Maka, bisa jadi yang mendirikan Candi Sojiwan adalah Samaratungga. Sebab baik candi Pawon, Mendut, Ngawen dan Borobudur yang berada di Magelang, semua bercorak Budha.
Mengingat pembangunan candi membutuhkan waktu yang lama, maka tidak mustahil penyelesaian pembangunan dilanjutkan oleh raja-raja berikutnya.Â
Sangat mungkin penyelesaian pembangunan, dilanjutkan oleh penerusnya yaitu Pramodyawardani (anak Samarotungga) yang menikah dengan Rakai Pikatan yang beragama Hindu.
Periode pemerintahan Pikatan tahun 847 M-855 M. (Kusen,1994). Masa-masa tersebut dimungkinkan Candi Sojiwan diselesaikan. Sehingga mengaitkan Rakyan Sanjiwana (isi Prasasti Rukam 907 M) dengan Candi Sojiwan, agaknya kurang tepat sasaran. Sebab dari agama yang dianut Balitung dan periodisasi terpaut jauh.
 Nilai-nilai Kehidupan Adiluhung yang Diajarkan
Salah satu keunikan Candi Sojiwan adalah adanya nilai-nilai kehidupan yang dipahatkan di relief candi, tepatnya di kaki candi. Relief-relief tersebut berkaitan dengan cerita Pancatantra atau Jataka.
Ciri khusus cerita ini yaitu simbolisasi nilai-nilai moral yang ditampilkan melalui pahatan cerita binatang (fabel) pada relief.
Cerita tersebut berasal dari India, namun sudah disesuaikan dengan kondisi budaya lokal Nusantara. Ada beberapa nilai-nilai kehidupan adiluhung yang diajarkan melalui relief Candi Sojiwan.
1) Kesetiakawanan dan saling menolong
Nilai kehidupan tentang kesetiakawanan digambarkan dengan relief seorang prajurit dengan seorang saudagar.
Prajurit siap membela saudagar apabila ada yang mengganggu dengan pedang dan tamengnya, saudagar juga siap membantu dengan hartanya apabila prajurit membutuhkan.