Seperti candi yang lain, struktur bangunan Candi Kalasan terdiri dari kaki candi, badan candi, dan atap candi. Semua komponen candi terbuat dari batu andesit. Berdasar pengamatan, kaki candi dan badan candi berbentuk bujursangkar. Kaki candi mempunyai alas. Beberapa sumber menyebutnya dengan istilah soubasement. Â Menurut Kempers (Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY:4) menjelaskan bahwa kaki candi berlipat ganda membentuk susunan lapik atau alas bujursangkar dengan sisi 45 m, kemudian diatasnya terdapat kaki candi yang sesungguhnya (soubasement) sebagai pendukung tubuh candi.
Paduan struktur candi dari alas kaki, kemudian menempel di kaki candi dan tubuh candi, membuat bangunan Candi Kalasan terlihat indah dan megah. Sisi estetis sudah terlihat dari alas candi sampai puncak candi. Kesempurnaan estetika yang menjadikan Candi Kalasan tambah mempesona dengan adanya dominasi hiasan kala di setiap relung maupun semua penampil candi yang menjorok ke luar. Belum lagi adanya relief jambangan yang memuntahkan bunga-bunga dan sulur-sulur yang ada di bagian kaki candi, menambah pesona dan keindahan Candi Kalasan makin terlihat indah, megah dan mewah.
Adapun pintu masuk ruang utama masuk berada di sebelah timur. Menurut para ahli di dalam ruang utama terdapat sebuah singgasana berbentuk Singa duduk di atas punggung Gajah. Diduga kuat di atas singgasana tersebut berdiri Arca Dewi Tara (Edy Sedyawati,2013:162). Penulis tidak bisa melihat ruang utama karena semua pengunjung dilarang masuk ke ruang utama. Mungkin lebih pada pertimbangan keamanan, sehingga pengunjung dilarang masuk ke ruang utama. Berdasar isi prasasti Kalasan dan dugaan adanya Arca Dewi Tara di ruang utama, Candi Kalasan disimpulkan berciri Budha, selain adanya beberpa stupa di atap candi dan diluar candi induk. Atap candi apabila dilihat dari dalam nampak berlubang.
Selanjutnya tentang atap candi Kalasan. Edi Sedyawati,dkk.,2013:162) memberikan penjelasan bahwa atap candi berbentuk segi delapan yang terdiri dari tiga tingkatan. Pada tingkat pertama dihiasi arca Bodhisatwa dalam sikap duduk. Atap tingkat kedua dihiasi arca-arca Dhyani Budha yang diapit oleh Bodhisatwa. Pada tingkat ke tiga terdapat delapan relung yang masing-masing relung diisi oleh arca Dhyani Budha, namun sekarang hanya tersisa satu buah. Terakhir adalah puncak candi. Pada puncak candi terdapat stupa, namun sekarang tidak ada.
Dari gambar di atas menunjukkan keindahan arsitektur pada atap Candi Kalasan. Atap candi terdapat ornamen perpaduan Bodhisatwa dan Dhyani Budha dalam berbagai posisinya dengan relung-relung candi yang menjadi singgasananya. Ornamen demikian makin melengkapi keindahan dan kemegahan  bangunan Candi Kalasan. Atap candi seakan menggambarkan tempat bersemayamnya para dewa yang yang dipuja dalam kehidupan. Sayangnya, komponen-komponen tersebut sudah banyak yang hilang, termasuk stupa yang berada di puncak candi. Â
Berdasar fakta-fakta di atas, Balai Pelestarian Cagar Budaya (tt.,hal.4) menyimpulkan bahwa Candi Kalasan merupakan karya arsitektur yang sangat indah  baik fisik maupun ornamennya. Berdasar pengamatan di lapangan, karya arsitekturnya dapat dilihat pada tata bangun candi dengan empat penampil serta relung-relung candi berikut hiasan kala yang menyertainya. Keindahan ornamen dapat dilihat pada relief yang menghiasi dari kaki candi sampai atap candi.