAN OPM